Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Myanmar ogah disalahkan atas nasib miris ribuan muslim Rohingya

Myanmar ogah disalahkan atas nasib miris ribuan muslim Rohingya Imigran Rohingya di perairan Thailand. ©AFP PHOTO/Christophe Archambault

Merdeka.com - Pemerintah Myanmar menolak desakan internasional, maupun tekanan dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand, agar ikut memikirkan solusi atas pelarian ribuan warga muslim Etnis Rohingya sepekan terakhir.

Negara mayoritas Buddha itu malah menyatakan tidak akan pernah mengakui sebagai penyebab krisis kemanusiaan terbesar di Asia Tenggara ini.

"Kami menolak tuduhan bahwa Myanmar adalah sumber masalah migran ini," kata Kepala Kantor Kepresidenan Myanmar, Zaw Htay seperti dilansir Stasiun Televisi Aljazeera, Minggu (17/5).

Thailand, salah satu negara yang kebanjiran pengungsi Rohingya, menggelar forum mengundang 15 negara lainnya, pada 29 Mei mendatang. Topik yang dibahas adalah mencari solusi atas pelarian ribuan etnis Rohingya dan Bangladesh ke Asia Tenggara. Presiden Myanmar, Thein Sein, turut diundang.

Malaysia mengaku sudah tidak sanggup menampung lebih banyak warga Rohingya. Ada 45 ribu pelarian dari Myanmar yang ditampung Negeri Jiran selama tiga tahun terakhir. Demikian pula pernyataan militer Thailand maupun Indonesia.

imigran rohingya di perairan thailand

Htay menyatakan negaranya bersimpati pada negara-negara yang mengalami masalah penyelundupan imigran Rohingya. Tapi mereka berkukuh sejak awal etnis muslim yang tinggal di Provinsi Arakan itu bukan warga negara Myanmar. Htay menuding negara seperti Bangladesh, sebetulnya yang menyelundupkan mereka ke lautan menjadi manusia perahu.

"Intinya Presiden kami tidak akan menghadiri forum internasional yang menggunakan istilah pengungsi maupun Rohingya," kata Htay.

Diperkirakan sejak pekan lalu ada 8.000 muslim Rohingya terapung di lautan. Nyaris 600 orang memasuki wilayah peraian Indonesia, lalu ditampung di Aceh Utara. Sementara 4.000 pengungsi memasuki wilayah Langkawi, Malaysia. Sisanya masih berada di lautan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak Indonesia atau Malaysia tidak mengusir para pengungsi itu.

Thailand mengusir kapal-kapal Rohingya lainnya selama lima hari terakhir kembali ke perairan internasional. Mayoritas pengungsi terombang-ambing di lautan tanpa makanan, obat, dan persediaan air yang memadai.

Channel News Asia melaporkan, di kapal yang masih belum bisa mendarat ke Malaysia atau Indonesia, muncul pertikaian antara pengungsi Rohingya dan Bangladesh untuk memperebutkan makanan.Warga Rohingya ini ditawari calo penyelundup menuju Malaysia untuk mencari kerja, tapi kemudian ditinggalkan karena bahan bakar kapal habis.

Sebagian besar pengungsi lari dari Myanmar, untuk menghindari pembantaian etnis mayoritas Rakhine yang terjadi pada 2012. Kala itu, muncul isu beberapa warga Rohingya memperkosa perempuan Buddhis, sehingga pecah konflik berlatar sentimen agama.

(mdk/ard)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pengungsi Rohingya Terus Bertambah, Mahfud MD: Orang Aceh, Sumut, Riau Sudah Keberatan
Pengungsi Rohingya Terus Bertambah, Mahfud MD: Orang Aceh, Sumut, Riau Sudah Keberatan

Mahfud MD sedang mencari jalan keluar mengenai pengungsi Rohingya yang terus bertambah datang ke Indonesia

Baca Selengkapnya
Etnis Rohingya Mengeluh Dikasih Makan Sedikit, Yenny Wahid: Enggak Bersyukur
Etnis Rohingya Mengeluh Dikasih Makan Sedikit, Yenny Wahid: Enggak Bersyukur

Pemerintah Indonesia adalah negosiasi dengan pemerintah Myanmar soal pengungsi Rohingya.

Baca Selengkapnya
Pernyataan Lengkap Wapres Ma'ruf Amin Buka Opsi Tampung Pengungsi Rohingya di Pulau Galang
Pernyataan Lengkap Wapres Ma'ruf Amin Buka Opsi Tampung Pengungsi Rohingya di Pulau Galang

Wapres Ma'ruf Amin membuka opsi untuk menampung para pengungsi Rohingya di Pulau Galang.

Baca Selengkapnya
Pengungsi Rohingya dan Penolakan Warga Aceh
Pengungsi Rohingya dan Penolakan Warga Aceh

Pengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Mahfud MD Keras: Indonesia Berhak Membuang Mengusir Pengungsi Rohingya
VIDEO: Mahfud MD Keras: Indonesia Berhak Membuang Mengusir Pengungsi Rohingya

Menurut Menko Polhukam Mahfud MD, Indonesia berhak mengusir mereka

Baca Selengkapnya
VIDEO: Mahfud MD Keras
VIDEO: Mahfud MD Keras "Indonesia Berhak Membuang Mengusir Pengungsi Rohingya"

Menko Mahfud MD buka suara soal pengungsi Rohingya. Menurutnya, Indonesia berhak mengusir mereka.

Baca Selengkapnya
Viral Pengungsi Rohingya di Aceh 'Ngelunjak', Menko Muhadjir Ngaku Belum Terima Laporan
Viral Pengungsi Rohingya di Aceh 'Ngelunjak', Menko Muhadjir Ngaku Belum Terima Laporan

Viral Pengungsi Rohingya di Aceh 'Ngelunjak', Menko Muhadjir Ngaku Belum Terima Laporan

Baca Selengkapnya
Ulama di Aceh Mengaku Berdarah-darah Dukung Jokowi, Minta Kasus Rohingya Diselesaikan
Ulama di Aceh Mengaku Berdarah-darah Dukung Jokowi, Minta Kasus Rohingya Diselesaikan

MPU Aceh mendesak Presiden Jokowi segera turun tangan menangani pengungsi Rohingya di Aceh.

Baca Selengkapnya
Mahfud MD Bakal Rapat Koordinasi Besok Soal Nasib Pengungsi Rohingya
Mahfud MD Bakal Rapat Koordinasi Besok Soal Nasib Pengungsi Rohingya

Mahfud mengatakan negara lain sudah menutup akses terhadap pengungsi Rohingya, sehingga mereka ke Indonesia

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Mahfud MD Tangani Pengungsi Rohingya
Jokowi Minta Mahfud MD Tangani Pengungsi Rohingya

Hingga akhir November 2023, tercatat 1.084 warga Rohingya yang mendarat di Aceh menggunakan 6 kapal kayu.

Baca Selengkapnya
Polemik Etnis Rohingya di Aceh, JK: Tanggung Jawab UNHCR
Polemik Etnis Rohingya di Aceh, JK: Tanggung Jawab UNHCR

JK mencontohkan konflik yang terjadi di Ambon dan Papua yang membuat warga mengungsi.

Baca Selengkapnya
Mahfud Endus Mafia Sengaja Selundupkan Etnis Rohingnya karena Manfaatkan Kebaikan Warga Indonesia
Mahfud Endus Mafia Sengaja Selundupkan Etnis Rohingnya karena Manfaatkan Kebaikan Warga Indonesia

Mahfud mengatakan jumlah pengungsi etnis Rohingya terus bertambah karena adanya jaringan mafia tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Baca Selengkapnya