Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menguat dugaan pejabat AS berperan dalam kudeta militer Turki

Menguat dugaan pejabat AS berperan dalam kudeta militer Turki Perlawan warga sipil terhadap kudeta militer di Turki. ©2016 REUTERS

Merdeka.com - Di Turki sedang ramai dibahas teori spekulasi disepakati baik oleh kalangan Islamis maupun sekuler. Yakni keterlibatan pemerintah Amerika Serikat di balik upaya kudeta militer gagal 15 Juli lalu.

Mantan Kepala Badan Intelijen Angkatan Darat Turki, Ismail Hakki Pekin, termasuk yang meyakini adanya campur tangan AS dalam pergerakan tentara yang bersimpati pada agenda politik ulama karismatik Fethullah Gulen.

Pekin menyatakan upaya kudeta Turki tidak direstui sepenuhnya oleh Presiden Barack Obama. Dia menduga percobaan makar tempo hari hanya didalangi oleh Gulen yang berusaha mengawinkan demokrasi dan Islamisme, didukung beberapa pejabat Washington D.C.

"Tujuan utama kudeta ini bukanlah menggulingkan Presiden Erdogan, bukan sekadar itu. Yang dikejar adalah memaksa Turki menjalankan kebijakan luar negeri sesuai keinginan Amerika Serikat," kata Pekin seperti dilansir Daily Sabah, Senin (1/8).

Sejak 1990-an, banyak posisi penting di tubuh militer Turki disusupi oleh perwira yang bersimpati pada gerakan Gulen. Pekin menuding AS sudah tahu sejak lama adanya perpecahan antar faksi pro-Islamisme maupun pro-sekularisme di tubuh militer.

Ketika terdapat momentum, Pekin menuding faksi ini kemudian digerakkan untuk menjajal upaya kudeta. Dia menyodorkan fakta lain yakni laporan lembaga swadaya International Crisis Group pada 8 April 2016. Laporan ini sudah menyitir adanya desakan beberapa pejabat negara Barat, agar Turki tidak bertindak sendiri merespon isu-isu regional.

rakyat turki tangkap militer pro kudeta

Rakyat Turki tangkap militer pro kudeta (c) 2016 Merdeka.com/twitter

AS, dari laporan tersebut, tidak senang melihat peperangan skala massif yang dilakukan Ankara melawan pemberontak Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), manuver Erdogan dalam Konflik Suriah, serta cara Turki menghadapi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). "Turki diharapkan taat pada garis kebijakan AS di Laut Hitam hingga Laut Caspia. Tak heran jika sekarang angkatan bersenjata Turki dilemahkan," kata Pekin.

Akademisi dari Harvard Kennedy School, Dani Rodrik, kurang yakin operasi makar simpatisan Gulen di tubuh militer direstui oleh Amerika Serikat. Dia lebih percaya hanya ada segelintir pejabat di Washington yang tahu, kemudian mendukung alakadarnya upaya penggulingan Erdogan karena sesuai dengan agenda pribadi masing-masing.

Dalam analisis di situs pribadinya, Rodrik menyatakan Gulen harus diakui tampak dilindungi oleh pemerintah AS. Selain tak segera mengiyakan permintaan Ankara untuk mengekstradisi sang ulama, Rodrik menyoroti masa lalu Gulen yang begitu mudah memperoleh Green Card - izin tinggal permanen di Negeri Paman Sam.

Data dari Rodrik menyatakan Gulen memperoleh rekomendasi green card dari George Fidas dan Graham Fuller, keduanya adalah agen resmi CIA. Surat rekomendasi juga datang dari Morton Abramowitz, mantan Duta Besar AS untuk Turki. Gulen sehari-hari tinggal di Kota Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat sejak 1999.

Keterkaitan antara Gulen, dengan setidaknya beberapa pejabat intelijen AS, juga nampak dari bocoran Wikileaks. Diplomat-diplomat AS di Ankara sejak lama mencatat gerakan sosial Gulen yang disebut Hizmat. Aktivitas organisasi nonprofit itu di bidang pendidikan dan sosial berhasil menggaet banyak pengikut, baik kalangan Islamis, sekuler, hingga dari sipil dan militer. Para diplomat AS ditengarai (mdk/ard)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP