Obat Covid-19 Paxlovid Ternyata Juga Bisa Lawan Gejala Long Covid
Merdeka.com - Ilmuwan di Departemen Urusan Veteran Amerika Serikat (AS) mengungkap Paxlovid, obat antivirus yang digunakan untuk mencegah perawatan rumah sakit dan kematian karena Covid-19 akut ternyata juga dapat digunakan oleh pasien yang mengalami gejala long Covid (Covid berkepanjangan).
Penelitian yang dipublikasi Sabtu lalu menunjukkan pasien yang diobati Paxlovid memiliki risiko 26 persen lebih rendah terkena gejala long Covid, seperti penyakit jantung, kelainan darah, kelelahan, penyakit hati, penyakit ginjal, nyeri otot, gangguan neurokognitif, dan sesak napas. Demikian dikutip dari CNN, Senin (7/11).
Penelitian yang didasarkan pada data elektronik lebih dari 56.000 veteran dengan Covid-19, termasuk lebih dari 9.000 yang dirawat dengan Paxlovid dari 1 Maret – 30 Juni 2022, berhasil menunjukkan keefektifan obat itu.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang punya risiko lebih rendah terkena penyakit jantung? Misalnya, orang dengan golongan darah O cenderung memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung koroner dibandingkan mereka yang memiliki golongan darah A, B, atau AB.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
Bahkan penelitian itu menemukan obat Paxlovid dapat mengurangi risiko Covid-19 pada orang yang tidak divaksinasi, telah divaksin dan vaksin booster, dan pada orang yang mengalami infeksi Covid-19 pertama atau infeksi ulang.
“Paxlovid mengurangi risiko COVID-19 parah pada fase akut, dan sekarang, kami memiliki bukti bahwa itu dapat membantu mengurangi risiko COVID-19 yang berkepanjangan. Perawatan ini bisa menjadi aset penting untuk mengatasi masalah serius COVID yang berkepanjangan,” jelas Dr. Ziyad Al-Aly, kepala penelitian dan pengembangan di VA St. Louis Health Care System.
Sebelumnya banyak orang terinfeksi Covid-19 mengalami gejala long Covid setelah infeksi pertama. Pengobatan long Covid pun belum ditemukan kala itu.
Tetapi semenjak obat antivirus Paxlovid yang mengombinasi obat antivirus nirmatrelvir dan ritonavir ditemukan, obat Paxlovid secara tajam mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada pasien yang terinfeksi Covid-19 parah.
Pasien yang mengalami gejala long Covid pun dapat diobati dengan Paxlovid.
Obat yang diproduksi Pfizer berbentuk pil itu harus dikonsumsi pasien Covid-19 selama lima hari. Jika pasien mengonsumsi Paxlovid sebelum lima hari setelah terinfeksi Covid-19, maka obat itu akan bekerja lebih baik. Gejala long Covid pun dapat dihindari pasien.
Bahkan karena keefektifan obat itu, Institut Nasional Kesehatan AS menyatakan jika mereka akan melakukan penelitian pada pasien yang mengalami gejala long Covid yang mengonsumsi obat Paxlovid.
“Totalitas bukti menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan nirmatrelvir pada fase akut sebagai sarana untuk tidak hanya mencegah perkembangan penyakit akut yang parah, tetapi juga untuk mengurangi risiko hasil kesehatan yang merugikan pasca-akut,” jelas salah satu penulis dari VA St. Louis Health Care System.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaTerobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca SelengkapnyaKemenkes mengumumkan, terdapat enam kasus pneumonia misterius di Indonesia.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, masyarakat tak perlu khawatir karena virus tersebut berbeda dengan Covid-19.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar vaksin Mpox yang dipersiapkan adalah vaksin eksperimental.
Baca SelengkapnyaDokter spesialis mengatakan bahwa koreng-koreng yang muncul akibat Mpox juga bisa sembuh.
Baca Selengkapnya