Omicron Merajalela Tapi Akhir Pandemi Kian Nyata
Merdeka.com - Serangkaian penelitian baru telah mengonfirmasi kelebihan dari virus corona varian Omicron: Bahkan ketika jumlah kasus melonjak mencapai rekor tertinggi, jumlah kasus parah dan rawat inap tidak terjadi lonjakan. Data tersebut, menurut beberapa ilmuwan, menandakan babak baru pandemi yang tidak terlalu mengkhawatirkan.
"Kita sekarang berada dalam fase yang sama sekali berbeda," kata ahli imunologi Universitas California di San Francisco (UCSF), Profesor Monica Gandhi.
"Virus ini akan selalu bersama kita, tetapi harapan saya adalah varian ini menyebabkan begitu banyak kekebalan sehingga akan memadamkan pandemi," lanjutnya, dikutip dari The Straits Times, Selasa (4/1).
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
Varian Omicron ditemukan di Afrika Selatan lebih dari sebulan yang lalu, dan para ahli memperingatkan masih ada banyak waktu untuk mengubah situasi. Tetapi data dari pekan lalu menunjukkan kombinasi kekebalan yang meluas dan banyak mutasi telah menghasilkan virus yang menyebabkan penyakit yang jauh lebih ringan daripada varian sebelumnya.
Satu penelitian dari Afrika Selatan menemukan pasien yang dibawa ke rumah sakit selama gelombang keempat wabah yang didominasi varian Omicron, 73 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit parah daripada pasien yang dirawat selama gelombang ketiga yang didominasi Delta.
"Datanya cukup solid sekarang karena rawat inap dan kasus dipisahkan,” kata ahli imunologi Universitas Cape Town, Profesor Wendy Burgers.
Awalnya, sebagian besar kekhawatiran tentang Omicron disebabkan oleh sejumlah besar mutasi varian tersebut, banyak di antaranya pada protein mahkota, bagian dari virus yang membantunya menyerang sel inang.
Mutasi-mutasi itu, seperti ditunjukkan data awal, memudahkan virus menginfeksi tidak hanya orang yang tidak divaksinasi, tapi juga menyerang respons antibodi dari infeksi sebelumnya dan vaksin. Tapi masih muncul pertanyaan bagaimana Omicron berhasil melewati garis pertahanan pertama itu.
Infeksi ringan
Beberapa faktor bisa membuat Omicron kurang menular, atau menyebabkan penyakit ringan, daripada varian Covid gelombang sebelumnya.
Faktor pertama adalah kemampuan virus menginfeksi paru-paru. Infeksi Covid biasanya mulai dari hidupng dan menyebar ke bawah menuju tenggorokan. Infeksi ringan tidak membuat Omicron memasuki saluran pernapasan lebih jauh dari bagian atas, tetapi jika virus mencapai paru-paru, biasanya gejala yang lebih parah terjadi.
Tetapi lima penelitian terpisah dalam seminggu terakhir menunjukkan varian Omicron tidak menginfeksi paru-paru semudah varian sebelumnya. Dalam sebuah penelitian, yang dirilis sebagai pra-cetak online oleh konsorsium besar ilmuwan Jepang dan Amerika, hamster dan tikus yang terinfeksi Omicron mengalami kerusakan paru-paru yang jauh lebih sedikit dan lebih kecil kemungkinannya untuk mati dibandingkan mereka yang terinfeksi varian sebelumnya.
Sebuah penelitian di Belgia menemukan hasil serupa pada hamster Suriah, yang diketahui mengalami penyakit yang sangat parah dengan paparan virus sebelumnya.
Di Hong Kong, para ilmuwan mempelajari sejumlah kecil sampel jaringan paru-paru dari pasien yang dikumpulkan selama operasi dan menemukan Omicron berkembang lebih lambat dalam sampel tersebut daripada varian lainnya. Profesor Burgers mengatakan perubahan virulensi ini kemungkinan berkaitan dengan bagaimana anatomi virus yang berubah.
"Dulu menggunakan dua jalur berbeda untuk masuk ke sel, dan sekarang karena semua perubahan pada protein mahkota, ia lebih memilih salah satu jalur itu," katanya.
"Sepertinya lebih suka menginfeksi saluran pernapasan bagian atas daripada paru-paru."
Hal ini menurut Profesor Burgers bisa berarti infeksi yang tidak terlalu parah, tetapi juga lebih mudah menular karena virus lebih sering bereplikasi di saluran pernapasan bagian atas, yang darinya virus dapat lebih mudah menyebar.
Akhir pandemi
Sementara Omicron mungkin pandai menghindari serangan antibodi, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa keberhasilannya jauh lebih kecil dalam menghindari pertahanan lini kedua dari vaksin dan infeksi sebelumnya: sel-T dan sel-B.
Sel T berfungsi menyerang virus begitu virus masuk ke dalam sel tubuh jika antibodi gagal mencegah infeksi.
Dalam penelitian baru-baru ini oleh Profesor Burgers dan rekan, para ilmuwan menggunakan sel darah putih dari pasien Covid-19 untuk menunjukkan bahwa sekitar 70 hingga 80 persen dari respons sel T dipertahankan dibandingkan dengan jenis virus sebelumnya.
Ini berarti bahwa bagi mereka yang divaksinasi atau memiliki infeksi Covid-19 dalam enam bulan terakhir, kemungkinan sel-T mereka dapat mengenali Omicron dan melawannya dengan relatif cepat. Penelitian terbaru ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut. Jika itu bertahan untuk pengawasan tambahan, itu mungkin menjelaskan mengapa infeksi saat ini tampak lebih ringan daripada gelombang virus sebelumnya.
Prof Gandhi dari UCSF mengatakan, walaupun jumlah kasus mungkin mencapai rekor, dia berharap kombinasi penularan tinggi dan infeksi ringan Omicron mungkin menandakan awal berakhirnya pandemi/
Dia menunjuk ke penelitian lain minggu lalu dari Hong Kong yang menunjukkan pasien yang divaksinasi yang terinfeksi Omicron menghasilkan respons kekebalan yang kuat terhadap versi virus lainnya juga. Ini, katanya, mungkin menjelaskan mengapa jumlah kasus memuncak dengan cepat di Afrika Selatan.
"Saya berharap varian ini menciptakan kekebalan yang mendalam pada populasi," katanya.
"Mudah-mudahan ini akan mengakhiri pandemi."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca Selengkapnya