Mengungkap kerja sama AS dengan Al-Qaidah di Yaman
Merdeka.com - Selama dua tahun terakhir pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang didukung Amerika Serikat mengklaim sejumlah kemenangan dengan memukul mundur militan Al-Qaidah dari Yaman dan melumpuhkan kekuatan mereka untuk menyerang negara Barat.
Temuan kantor berita the Associated Press mengatakan, satu hal yang tidak diungkap ke publik adalah seringkali militan Al-Qaidah menyerah tanpa melepaskan satu tembakan sekalipun. Hal itu terjadi karena pasukan koalisi membuat perjanjian rahasia dengan para militan Al Qaidah, membayar sebagian dari mereka untuk meninggalkan kota-kota kunci dan membiarkan mereka mundur dengan membawa persenjataan, peralatan, dan uang hasil menjarah. Ratusan lainnya bahkan diajak bergabung dengan pasukan koalisi.
Dilansir dari laman AP, Senin (6/8), hasil kompromi dengan pasukan AS itu membuat Al-Qaidah bisa bertahan dan memperkuat jaringan mereka di Yaman. Dalam perjanjian yang disepakati dengan AS itu juga dikatakan serangan pesawat nirawak (drone) dari pasukan koalisi akan dibatalkan.
-
Siapa yang berhadapan dengan Arab Saudi? Timnas Indonesia berhadapan dengan Arab Saudi pada matchday pertama Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang berlangsung pada Jumat (6/9) dini hari WIB.
-
Siapa bek kanan Arab Saudi? Salah satunya adalah adu tangguh bek kanan kedua tim, antara Asnawi Mangkualam dan Saud Abdulhamid.
-
Apa yang terjadi di Arab Saudi? Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan fenomena salju yang turun di tengah padang pasir di wilayah Al-Jaws di Arab Saudi.
-
Siapa yang memberikan dukungan penuh pada negara-negara Arab? Uni Soviet memberi dukungan penuh pada negara-negara Arab dalam persiapan perang melawan Israel.
-
Apa yang dilakukan Brigade al-Qassam? Brigade al-Qassam kembali berhasil melumpuhkan tentara Israel dengan serangan tak terduga. Dalam sebuah video terbaru yang beredar, seorang prajurit al-Qassam dengan akurat menembakkan rudal ke arah tentara zionis saat sedang berkumpul.
-
Bagaimana Hamas mendapatkan jaminan dari AS? Dikutip dari laman Haaretz, Minggu (5/5), Hamas mendapat jaminan dari Amerika Serikat (AS) terkait penarikan penuh pasukan penjajah Israel dari Jalur Gaza dan pasukan Israel tidak akan melanjutkan pertempuran jika semua tawanan telah dibebaskan.
Kesepakatan yang diungkap AP ini menggambarkan dua kepentingan AS yang saling bertolak belakang di Yaman.
Di satu sisi AS bekerja sama dengan sekutu Arab, terutama Uni Emirat Arab dengan tujuan menghabisi kelompok Al-Qaidah di Yaman yang lebih dikenal dengan nama AQAP. Namun agenda lebih besar dari AS adalah memenangkan perang melawan kelompok pemberontak Huthi yang didukung Iran. Dalam perang melawan Huthi ini Al-Qaidah praktis berada di kubu yang sama dengan pasukan koalisi Saudi didukung AS.
"Di dalam militer AS sudah jelas mereka tahu apa yang dilakukan di Yaman adalah membantu AQAP dan ada kekhawatiran soal itu," kata Michael Horton, pengamat terorisme dari Yayasan Jamestown.
"Namun mendukung UEA dan Kerajaan Arab Saudi dalam melawan pengaruh Iran lebih utama dibanding memerangi AQAP atau bahkan membuat Yaman stabil," kata Horton.
pemberontak huthi di yaman ©Reuters
Termuan AP ini didasarkan pada hasil liputan di Yaman melalui serangkaian wawancara dengan puluhan pejabat, termasuk dari petugas keamanan Yaman, komandan milisi, juru runding kelompok suku, dan empat cabang Al-Qaidah di Yaman.
Kelompok milisi didukung pasukan koalisi kerap merekrut militan Al-Qaidah untuk memperkuat pasukan mereka.
Salah satu komandan lapangan asal Yaman yang masuk dalam daftar terorisme AS karena punya hubungan dengan Al-Qaidah tahun lalu juga hingga kini masih menerima sumbangan dana dari UEA untuk operasional pasukan milisinya. Kabar itu diungkap langsung dari orang dekat si komandan kepada AP. Seorang komandan lain belum lama ini menerima sumbangan dana USD 12 juta dari presiden Yaman untuk operasional pasukannya.
Belum lama ini Pentagon membantah tudingan soal bekerja sama dengan militan Al-Qaidah.
"Sejak awal 2017, kami sudah melancarkan serangan udara sebanyak lebih dari 140 kali untuk menyingkirkan para pentolan AQAP dan mencegah upaya mereka merekrut anggota di lapangan untuk menyerang AS dan sekutu kami di kawasan," kata juru bicara Pentagon Sean Robertson dalam surat elektronik kepada AP.
Pengamat dari Institut American Enterprise, Katherine Zimmerman, mengatakan AS tak bisa lepas dari konflik di Yaman.
"Memang tidak masuk akal, AS menganggap Al-Qaidah sebagai ancaman, tapi mereka punya kepentingan yang sama di Yaman dan di bagian tertentu kedua saling bertolak belakang," kata Zimmerman.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Houthi mengklaim serangan itu berhasil mengenai target.
Baca SelengkapnyaKelompok tentara bayaran yang didukung Saudi dan UEA merajalela di Yaman sejak dimulainya perang di negara tersebut sembilan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSerangan gabungan AS dan Inggris ini dilancarkan sebagai balasan untuk Houthi yang didukung Iran atas serangan terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap 36 sasaran Houthi di Yaman, pada Sabtu kemarin.
Baca SelengkapnyaPara pemimpin Arab ini mengungkapkan keinginannya saat bertemu Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
Baca SelengkapnyaKenapa sejumlah negara Arab selama ini tidak bergerak membantu Palestina karena mereka di belakang bersekongkol dengan Israel.
Baca SelengkapnyaBela Israel, AS "Umumkan Perang" dengan Pasukan Houthi Yaman di Laut Merah
Baca SelengkapnyaArab Saudi menjadi salah satu negara yang dicemooh karena memilih sikap tidak acuh atas penderitaan warga Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaHouthi menargetkan kapal-kapal yang berkaitan dengan Israel di Laut Merah.
Baca SelengkapnyaMedia Saudi Al-Arabiya memuat pemberitaan yang bias pro-Israel dalam perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaKetika Iran menyerang Israel pada April lalu, negara Zionis itu dibantu dan didukung negara Arab seperti Yordania.
Baca SelengkapnyaIsrael sampai saat ini masih memborbardir Jalur Gaza.
Baca Selengkapnya