Mengurai Akar Masalah Al-Aqsa yang Kembali Bergejolak
Merdeka.com - Semua orang khawatir ini akan terjadi.
Beberapa pekan sebelum hari libur besar umat Yahudi, Kristen, dan muslim yang terjadi berdekatan, puluhan ribu orang diperkirakan akan datang ke Yerusalem untuk pertama kalinya sejak pandemi. Pejabat Israel, Palestina, dan para pemimpin Arab membahas upaya bagaimana meredam ketegangan.
Israel melonggarkan aturan ketat di wilayah yang dikuasainya secara militer selama hampir 55 tahun dengan mencabut sejumlah larangan dan memberikan ribuan izin kerja bagi warga Palestina. Polisi Israel mengatakan mereka akan memastikan semua orang bisa beribadah dengan khusyuk.
-
Kenapa jumlah Muslim di Israel meningkat? Menurut sumber yang sama, warga Muslim di Israel tercatat memiliki tingkat kelahiran yang tinggi. Per tahun, rata-rata satu dari empat kelahiran bayi adalah Muslim.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Israel dan Palestina? Pada akhir perang pada Juli 1949, Israel menguasai lebih dari dua pertiga bekas Mandat Inggris, sementara Yordania menguasai Tepi Barat dan Mesir menguasai Jalur Gaza.
-
Bagaimana konflik Israel dan Palestina dimulai? Konflik yang bermula sejak tahun 1947 ini bahkan masih sering memanas.
-
Siapa pemimpin pasukan yang mengepung Yerusalem? Pada tanggal 20 September 1187, Shalahuddin tiba di luar kota bersama pasukannya.
-
Dimana pengepungan Yerusalem terjadi? Pengepungan Yerusalem adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Perang Salib, ketika Saladin berhasil merebut kembali kota suci dari tangan tentara salib Kristen.
-
Dimana komunitas Muslim terbesar di Israel? Kota yang paling banyak dihuni warga Arab di Israel adalah Nazareth. Sekitar 40 ribu dari 65 ribu jiwa di kota tersebut adalah Muslim.
Tujuan dari upaya ini adalah untuk menghindari insiden tahun lalu ketika serangkaian unjuk rasa dan bentrokan di Yerusalem memicu perang 11 hari antara Israel dengan kelompok Hamas di Gaza.
Namun rencana tinggal rencana.
Serangkaian serangan mematikan terjadi di Israel dalam beberapa tahun belakangan. Tindakan penangkapan di daerah pendudukan Tepi Barat memicu kontak senjata. Bentrokan meletus di lokasi yang menjadi tempat ibadah kaum Yahudi dan muslim. Sedikitnya dua roket dilepaskan dari Gaza dan dibalas dengan serangan udara Israel.
Serangkaian serangan
Pada 22 Maret seorang Palestina warga Israel membunuh empat orang dengan menabrakkan mobil dan menikam pisau di Kota Beersheba. Serangan penembakan oleh orang Palestina tiga pekan kemudian, termasuk di jantung kota Tel Aviv, membunuh 10 orang.
Pihak berwenang Israel mengatakan pelaku bertindak sendirian dan meski Hamas dan kelompok militan Palestina lain merayakan serangan itu, tak satu pun dari mereka mengklaim bertanggung jawab. Sejumlah pelaku mendukung kelompok ISIS, tapi tidak ada bukti kelompok itu yang merancang serangan.
Israel melancarkan penggerebekan di Tepi Barat dan menangkap puluhan orang. Orang Palestina membalas dengan melempar batu dan bom molotov. Di Jenin, kawasan yang dikuasai kaum militan, bentrokan senjata meletus.
Sedikitnya 26 orang Palestina tewas, menurut perhitungan kantor berita the Associated Press, termasuk pelaku penyerangan dan mereka yang terlibat bentrokan. Namun mereka yang tewas kali ini termasuk seorang pengacara dan perempuan 18 tahun yang rupanya hanya pejalan kaki dan seorang perempuan tak bersenjata yang ditembak mati di pos pemeriksaan.
Israel mengambil alih Tepi Barat, beserta Yerusalem dan Jalur Gaza pada Perang Timur Tengah 1967. Palestina menginginkan tiga wilayah itu untuk menjadi bagian dari negara mereka di masa depan.
Israel menguasai lebih dari 60 persen wilayah Tepi Barat dan membangun lebih dari 130 pemukiman yang menjadi tempat tinggal hampir 500.000 orang Yahudi.
Bentrok di Yerusalem
Pada 15 April, bentrokkan terjadi saat subuh antara orang Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Polisi mengatakan orang Palestina melempari mereka batu dan ke arah tempat suci umat Yahudi sehingga memaksa mereka bertindak. Palestina mengatakan polisi menggunakan kekerasan yang berlebihan.
Lebih dari 150 orang Palestina dan tiga polisi Israel luka dalam kejadian itu. Polisi melepaskan tembakan peluru karet dan granat kejut, Palestina membalas dengan lemparan batu dan kembang api. Dalam satu momen, polisi merangsek masuk ke dalam masjid Al-Aqsa dan menangkap orang yang diduga melempar batu.
Serangkaian bentrokan terjadi sejak itu dan pada Ahad lalu orang Palestina melempar batu ke arah bus di luar Kota Tua Yerusalem.
"Seruan menghasut dari Hamas dilakukan untuk melawan Israel," kata Perdana Menteri Naftali Bennett pekan ini. "Israel melakukan semuanya agar semua orang bisa merayakan hari besar dengan aman--Yahudi, muslim, dan Kristen."
Lokasi bentrokan di Kota Tua itu adalah tempat ibadah suci ketiga umat Islam dan juga tempat suci Yahudi yaitu Kuil Bukit karena dua kuil Yahudi terletak di sana sejak zaman dulu. Lokasi itu menjadi pusat konflik berusia ratusan tahun dan menjadi titik terjadinya kekerasan belakangan ini.
Orang Palestina menilai masuknya kaum Yahudi dan orang nasionalis dengan pengawalan polisi sebagai bentuk provokasi dan menjadi pertanda Israel akan mengambil alih tempat suci itu atau mengkaplingnya. Israel mengatakan mereka tetap berkomitmen terhadap status quo.
Kota Tua adalah bagian dari Yerusalem Timur yang dicaplok Israel dan tindakan itu tidak diakui dunia internasional. Palestina ingin Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara mereka di masa depan.
Kebijakan yang diskriminatif di Yerusalem Timur mendukung perluasan pemukiman Yahudi. Sementara orang Palestina secara sistematis ditolak mendirikan bangunan sehingga banyak dari mereka membangun tanpa izin dan itu berisiko dihancurkan di kemudian hari. Puluhan keluarga Palestina kini terancam diusir dari rumah mereka karena kaum Yahudi sejak satu dasawarsa lalu gencar menyerukan perluasan pemukiman dan kehadiran orang Yahudi di Yerusalem Timur.
Orang Yahudi yang lahir di Yerusalem menjadi warga negara Israel. Kebanyakan orang Palestina menolak kewarganegaraan Israel tapi mereka yang ingin menjadi warga Israel harus melalui proses birokrasi yang lama dan tidak pasti. Orang Palestina yang menghabiskan waktu lebih banyak di luar Yerusalem Timur untuk keperluan kerja, sekolah atau alasan keluarga, bisa kehilangan status penghuni dan dilarang kembali. Kebijakan semacam itu tidak berlaku untuk Yahudi.
Israel dan Mesir memberlakukan blokade di Gaza sejak Hamas berkuasa 15 tahun lalu. Angka pengangguran mencapai 50 persen, listrik dibatasi hanya 12 jam per hari, air minum tidak layak diminum.
Israel dan Hamas sudah empat kali berperang sejak 2008, menambah penderitaan 2 juta orang Palestina yang tinggal di Jalur Gaza.
Lebih dari separuh dari 2 juta penduduk Palestina di Gaza adalah keturunan pengungsi dari apa yang sekarang adalah tanah Israel yang melarikan diri atau diusir dari tanah mereka pada 1948 saat berdirinya negara Israel.
Sekitar 60 persen warga Palestina di tiga wilayah tersebut berusia di bawah 30 tahun, tanpa ingatan sama sekali soal proses perdamaian Timur Tengah yang dilanggar lebih dari satu dasawarsa silam.
"Kita punya generasi yang sangat radikal," kata Mkhaimar Abusada, profesor ilmu politik di Universitas Al-Azhar Gaza. "Mereka tidak begitu peduli kalau kita berperang lagi dengan Israel atau tidak atas alasan karena Al-Aqsa atau hal lain."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Palestina melaksanakan Salat Iduladha di Masjid Al-Aqsa di tengah agresi Israel yang masih berlanjut menyerang Gaza dan Tepi Barat.
Baca SelengkapnyaAksi ini dilakukan di bawah pengawasan polisi Israel.
Baca SelengkapnyaRibuan jemaah Muslim melaksanakan salat Idulfitri di Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Pelaksanaan salat Id berlangsung syahdu di tengah pembatasan Israel.
Baca SelengkapnyaPolisi Israel bersenjata lengkap itu melakukan pengawasan ketat terhadap warga Palestina yang hendak melaksanakan salat Jumat di Masjid Al Aqsa.
Baca SelengkapnyaBerbagai upaya pembatasan dan penjagaan ketat oleh Israel tak mampu membendung puluhan ribu warga Palestina untuk tetap menggelar salat Jumat di Masjid Al Aqsa.
Baca SelengkapnyaPernyataan kontroversial ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum umat Muslim memasuki bulan suci Ramadan.
Baca SelengkapnyaMomen pria Indonesia berkunjung ke komplek Masjidilaqsa.
Baca SelengkapnyaPenyerangan itu terjadi ketika lebih dari 1.100 warga Israel menggelar pawai 'Hari Yerusalem'.
Baca SelengkapnyaHamas menyebut aturan tersebut sebagai cerminan kekejian Zionis.
Baca SelengkapnyaSalat Idulfitri di Masjidil Aqsa, Yerusalem, juga berlangsung di bawah pengawasan pasukan Israel.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan aturan yang berlaku selama puluhan tahun, kaum Yahudi hanya diizinkan untuk berkunjung di Masjid Al Aqsa, tetapi tidak boleh berdoa di sana.
Baca SelengkapnyaSeiring memanasnya konflik yang terjadi di Jalur Gaza, Israel membatasi jemaah yang hendak beribadah di Masjid Al Aqsa.
Baca Selengkapnya