Ngotot, Abbott bilang eksekusi Bali Nine tak untungkan Indonesia

Merdeka.com - Perdana Menteri Australia Tony Abbott menerima kritikan di dalam negeri, baik dari politikus maupun media massa, lantaran komentarnya agar Indonesia mengingat bantuan lebih dari Rp 13 triliun pada masa Tsunami. Belakangan dia membantah pernyataan itu sebagai ancaman agar RI membatalkan eksekusi mati dua penyelundup heroin dari kelompok 'Bali Nine'.

Hanya beberapa jam setelah klarifikasi maksud perkataannya, Abbott kembali menyerang RI. Dia menilai eksekusi mati dua warga negara Australia itu tidak akan menguntungkan Indonesia.

"Eksekusi ini tidak akan menguntungkan Indonesia. Membunuh dua warga kami juga bukan nilai-nilai luhur yang dipercayai bangsa Indonesia," ujarnya kepada wartawan di Adelaide seperti dilansir sky news, Jumat (20/2).

Pemerintah Australia, menurut Abbott, akan melakukan segala cara untuk menyelamatkan Andrew Chan (31 tahun) dan Myuran Sukumaran (33 tahun) dari regu tembak Brimob.

Manuver politik Abbott dalam kasus penyelamatan 'Bali Nine' rupanya tidak disukai oleh anak buahnya di Partai Konservatif. Surat kabar Daily Mail, Kamis (19/2), melaporkan seorang petinggi partai mengatakan kata-kata Abbott merusak upaya hati-hati Menteri Luar Negeri Australia Julie Isabel Bishop menyelamatkan duo Bali Nine.

"Semua upaya yang sudah menunjukkan arah positif jadi sia-sia," tutur sumber tersebut.

Berdasarkan kalkulasi kolomnis the Age, Waleed Ali, pernyataan Abbott adalah blunder, dan risikonya Indonesia tak akan mungkin lagi melunak. Sebelumnya, diplomasi intensif ala Bishop sempat membuat Kejaksaan menunda eksekusi Bali Nine yang seharusnya berlangsung minggu ini.

Staf Khusus Wakil Presiden RI Bidang Komunikasi dan Informasi, Husain Abdullah mengatakan kemarin, penundaan hukuman mati itu bukan karena tekanan Australia, melainkan terkait masalah teknis yang masih perlu dipersiapkan lebih matang.

"Pemerintah Australia menyampaikan terima kasih dan apresiasi karena pemerintah menunda hukuman mati."