Obat Remdesivir Diklaim Sembuhkan Pasien Covid-19 Bila Diberikan Lebih Awal
Merdeka.com - Gilead Sciences Inc, produsen obat antivirus eksperimental remdesivir mengklaim obatnya dapat membantu menyembuhkan gejala pada pasien Covid-19 jika diberikan lebih awal dibanding dengan mereka yang diobati belakangan.
Obat yang diawasi secara ketat tersebut memengaruhi pasar dalam beberapa pekan belakangan dan pada Rabu, saham Gilead pun ikut melonjak 9 persen.
Berdasarkan penelitian Gilead, 62 persen pasien yang diobati remdesivir lebih awal pulang dari rumah sakit, dibanding dengan 49 persen pasien yang diobati terlambat.
-
Siapa yang mengembangkan obat ini? Ahli biologi molekuler dan dokter gigi, Takahashi Katsu, telah mengembangkan obat sejenis ini untuk pertama kalinya setelah bekerja dalam bidang regenarasi gigi selama 20 tahun.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Ada 397 pasien yang sedang diuji, termasuk mengevaluasi keamanan dan keampuhan resep pengobatan dosis 5 hari dan dosis 10 hari remdesivir pada pasien rawat inap Covid-19 yang parah.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (30/4), perhatian terhadap obat remdesivir sangat tinggi sebab saat ini belum ada pengobatan yang disetujui atau vaksin pencegah Covid-19.
Keampuhan remdesivir ini tentu sangat diharapkan oleh dokter-dokter yang sedang merawat pasiennya yang membutuhkan obat apa saja untuk mencegah Covid-19 menyerang paru-paru dan dapat mematikan organ lain pada kasus yang sangat parah.
Perusahaan itu juga menyebutkan uji coba terpisah dari Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi Amerika berhasil memenuhi tujuan utama penelitian, namun Gilead belum mau memberikan data lebih lanjut.
WHO Berharap Khasiat Remdesivir Terbukti
Sementara itu, Pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu belum mau berkomentar secara spesifik tentang klaim keberhasilan remdesivir mengobati pasien Covid-19.
"Saya tidak ingin memberikan komentar spesifik mengenai itu, sebab saya belum membaca laporan itu secara rinci," kata Dr Mike Ryan, kepala program kedaruratan WHO, saat konferensi pers menanggapi pertanyaan tersebut seperti dikutip Reuters.
WHO selama ini biasa mengambil sejumlah laporan untuk menentukan kemanjuran sebuah obat.
"Jelas kami memiliki uji coba kontrol acak yang sedang berlangsung baik di Inggris maupun di Amerika Serikat, 'uji coba Solidaritas' dengan WHO. Remdesivir merupakan salah satu obat yang diobservasi di banyak percobaan itu. Jadi saya rasa lebih banyak data yang akan keluar," katanya.
Ryan menambahkan, obat ini bisa menjadi solusi di masa depan."Tetapi kami berharap obat ini dan obat lainnya terbukti membantu pengobatan Covid-19."
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaIni merupakan kali pertama sebuah perusahaan sukses membuat obat di ruang hampa udara.
Baca SelengkapnyaVaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah inovasi penting dalam upaya mengurangi beban penyakit dengue.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca SelengkapnyaVaksin cacar api dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat mengenali dan melawan virus varicella-zoster sebelum virus tersebut aktif kembali.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPengumuman penerima penghargaan Nobel adalah salah satu yang dinantikan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaSeseorang bisa mengalami flu dalam waktu cukup lama, namun hingga berapa lama biasanya penyakit ini tetap bisa menyebar?
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca Selengkapnya