Muslim seluruh dunia kecam pernyataan Donald Trump
Merdeka.com - Bakal calon presiden Amerika Serikat dari partai Republik Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial terkait warga muslim.
Dia mengatakan akan melarang imigran muslim di seluruh dunia masuk ke Amerika Serikat.
Trump menegaskan seandainya terpilih dalam pemilu tahun depan, dia serius menghentikan orang Islam untuk dapat masuk ke Negeri Paman Sam. Pelarangan itu, menurutnya, harus dilakukan dari pintu imigrasi darat, laut, maupun udara.
-
Bagaimana muslim Amerika akan mempengaruhi pemilu? Oposisi dari populasi Muslim dan Arab Amerika yang cukup besar dapat menjadi ancaman bagi Electoral College presiden dalam pemilihan yang akan datang.
-
Dimana Trump mengatakan ancamannya? Dalam pidato yang disampaikan di Arizona di hadapan para pendukungnya, Trump menegaskan pentingnya Terusan Panama sebagai aset strategis bagi Amerika Serikat.
-
Siapa yang dilarang AS? Amerika Serikat juga telah mengurangi pasokan chip high-end untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Tiongkok. Diberitakan bahwa otoritas regulasi di AS telah melarang Samsung untuk memasok chipset Exynos dengan teknologi 7nm atau yang lebih rendah kepada perusahaan-perusahaan di Tiongkok.
-
Kenapa muslim Amerika menolak Biden? 'Konferensi #AbandonBiden 2024 ini dibuat sebagai latar belakang dari pemilihan presiden 2024 yang akan datang dan keputusan untuk menarik dukungan terhadap Presiden Biden karena ketidaksetujuannya untuk menyerukan gencatan senjata dan melindungi warga tak bersalah di Palestina dan Israel,' kata kelompok tersebut kepada kantor berita Axsio dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Aljazeera, Ahad (3/12).
-
Siapa yang menolak ancaman Trump? Respon terhadap pernyataan Trump tidak lama datang dari Presiden Panama, Jos Ral Mulino. Ia dengan tegas menegaskan bahwa Terusan Panama adalah milik negara mereka dan menambahkan bahwa kedaulatan Panama tidak dapat dinegosiasikan.
-
Apa dampak penolakan muslim Amerika terhadap Biden? Belum pasti apakah pemilih muslim akan mengalihkan dukungan mereka secara besar-besaran dari Biden, namun perubahan kecil dalam dukungan bisa memiliki dampak pada negara bagian-negara bagian di mana Biden meraih kemenangan dengan selisih tipis pada 2020.
"Larangan (masuk) itu berlaku sampai kita bisa memutuskan dan mengerti permasalahan ideologi Islam dan ancamannya yang berbahaya. Negara ini tidak bisa menjadi korban serangan kaum percaya pada konsep Jihad dan tidak memiliki nalar untuk menghormati sesama manusia," ujar Trump dalam pernyataannya kepada awak media kemarin, seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (7/12).
Kantor berita the Associated Press hari ini menanyakan bagaimana tanggapan warga muslim di luar Amerika terhadap pernyataan Trump itu. Berikut di antaranya:
Aya, 22 tahun, lulusan dari sebuah kampus di Kairo, Mesir:
"Saya terlahir dari orangtua muslim dan memakai jilbab sejak masih kecil. Sekarang saya ateis tapi saya tidak bilang pada siapa pun. Pertanyaan saya buat Donald Trump: Bagaimana Anda tahu orang yang dilarang masuk ke Amerika itu adalah muslim? Bukankah kaum ekstremis itu memalsukan Islam dan masuk ke negara Anda sebagai seorang Kristen atau ateis kemudian masih bisa melancarkan serangan bom? Bukan begitu caranya melawan terorisme.
_____
Bassim Yusuf, mantan pembaca acara bincang-bincang di Timur Tengah:
"Saya baru tahu Donald Trump adalah seorang Nazi tulen," kata dia di akun Twitternya.
_____
Tariq, 22 tahun, mahasiswa di Kairo
"Saya tidak salat. Teman-teman saya juga begitu. Saya sudah hampir sama muslimnya dengan Trump. Melarang muslim? Apa dia tidak tahu banyak orang Islam adalah muslim KTP?
_____
Yara Faris, 23 tahun, wartawan di Tepi Barat. Dia ingin sekolah jurnalisme di Universitas Columbia di Amerika Serikat.
"Amerika akan tetap menjadi tempat belajar terbaik di dunia, dan saya pikir Amerika tidak akan menolak warga muslim masuk hanya karena mereka muslim.
Saya melihat Trump sebagai orang gila. Dia selalu menyampaikan pernyataan gila dan baru-baru ini saya baca, 60 persen pernyataan Trump itu berdasarkan informasi yang salah."
_____
Usamah Sallah, pengusaha Palestina di Yerusalem yang pernah tinggal di Amerika Serikat selama 14 tahun
"Saya pikir pernyataan itu memalukan. Itu bukan Amerika yang saya tahu dan saya yakin mayoritas rakyat Amerika tidak setuju dengan pernyataan itu karena tidak mewakili nilai-nilai Amerika.
Bagi mereka yang setuju dengan pernyataan Trump, saya ingin tanya: Bagaimana perasaan kalian jika orang Arab dan negara muslim melarang orang Amerika masuk ke negaranya?"
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagian orang AS yang takut jika Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Baca SelengkapnyaBiden resmi mengumumkan mundur dari konstestasi Pilpres AS dan mendukung Kamala Harris. Dia beralasan, ingin fokus pada tugas-tugasnya di sisa masa jabatan.
Baca SelengkapnyaTrump berpendapat tarif adalah alat penting untuk melindungi pekerjaan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaAcara buka puasa bersama para komunitas Muslim Amerika sedianya diselenggarakan pada Selasa (2/4).
Baca SelengkapnyaWali Kota Hamtramck, Amer Ghalib, tegas mendukung Donald Trump di Pilpres AS yang akan berlangsung November mendatang.
Baca SelengkapnyaDewan HAM PBB kemarin menyepakati adanya perbedaan resolusi soal kasus kebencian agama setelah terjadi insiden pembakaran kitab suci Alquran di Swedia.
Baca SelengkapnyaDewan HAM PBB kemarin menyetujui resolusi tentang kebencian agama setelah insiden pembakaran Alquran di Swedia bulan lalu
Baca SelengkapnyaTrump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPM India Dituding Kampanye Pemilu Pakai Ujaran Kebencian terhadap Muslim
Baca SelengkapnyaAksi pembakaran kitab suci umat Islam ini menuai kecaman dari seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaPidato Trump saat kampanye di North Carolina dikelilingi kaca anti peluru sebagai perlindungan ganda pasca peristiwa penembakan beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaPresiden Iran mengutuk keras tindak pembakaran Alquran di Swedia dan Denmark yang dibiarkan begitu saja dengan mengatasnamakan kebebasan berpendapat.
Baca Selengkapnya