Meski berfasilitas mewah, kota di China ini tidak berpenghuni

Merdeka.com - Penduduk setempat menyebutnya sebagai 'Kota Mati'. Ini adalah sebuah 'kota hantu' di mana tidak ada penduduk hidup di dalamnya. Lebih dari seratus bangunan berdiri kosong, setelah dibangun enam tahun lalu untuk warga di Kota Beihai, di Wilayah Otonomi Guangxi Zhuang. 

Kota itu dibangun untuk memenuhi meningkatnya kelas orang kaya baru, yang diharapkan bakal berinvestasi dan membeli dengan cepat properti di kota tersebut. Banyak di antara bangunan di kota itu dibanderol dengan harga lebih dari Rp 5,5 miliar, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Rabu (23/4).

Warga China tidak diperbolehkan untuk berinvestasi di luar negeri, sehingga ada ledakan nyata dalam dunia properti di saat orang mencari investasi yang aman untuk kekayaan mereka.

Dalam upaya untuk melayani mereka ingin berinvestasi di bidang properti, seluruh kota telah dibangun lengkap dengan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, jalan raya, dan taman. Namun, dengan tidak adanya penduduk, kota itu berubah menjadi 'kota mati' karena jauh dari pusat-pusat ekonomi penting.

Beberapa pekerja di China, yang dapat memperoleh pendapatan sedikitnya Rp 23 ribu per hari, telah menginvestasikan tabungan mereka hingga ke tiga generasi dari satu keluarga hanya untuk membeli properti di kota itu. Tetapi mereka tidak mau membeli salah satu rumah di sana karena kota itu terlalu jauh dari pusat-pusat kota utama dan membuat kota itu dibiarkan tanpa penduduk sama sekali.

Kebanyakan dari mereka, yang berharap adanya pertumbuhan dalam nilai properti, beranggapan berinvestasi di sana akan berisiko. Para pengamat percaya China telah kelebihan properti, yang dapat menyebabkan terjadinya gelembung perumahan dari properti-properti yang kosong.

Namun, pihak lain mengatakan modernisasi di China merupakan kisah urbanisasi terbesar yang pernah ada di dunia, dan kota-kota 'mati' seperti itu akan segera menjadi wilayah metropolitan yang berkembang.

Setelah enam tahun dibangun dan dengan tidak adanya jiwa hidup di dalamnya, beberapa bangunan di kota itu akan membutuhkan lebih banyak uang yang akan dihabiskan untuk melindungi mereka dari kerusakan.

Pengerjaan konstruksi kota itu tidak hanya mempekerjakan ratusan ribu warga China, tapi juga telah membuat ratusan ribu warga setempat terpaksa harus pergi dari tanah dan rumah mereka agar dapat membuat jalan bagi proyek-proyek konstruksi.

"Ini suatu kegilaan, rumah-rumah dibangun hanya untuk dibiarkan kosong!" kata salah satu penduduk setempat yang terpaksa harus tinggal di sebuah gubuk kayu.