Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Merek Ternama Dunia Diduga Dipasok Bahan dari China yang Pekerjakan Muslim Uighur

Merek Ternama Dunia Diduga Dipasok Bahan dari China yang Pekerjakan Muslim Uighur Muslim Uighur kabur dari tahanan Thailand. ©AFP PHOTO/TUWAEDANIYA MERINGING

Merdeka.com - Sejumlah merek mode busana ternama dunia diduga mendapat pasokan benang kapas dari pabrik di China yang mempekerjakan secara paksa warga Muslim Uighur. Merek-merek itu termasuk Target, Cotton On, Jeanswest, Dangerfield, Ikea dan H&M.

Laporan itu datang dari sebuah pemberitaan program Four Corners ABC, yang menelusuri kisah seorang perempuan Uighur di Urumqi, Ibu Kota Xinjiang-Uighur Autonomous Region, China.

Perempuan itu mengaku dipekerjakan secara paksa di kamp tahanan di Xinjiang. Ia meminta pertolongan pada saudarinya yang bermukim di Melbourne, Australia, Gulnur Idreis.

Orang lain juga bertanya?

Wanita berusia 38 tahun itu sebelumnya bekerja di rumah sakit yang berafiliasi dengan Sekolah Kedokteran Xinjiang.

Lewat percakapan telpon, Dilnur pada Februari 2017 mengaku, ia dan suaminya ditangkap dan dikirim ke sejumlah kamp tahanan.

"Sebanyak 660 orang dibawa ke kamp tahanan dalam kondisi tangan diborgol. Kami tidak kuasa berbicara, karena akan dipenjarakan jika mengungkapkan hal ini. Sudah dua tahun berlalu dan kami belum juga dilepaskan," tutur Dilnur seperti dikutip dari ABC Indonesia, Selasa (16/7).

Dilnur mengirimkan sejumlah pesan mengenai kondisinya dan ratusan warga Uighur dalam kamp tahanan dan dipaksa bekerja secara tidak manusiawi.

Ia mengaku, dirinya tidur di asrama pabrik dan hanya dibolehkan pulang seminggu sekali untuk bertemu anak-anak dan orangtuanya. Daya penglihatannya sangat buruk dan jika dia tidak bisa membuat sulaman rumit yang diperintahkan, dia akan dihukum menyapu pabrik.

"Saudari saya seorang perawat, dia tidak tahu bagaimana caranya membuat pakaian," tutur Gulnur.

Dilnur meminta saudarinya di Melbourne menyuarakan kondisinya di China kepada media dan khalayak luas.

"Dia minta tolong, katanya jika tidak bisa keluar dari tempat itu, kabarkan kepada masyarakat internasional, pemerintah, apa saja yang bisa saya lakukan," tutur Gulnur Idreis.

Berbekal kartu identitas yang sempat diberikan lewat foto dari Dilnur, Four Corners ABC kemudian menelusuri keberadaan lokasi pabrik yang disebut Dilnur itu.

Ternyata lokasi tersebut adalah perusahaan tekstil bernama Urumqi Shengshi Huaer Culture Technology Co, berlokasi 30 kilometer sebelah utara ibukota Xinjiang, Urumqi.

Penelusuran lebih lanjut oleh Four Corners mendapati pabrik ini sebagai pemasok bahan kain katun untuk sejumlah merek fesyen Australia.

Kepada Four Corners, pihak Cotton On dan Target Australia mengaku sedang menyelidiki relasi mereka dengan pemasok di Xinjiang.

uighur di china©REUTERS/Thomas Peter

Cotton On Group mengaku mendapat pasokan kain dari subkontraktor berbasis di Xinjiang, Litai Tekstil. Perusahaan ini mengoperasikan dua parik di kota Korla dan Kuytun.

Dokumen Pemerintah China yang diperoleh Four Corners menunjukan pabrik Litai Textil di Kuytun bekerja sama dengan pemerintah untuk melatih dan merekrut pekerja pertanian yang untuk bekerja di pabrik-pabrik.

Ketika ditanya apakah Cotton On bisa menjamin kalau benang tekstil yang digunakannya tidak diproduksi para pekerja paksa, mereka berdalih tidak mengetahui isu ini dan sedang melakukan penyelidikan.

Perusahaan ini membenarkan seorang stafnya tahun lalu mengunjungi pabrik milik Litai Textile di Korla, yang berlokasi 6 kilometer dari kamp pelatihan di Urumqi.

Sementara Target Australia menjelaskan salah satu pemasok langsungnya menggunakan kapas dari pabrik yang dimiliki perusahaan bernama Huafu Fashion Co di Xinjiang.

Pada bulan Mei, seorang pekerja di pabrik Huafu di Aksu dikutip media Wall Street Journal, bahwa dia bekerja di pabrik itu dari program pelatihan rahasia untuk menghilangkan "pikiran ekstremisnya".

Manajer pabrik Huafu menyangkal kepada Four Corners bahwa perusahaannya menggunakan sistem kerja paksa.

Sejumlah merek internasional seperti H&M, Adidas dan Esprit dilaporkan juga menyelidiki atau telah menangguhkan hubungan mereka dengan pabrik yang mempekerjakan secara paksa warga Muslim Uighur Huafu.

UNIQLO, Nike, dan PVH Corp - perusahaan di belakang Calvin Klein dan Tommy Hilfiger - mengatakan mereka sedang menyelidiki isu kerja paksa di Xinjiang.

Nike misalnya mengaku sedang meninjau apakah rantai pasoknya mengambil bahan dari wilayah tersebut.

Ikea mengakui sekitar 15 persen kapasnya berasal dari Xinjiang, tetapi tidak mengetahui adanya kerja paksa.

Merek fesyen Australia Dangerfield mengatakan 7 persen kapas yang mereka gunakan dipasok dari Xinjiang, tapi telah memeriksa pabrik-pabrik mitranya dan pemasoknya menandatangani perjanjian untuk tidak membeli kapas dari kamp-kamp kerja paksa.

Sedangkan Woolworths mengatakan pemasok kapas mereka yang dijual dengan merek Big W kemungkinan berasal dari Xinjiang.

Sedangkan sejumlah merek terkenal Australia juga masih dipertanyakan sumber pasokan bahan baku mereka.

Just Group, yang memiliki merek fesyen Just Jeans, Dotti, Jacqui E, Peter Alexander, Portmans dan Jay Jays, mengaku 84 persen rantai pemasok dari produk mereka berasal dari China.

Demikian pula kelompok Noni B, yang memiliki merek seperti Rockmans, Katies, Liz Jordan, W.Lane, Table Eight, Rivers, Millers, Crossroads and Autograph, mengatakan China adalah salah satu dari empat pemasok utama dan tidak mengesampingkan produk mereka berasal dari Xinjiang.

Sumber: Liputan6.com

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Keramik Ilegal Asal China Senilai Rp79 Miliar Ditemukan di Gudang PT Bintang Timur Surabaya
Keramik Ilegal Asal China Senilai Rp79 Miliar Ditemukan di Gudang PT Bintang Timur Surabaya

Mendag Zulkifli menegaskan ungkap kasus dari hasil pengawasan perdagangan ini demi menyelamatkan industri dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Banyak Mantan Pejabat Tinggi Komunis China yang Jadi Petinggi di E-commerce Temu
Banyak Mantan Pejabat Tinggi Komunis China yang Jadi Petinggi di E-commerce Temu

Perusahaan e-commerce Temu juga beroperasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Tak Banyak yang Tahu, Ternyata 5 Merek yang Kerap Diboikot Ini Punya Orang Indonesia
Tak Banyak yang Tahu, Ternyata 5 Merek yang Kerap Diboikot Ini Punya Orang Indonesia

MUI merinci 10 kriteria produk nasional yang perlu didukung karena kepemilikan nasional, sumber bahan baku dalam negeri hingga inovasi teknologi yang digunakan.

Baca Selengkapnya
Buronan Kasus Penipuan Modus 'Like and Subscribe' Kembali Ditangkap, Ini Peran Tersangka
Buronan Kasus Penipuan Modus 'Like and Subscribe' Kembali Ditangkap, Ini Peran Tersangka

Total sudah lima tersangka ditangkap polisi terkait kasus penipuan tersebut.

Baca Selengkapnya
Siapa Perusahaan yang Ekspor Nikel Ilegal? Ini Jawaban Luhut
Siapa Perusahaan yang Ekspor Nikel Ilegal? Ini Jawaban Luhut

Informasi itu didapat dari Ketua Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya
Ibu Ini Klaim Anaknya Hamil Setelah Memakai Celana Dalam yang Dibeli Secara Online
Ibu Ini Klaim Anaknya Hamil Setelah Memakai Celana Dalam yang Dibeli Secara Online

Perempuan asal China itu mengaku ia telah membeli pakaian dalam dari perusahaan online bernama Taobao.

Baca Selengkapnya
Polisi Sita Mobil Mewah Maserati Granturismo hingga Ferrari dari Otak Penipuan Freelance Like dan Subscribe
Polisi Sita Mobil Mewah Maserati Granturismo hingga Ferrari dari Otak Penipuan Freelance Like dan Subscribe

Aset yang disita diduga hasil tindak pidana penipuan sindikat yang beroperasi dari Dubai.

Baca Selengkapnya
Pejabat Korea Temukan Banyak Produk Mengandung Zat Berbahaya yang Dijual di E-Commerce China
Pejabat Korea Temukan Banyak Produk Mengandung Zat Berbahaya yang Dijual di E-Commerce China

Di e-commerce ini banyak pilihan pakaian dan aksesori trendi dengan harga yang sangat rendah.

Baca Selengkapnya
Polisi Bongkar Kasus Kosmetik Ilegal hingga Barang Palsu, Kerugian Capai Rp12 Miliar
Polisi Bongkar Kasus Kosmetik Ilegal hingga Barang Palsu, Kerugian Capai Rp12 Miliar

Penyidikan kasus dilakukan sejak Januari 2024 hingga Juli 2024. Dengan menetapkan delapan tersangka

Baca Selengkapnya
Tanggapi YKMI Keluarkan Daftar Produk Boikot, Wasekjen MUI: Jika Sumbernya Jelas Tak Masalah
Tanggapi YKMI Keluarkan Daftar Produk Boikot, Wasekjen MUI: Jika Sumbernya Jelas Tak Masalah

Daftar produk yang dikeluarkan YKMI tersebut menjadi rujukan untuk menjawab kebingungan masyarakat terhadap produk yang terafiliasi.

Baca Selengkapnya
Pejabat Adidas China Disinyalir Gelapkan Dana Perusahaan Rp4,41 Triliun
Pejabat Adidas China Disinyalir Gelapkan Dana Perusahaan Rp4,41 Triliun

Penjualan Adidas di China tumbuh sebesar 8 persen pada kuartal pertama.

Baca Selengkapnya
Polisi Tangkap Pelaku Penipuan Modus 'Like and Subscribe', Sedot Duit Ratusan Korban hingga Rp1,5 T
Polisi Tangkap Pelaku Penipuan Modus 'Like and Subscribe', Sedot Duit Ratusan Korban hingga Rp1,5 T

kasus bermula dari 189 laporan polisi tersebar di sejumlah Polda.

Baca Selengkapnya