Mengenal Pegasus, Spyware Buatan Israel untuk Menyadap Aktivis Sampai Presiden
Merdeka.com - Aktivis HAM, jurnalis, dan pengacara di seluruh dunia menjadi sasaran malware ponsel yang dijual kepada pemerintah otoriter oleh perusahaan pengawasan Israel, NSO Group, berdasarkan investigasi sejumlah media ternama.
Data para aktivis dan jurnalis ini termasuk dalam daftar 50.000 nomor telepon yang diyakini menarik bagi klien NSO Group, yang dibocorkan ke sejumlah media besar.
Tidak jelas dari mana daftar itu berasal - atau berapa banyak telepon yang benar-benar telah diretas. Namun NSO membantah melakukan peretasan tersebut.
-
Siapa pelaku pencurian handphone? Pelaku berinisial MS (39), dua kakinya ditembak sebanyak 3 kali.
-
Bagaimana pelaku mencuri handphone? Dia membawa mesin las untuk membongkar gembok toko.
-
Bagaimana cara Hacker menyerang sistem GPS pesawat? Data korup ini berhasil merusak sistem navigasi inersial (INS) cadangan pada pesawat-pesawat tersebut.
-
Kenapa iPhone merekam wajah pengguna? Kamera TrueDepth ini berfungsi untuk merekam data wajah secara akurat dengan memproyeksikan dan menganalisis ribuan titik tak terlihat untuk membuat peta kedalaman wajah dan juga menangkap gambar inframerah wajah.
-
Bagaimana cara hacker mengakses kamera? Dilaporkan DailyStar, Rabu (12/7), di sinilah kamera pengguna dapat digunakan untuk memata-matai, mengambil foto atau video, dan bahkan menggunakan materi yang dikumpulkan untuk memeras korbannya.
-
Handphone apa yang dicuri? Sebanyak 58 unit handphone berbagai merek raib dibawa pelaku.
Perangkat lunak yang bernama Pegasus itu disebutkan penggunaannya bertujuan untuk melawan penjahat dan teroris dan hanya tersedia untuk militer, penegak hukum dan badan intelijen dari negara-negara dengan catatan HAM yang baik.
NSO mengatakan, penyelidikan yang dilaporkan media yang dilakukan Forbidden Stories yang berbasis di Paris dan Amnesty International disebut "penuh dengan asumsi keliru dan teori yang tidak terbukti”.
NSO berjanji akan terus menyelidiki semua klaim penyalahgunaan tersebut dan mengambil tindakan yang tepat.
Tuduhan peretasan melalui Pegasus ini dilaporkan pada Minggu oleh Washington Post, Guardian, Le Monde dan 14 organisasi media lainnya di seluruh dunia.
Pegasus menjangkiti perangkat iPhone dan Android, memungkinkan operator menambang data-data penting pemilik ponsel seperti pesan, foto, dan email, merekam panggilan, dan secara diam-diam mengaktifkan mikrofon dan kamera.
Siapa saja target Pegasus?
Media yang melakukan investigasi mengatakan mereka telah mengidentifikasi lebih dari 1.000 orang yang tersebar di lebih dari 50 negara yang jumlahnya ada dalam daftar.
Mereka termasuk politisi dan kepala negara, eksekutif perusahaan, aktivis, dan beberapa anggota keluarga kerajaan Arab.
Dikutip dari BBC, Rabu (21/7), dari 50.000 nomor telepon yang diretas, termasuk ponsel 600 lebih politisi atau pejabat pemerintah, 64 eksekutif perusahaan, 189 jurnalis, dan 85 aktivis HAM. Sejumlah perusahaan media seperti CNN, Al Jazeera, dan New York Times juga menjadi target.
Menurut laporan tersebut, nomor telepon dikelompokkan dalam 10 negara: Azerbaijan, Bahrain, Hungaria, India, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Rwanda, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Ketika dihubungi media yang terlibat dalam laporan investigasi ini, juru bicara untuk negara-negara ini menyangkal menggunakan Pegasus dan membantah mereka menyalahgunakan kewenangan pengawasan mereka.
Tidak jelas berapa banyak perangkat dalam daftar itu yang benar-benar menjadi sasaran, tetapi analisis forensik dari 37 nomor telepon menunjukkan telah ada peretasan yang "dicoba dan berhasil", berdasarkan laporan Washington Post.
Ini termasuk orang-orang yang dekat dengan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, yang dibunuh pada Oktober 2018 saat mengunjungi konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Tubuhnya kemudian dimutilasi.
Investigasi menemukan spyware dipasang di telepon tunangan Khashoggi beberapa hari setelah pembunuhannya, dan ponsel istrinya menjadi sasaran spyware antara September 2017 dan April 2018.
NSO Group mengatakan teknologinya tidak terkait dengan pembunuhan keji tersebut.
Sasar pemimpin oposisi
Berdasarkan penyelidikan, telepon jurnalis Meksiko, Cecilio Pineda Birto juga muncul dua kali dalam daftar, termasuk pada bulan sebelum dia dibunuh.
Ponselnya hilang dari lokasi pembunuhan sehingga pemeriksaan forensik tidak dapat dilakukan. NSO mengatakan meskipun teleponnya menjadi sasaran, itu tidak berarti bahwa data yang dikumpulkan terkait dengan pembunuhannya.
Telepon dua wartawan investigasi Hungaria, Andras Szabo dan Szabolcs Panyi, ditemukan terjangkit spyware.
Panyi mengatakan kepada Forbidden Stories, dia sangat kecewa setelah mengetahui peretasan itu.
"Ada beberapa orang di negara ini yang menganggap jurnalis biasa sama berbahayanya dengan orang yang diduga teroris," ujarnya.
Seorang juru bicara kepada The Guardian mengatakan pemerintah Hungaria tidak mengetahui adanya dugaan pengumpulan data tersebut.
Di India, lebih dari 40 jurnalis, tiga pemimpin oposisi dan dua menteri dalam pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dilaporkan masuk dalam daftar peretasan tersebut, termasuk tokoh oposisi utama Rahul Gandhi.
Dua nomor ponsel Rahul Gandhi ditemukan dalam daftar tersebut. Gandhi tidak lagi memiliki ponsel tersebut sehingga tidak mungkin untuk menganalisisnya untuk memastikan apakah dia telah diretas.
Pemerintah India membantah menggunakan pengawasan ilegal tersebut.
Rincian lebih lanjut tentang siapa yang menjadi sasaran diharapkan akan dirilis dalam beberapa hari mendatang.
Pada 2019, WhatsApp menggugat NSO, menuduh perusahaan itu berada di balik serangan siber terhadap 1.400 ponsel yang melibatkan Pegasus. Pada saat itu, NSO membantah melakukan kesalahan, tetapi perusahaan tersebut telah dilarang menggunakan WhatsApp.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lembaga ini menilai penggunaan alat sadap Pegasus berpotensi memunculkan bahaya bagi keberlangsungan demokrasi.
Baca SelengkapnyaSebuah laporan menyatakan bahwa iPhone yang dimiliki oleh dua staf kampanye presiden AS telah berhasil diretas oleh peretas yang berasal dari Tiongkok.
Baca SelengkapnyaMudah bagi hacker meretas kamera ponsel atau laptop dan merekam aktivitas penggunanya secara diam-diam.
Baca SelengkapnyaKampanye Presiden Donald Trump memperkuat keamanan dengan menggunakan HP dan laptop terenkripsi. Tapi bukan iPhone.
Baca SelengkapnyaBocoran dokumen dari mitra pemasaran Facebook menunjukkan teknologi eavesdropping yang mendengarkan percakapan pengguna untuk menargetkan iklan.
Baca SelengkapnyaPager dan walkie-talkie meledak secara bersamaan dua hari berturut-turut pada Rabu (18/9) dan Kamis (19/9) di seluruh Lebanon.
Baca SelengkapnyaTernyata diduga Israel yang "menyadap" GPS pesawat komersial yang lewat di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaIsrael diduga kuat menjadi dalang di balik meledaknya ribuan pager tersebut.
Baca SelengkapnyaIsrael diduga kuat berada di balik teror pager ini, yang meledak bersamaan selama dua hari di berbagai tempat di Lebanon.
Baca SelengkapnyaIndonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca SelengkapnyaPerang intelijen antara Iran dan Israel melibatkan sejumlah agen mata-mata.
Baca SelengkapnyaIsrael membunuh targetnya ketika mereka berada di rumah bersama anak-anak mereka.
Baca Selengkapnya