Mengapa Gejala Covid-19 Varian Delta Berbeda dari Virus Corona Varian Lainnya?
Merdeka.com - Virus corona memiliki banyak jenis. Virus ini dapat menyebabkan berbagai penyakit mulai dari flu biasa yang biasanya mudah disembuhkan hingga kondisi pernapasan yang jauh lebih serius seperti SARS dan MERS dan, tentu saja, virus corona baru yang menyebabkan Covid-19 dan telah merenggut lebih dari 4juta nyawa di seluruh dunia hingga saat ini.
Dan bahkan, jenis virus corona tertentu yang menyebabkan Covid-19 terus bermutasi selama 1,5 tahun terakhir. Artinya bagi publik adalah bahwa, tergantung pada varian virus corona mana yang menginfeksi Anda, gejalanya mungkin berbeda. Tapi tidak selalu jelas bagaimana tepatnya.
Covid klasik dapat dimulai dengan hilangnya penciuman atau rasa; orang yang terinfeksi varian Delta mungkin tidak mengalami gejala tersebut tetapi merasakan gejala lain seperti pilek dan sakit kepala.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Siapa saja yang bisa mengalami gangguan penciuman? Bagi sebagian orang, gangguan ini bersifat sementara dan bisa membaik dengan pengobatan, tetapi ada juga yang mengalaminya secara permanen.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
Dikutip dari laman Fortune, Minggu (11/7), Covid adalah teka-teki aneh dari penyakit yang masih coba dipecahkan oleh pejabat kesehatan masyarakat. Yang paling umum, dan sedikit aneh, gejala yang berhasil ditangkap yaitu: Tiba-tiba kehilangan kemampuan mencium bau atau kehilangan indera pengecap atau perasa, sakit tenggorokan, pilek dan mampet, mual, diare, sesak napas, demam, nyeri otot.
Jebakan khas dari sesuatu seperti flu ditambah dengan pilek diperparah gejala yang tidak terduga seperti berkurangnya kemampuan sensorik dan potensi yang mengerikan harus hidup bersama gejala ini jika Anda mengalami "Covid panjang".
Berbagai varian virus corona yang sekarang beredar di dunia, termasuk varian Delta yang sekarang menjadi mayoritas kasus Covid-19 baru di AS, semakin memperumit masalah karena varian yang berbeda dapat bermanifestasi dengan cara yang berbeda. Dan semua mutasi ini, apakah itu varian Alpha, Delta, atau Lambda atau sesuatu yang lain sama sekali, masih sangat baru sehingga sulit untuk menilai dampak buruknya dengan tepat bagi setiap individu.
Varian Delta, dari kelompok mutasi utama yang disebut sebagai “varian yang menjadi perhatian” oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan WHO, sejauh ini dampak merusaknya paling besar di dunia karena penularannya dan tingkat “beban virus” yang tinggi yang dapat menyebarkan patogen lebih cepat.
Untuk saat ini, varian Delta (bahkan pada beberapa orang yang telah divaksinasi penuh) tampaknya dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek, serta berpotensi demam dan batuk, berdasarkan data terbaru dari Inggris, yang bergulat dengan penyebaran varian Delta. Itu semua adalah gejala khas Covid pada umumnya tetapi tidak termasuk kehilangan indera perasa atau penciuman.
Artinya, saat kita memasuki musim flu dan pilek dalam beberapa bulan, mungkin menjadi lebih sulit untuk membedakan antara pasien Covid varian Delta yang sangat menular dan seseorang dengan flu ringan.
Tahun-tahun mendatang akan mengungkapkan cakupan dan kedalaman gejala Covid-19 untuk seluruh varian.
Untuk saat ini, kabar baiknya adalah meskipun vaksin yang tersedia dari perusahaan seperti Pfizer dan AstraZeneca mungkin tidak sepenuhnya mencegah penyebaran mutasi virus corona, dan gejala-gejala semacam ini terjadi, mereka cukup efektif dalam mencegah penyakit serius yang dapat menyebabkan rawat inap atau kematian.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaSetiap gangguan memiliki gejala dan penyebab yang berbeda, namun semua mempengaruhi bagaimana otak memproses bau yang ditangkap oleh hidung.
Baca SelengkapnyaCampak, cacar air dan Rubella memiliki ciri-ciri yang sama, perlu ketelitian dan segera bawa anak ke dokter jika mengalami ruam disertai gejala lainnya.
Baca Selengkapnya