Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menelusuri Asal-Usul Berita Hoaks Soal Virus Corona yang Beredar di Amerika

Menelusuri Asal-Usul Berita Hoaks Soal Virus Corona yang Beredar di Amerika dr li meng yan. ©YouTube

Merdeka.com - Dr Li Meng Yan ingin tetap sebagai sosok anonim. Pertengahan Januari kala itu dan Dr Yan, peneliti di Hong Kong, mendengar desas-desus soal sebuah virus berbahaya di China daratan yang sedang berusaha ditutup-tutupi oleh pemerintah. Karena khawatir akan keselamatan diri dan karirnya, dia lalu menghubungi seseorang yang dikenal kerap mengkritik pemerintah dan mempunyai kanal Youtube.

Dalam hitungan hari, orang itu mengabarkan kepada 100.000 pengikutnya bahwa virus corona itu sengaja disebarkan oleh Partai Komunis China. Dia tidak menyebut siapa yang membocorkan informasi ini karena orang itu bisa "dihilangkan".

Dilansir dari laman the New York Times, Jumat (20/11), pada bulan September, Dr Yan mengabaikan kewaspadaan. Dia muncul di stasiun televisi Fox News di Amerika Serikat dan menyatakan kepada jutaan orang, virus corona adalah senjata biologi yang dibuat oleh China.

Dalam waktu semalam, Dr Yan menjadi sensasi bagi media beraliran kanan dan kepala penasihat Presiden Donald Trump serta kaum konservatif menyebut dia sebagai pahlawan. Namun bersamaan dengan itu, wawancara dia di Fox News itu diberi label "mengandung informasi salah" oleh media sosial. Sejumlah ilmuwan juga menyangkal pernyataannya yang sudah menjadi polemik.

Jadi alat menjatuhkan pemerintah China

Perubahan ini adalah produk dari kolaborasi antara dua unsur bersekutu yang menyebarkan informasi keliru: sekelompok kecil diaspora China dan besarnya pengaruh kelompok aliran kanan di Amerika Serikat.

Masing-masing pihak melihat ada kesempatan untuk menjalankan agenda mereka di tengah pandemi. Bagi kelompok diaspora, Dr Yan dan klaimnya itu menjadi alat pemukul untuk menjatuhkan pemerintah China. Bagi kaum konservatif Amerika, mereka menggoreng isu sentimen anti-China dan mengabaikan soal penanganan pandemi oleh pemerintahan Trump.

Kedua pihak mengambil keuntungan dari informasi yang berasal dari China ini dan pemerintah China menolak memberikan sampel virus dan melakukan investigasi yang transparan dan independen. Tindakan pemerintah yang berusaha menutup-nutupi pandemi ini makin membuat orang curiga soal asal-usul virus.

Sejumlah bukti memperlihatkan virus itu hampir dipastikan berasal dari binatang, kemungkinan dari kelelawar, sebelum berpindah ke manusia. Meski intelijen AS menyebut tidak menutup kemungkinan virus itu berasal dari kebocoran laboratorium, mereka juga sejauh ini tidak punya bukti untuk mendukung teori itu.

Teori kebocoran di labratorium

Pernyataan Dr Yan disambut oleh Guo Wengui, seorang miliuner China yang juga buron, serta Stephen K Bannon, mantan penasihat Presiden Trump.

Mereka lalu membawa Dr Yan terbang ke AS, memberi dia tempat tinggal sementara dan melatih dia bagaimana muncul di media serta menyiapkan wawancara dengan sosok pembawa acara konservatif di stasiun televisi seperti Tucker Carlson dan Lou Dobbs di Fox.

"Saya katakan sejak awal, tidak ada konspirasi, tapi juga tidak ada kebetulan," kata Bannon dalam sebuah wawancara.

Bannon menuturkan dia tidak seperti Dr Yan yang percaya pemerintah China "sengaja melakukan ini". Tapi dia mengembangkan teori soal insiden kebocoran di laboratorium yang tidak di sengaja dan terus membuat perdebatan tentang asal susul virus corona.

"Dr Yan hanya satu suara kecil saja, tapi setidaknya dia bersuara," kata Bannon.

Fox News, sejumlah situs independen, kanal YouTube dan akun Twitter anti-Beijing kemudian membentuk gaung super cepat yang menyebarkan informasi salah ini. Dan situasi ini terus dimanfaatkan dan dicekoki oleh media aliran kanan di Amerika.

Beberapa hari kemudian Dr Yan merilis makalah penelitian sepanjang 26 halaman yang menurut dia membuktikan virus itu diciptakan. Makalah itu sontak menyebar di dunia maya.

Makalah yang belum diuji oleh sesama ilmuwan atau dipublikasi di jurnal sains itu lalu diunggah di situs yang bisa diakses terbuka.

Ahli virus kemudian menyebut makalah itu "pseudoscience" atau ilmu sains palsu alias menyimpang dan "hanya berdasarkan dugaan".

Pada 15 September sehari setelah makalah itu dipublikasi, Dr Yan mendapat panggung besar: muncul di Fox News bersama Tucker Carlson. Acara yang dipandu oleh Carlson itu kerap dipandang sebagai media berpengaruh dan jadi andalan kubu kelompok kanan.

Carlson bertanya kepada Dr Yan, apakah dia percaya pemerintah China menyebarkan virus itu dengan sengaja atau itu kecelakaan. Dr Yan tidak ragu menjawab pertanyaan itu.

"Tentu saja dengan sengaja," jawab dia.

Rekaman wawancara itu sontak viral.

Cuplikan wawancara itu disaksikan lebih dari 8,8 juta orang meski Facebook dan Instagram menandai video itu dengan "konten mengandung informasi salah".

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Teori Konspirasi dan Kebencian di Seputar Penembakan Donald Trump, Dari Rekayasa Sampai Salah Identitas Pelaku
Teori Konspirasi dan Kebencian di Seputar Penembakan Donald Trump, Dari Rekayasa Sampai Salah Identitas Pelaku

Teori Konspirasi dan Kebencian di Seputar Penembakan Donald Trump, Dari Rekayasa Sampai Salah Nama Pelaku

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Hoaks Menteri AS Sebut Kominfo Bodoh karena Tak Tahu Data Nasional Diserang Hacker
CEK FAKTA: Hoaks Menteri AS Sebut Kominfo Bodoh karena Tak Tahu Data Nasional Diserang Hacker

Benarkan Menteri AS sebut Kemenkominfo bodoh usai data nasional dihack? Simak penelusurannya

Baca Selengkapnya
X dan Elon Musk Dituding Biang Penyebaran Hoaks Pemilu AS
X dan Elon Musk Dituding Biang Penyebaran Hoaks Pemilu AS

Elon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Menkominfo: Video Jokowi Berbahasa China Hoaks Gunakan Teknologi AI
Menkominfo: Video Jokowi Berbahasa China Hoaks Gunakan Teknologi AI

Langkah hukum akan diterapkan Kominfo apabila ditemukan kasus hoaks yang memiliki intensitas berat dan berpotensi memecah belah bangsa.

Baca Selengkapnya
Konspirasi adalah Persekongkolan Rahasia, Ini Tujuan dan Contohnya
Konspirasi adalah Persekongkolan Rahasia, Ini Tujuan dan Contohnya

Konspirasi mengacu pada kesepakatan rahasia di antara individu untuk terlibat dalam kegiatan ilegal atau merugikan.

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Hoaks Imbauan Pakai Masker Akibat Muncul Virus Amoeba
CEK FAKTA: Hoaks Imbauan Pakai Masker Akibat Muncul Virus Amoeba

Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.

Baca Selengkapnya
Eks Menkes Dokter Terawan Dicatut untuk Jualan Obat di Medsos, Ini Klarifikasinya
Eks Menkes Dokter Terawan Dicatut untuk Jualan Obat di Medsos, Ini Klarifikasinya

Mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati

Baca Selengkapnya
Mengenal Teknologi Deepfake AI yang Viral Ubah Pidato Presiden Jokowi Pakai Bahasa Mandarin
Mengenal Teknologi Deepfake AI yang Viral Ubah Pidato Presiden Jokowi Pakai Bahasa Mandarin

Berikut penjelasan lengkap mengenai teknologi DeepFake AI yang sedang viral.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Heboh Video Jokowi Pidato Pakai Bahasa China, Begini Fakta Sebenarnya
Heboh Video Jokowi Pidato Pakai Bahasa China, Begini Fakta Sebenarnya

Beredar video Presiden Jokowi fasih berbahasa China, Simak penelusurannya

Baca Selengkapnya
Anies Angkat Suara Soal Hoaks Dimarahi Surya Paloh: Harus Kritis, Sekarang Ada Teknologi AI
Anies Angkat Suara Soal Hoaks Dimarahi Surya Paloh: Harus Kritis, Sekarang Ada Teknologi AI

Viral hoaks rekaman omongan antara Anies dengan Surya Paloh.

Baca Selengkapnya
Iwan Fals Buat Lagu dan Nyanyi Tentang Korupsi Timah Rp271 Triliun? Cek Faktanya
Iwan Fals Buat Lagu dan Nyanyi Tentang Korupsi Timah Rp271 Triliun? Cek Faktanya

Benarkah Iwan Fals nyanyi soal korupsi Rp271 triliun? Simak faktanya

Baca Selengkapnya