Menguak sejarah kekejaman militer Myanmar yang bantai warga Rohingya
Merdeka.com - Pembersihan etnis muslim Rohingya yang dikerahkan oleh pasukan militer Myanmar bukan lagi hal baru. Tentara Myanmar memang dikenal sebagai pasukan dengan kekejaman tanpa ampun, dan hal itu telah bertahan sejak 76 tahun lamanya.
Para pendiri militer Myanmar dikenal dengan nama 30 Kamerad membentuk angkatan bersenjata pada 1941 silam di Bangkok. Pada masa itu, para anggota diperintahkan mencampur darah mereka dalam sebuah mangkuk perak dan meminumnya sebagai tanda sumpah setia kepada militer.
Selanjutnya, pasukan tentara itu memimpin negara menuju kemerdekaan pada 1948. Di awal periode damai, pasukan militer Myanmar telah menghabiskan tujuh dekade untuk berperang melawan bangsanya sendiri.
-
Apa itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Bagaimana Rohingya berjuang? Sejarah panjang perjuangan etnis Rohingya ini menunjukkan bahwa mereka terus berjuang untuk diakui sebagai warga negara yang setara di Myanmar, namun hingga kini mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka.
-
Dimana Rohingya ditemukan? Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Dimana kamp romusa di Myanmar? Video tersebut memperlihatkan suasana kamp romusa di Thanbyuzayat, Myanmar.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa tujuan Rohingya? Menurut Andi, pengungsi etnis Rohingya itu berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
Angkatan Bersenjata yang dikenal dengan nama Tatmadaw itu merebut kekuasan pemerintah sipil Myanmar pada 1962. Mereka juga membunuh ribuan demonstran untuk mempertahankan kekuasaan pada 1988 dan menekan pemberontakan dari gerakan Revolusi Saffron pada 2007 lalu.
Sambil terus mengerahkan serangan terhadap kaum minoritas, Tatmadaw membuat jutaan orang mengungsi dan meraup keuntungan senilai miliaran dolar dari tambang batu giok, hutan jati, dan sumber daya alam lain. Strategi mereka adalah melawan pemberontak etnis, mengelola konflik melalui gencatan senjata, dan memperkaya para anggotanya.
"Mereka tidak pernah mencoba untuk memenangkan hati dan pikiran sasarannya, tetapi mendoktrin dengan cara menekan dan menakut-nakuti sehingga penduduk hanya bisa menyerahkan segalanya. Untuk memuluskan keinginan mereka, hanya sedikit yang tidak mereka lakukan," ujar profesor dari National War Collage di Washington, Zachary Abuza, dikutip dari laman New York Times, pekan lalu.
Meski memiliki reputasi sebagai pelindung rakyat, namun militer Myanmar memiliki sejarah panjang dalam membunuh warga sipil, menyiksa dan mengeksekusi narapidana, melakukan pemerkosaan, mengeksploitasi anak-anak agar menjadi anggota, menjadikan narapidana sebagai kuli hingga membiarkan warga sipil berjalan di atas ranjau darat yang mereka buat.
Setelah berpuluh-puluh tahun menjadikan Myanmar sebagai negara terisolasi, militer mulai melonggarkan cengkramannya pada 2010 lalu sehingga pemilihan umum bisa dilakukan dan secara bertahap memberi posisi kepada warga sipil untuk menjadi pejabat, melayani urusan luar negeri, hingga mengatur kebijakan ekonomi.
Saat itu, Myanmar mulai mendapat akses ke internet dan ponsel mulai bisa dijual secara massal.
Perubahan itu berhasil menghidupkan kembali ekonomi Myanmar dan membuat negara tersebut memperoleh sedikit demokrasi sehingga Amerika Serikat dan Uni Eropa mencabut sanksi ekonomi.
Meski demikian, pasukan militer tetap memegang kendali atas beberapa institusi penting, termasuk kepolisian dan penjaga perbatasan. Selain itu, kekejaman terhadap minoritas pun terus berlanjut.
"Tatmadaw merupakan suatu institusi yang tidak tunduk terhadap apapun. Mereka tidak bisa diatur dan tetap melakukan tindakan kasar terhadap apapun yang dikehendaki," kata seorang analis independen di Yangon, David Mathieson.
Saat ini, pasukan militer Myanmar dipimpin oleh Jendral Min Aung Hlaing. Boleh dibilang, dia merupakan sosok paling berkuasa di Myanmar. Hlaing dianggap memegang peranan kunci di balik kekerasan yang terjadi di Negara Bagian Rakhine. Sementara Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar, menerima kecaman dari dunia, Hlaing terus-terusan menjalankan taktik brutal terhadap etnis Rohingya.
Seorang penasihat lama Suu Kyi yang telah mengabdi selama 18 tahun kepada militer dan menghabiskan 20 tahun lainnya di penjara, U Win Htein, menyebut bahwa militer tidak pernah menginginkan perdamaian.
aung san suu kyi dalam unjuk rasa menentang militer 1988 ©AFP
Htein menyebut bahwa pada 2013 lalu, Presiden Thein Sein yang juga mantan jenderal pernah memerintahkan Hlaing untuk menghentikan serangan terhadap kelompok etnis, namun dia tidak pernah menurutinya.
Sebab, dengan berperang mereka bisa mendapatkan pundi-pundi uang dari ekstraksi batu rubi, emas, dan kayu. Kelompok etnis juga menyebut pasukan militer sengaja menguasai lahan untuk agribisnis dan membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air yang nantinya bisa dijual ke negara tetangga, China.
"Thein Sein memerintahkan tentara untuk berhenti, tapi mereka tidak berhenti. Para tentara bergerak secara independen dan tidak ada yang bisa mempengaruhinya. Mereka tidak akan mendengarkan siapa pun," bebernya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaKonflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Baca SelengkapnyaPeristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Baca SelengkapnyaPenyerangan di Rawagede ini dicap sebagai bagian dari kejahatan perang.
Baca SelengkapnyaMerangkum sejumlah tindak tak terpuji oknum TNI yang terjadi sejak Bulan Agustus hingga kini
Baca SelengkapnyaPeran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.
Baca SelengkapnyaTentara Myanmar tewas mengenaskan dengan kondisi kepala pecah akibat gunakan senjata andalan Hamas RPG-7.
Baca SelengkapnyaMahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaPenganiayaan relawan Ganjar-Mahfud itu terjadi pada Sabtu (30/12).
Baca SelengkapnyaPembantaian terhadap umat Muslim ini terjadi saat ayah PM Thailand berkuasa.
Baca SelengkapnyaMereka tidak mendapat fasilitas kehidupan yang layak oleh serdadu Jepang. Banyak dari mereka yang mati tersiksa.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca Selengkapnya