Paris rusuh setelah polisi interogasi perempuan bercadar

Merdeka.com - Kerusuhan berlangsung selama dua malam di Trappes, pinggiran Paris, Prancis sejak Jumat lalu meninggalkan jejak puluhan mobil dirusak massa. Polisi juga menangkap sepuluh orang dan seorang remaja 14 tahun terluka.

Peristiwa itu dipicu ketika polisi melarang seorang perempuan mengenakan cadar di muka umum, seperti dilansir surat kabar the Guardian, Senin (22/7).

Pada Jumat malam lalu sekitar 250 orang melempari polisi dengan batu. Sedangkan sekitar 400 orang lainnya berkumpul di daerah pinggiran sebelah barat Paris. Mereka merusak mobil-mobil dan halte bus.

Sabtu lalu sebanyak 20 mobil dibakar dan empat orang ditahan setelah sekitar 50 orang bentrok dengan polisi di sekitar wilayah itu.

Jaksa Negara Bagian Versailles mengatakan kerusuhan itu dimulai pada Kamis ketika polisi menghentikan dan membawa seorang perempuan yang mengenakan cadar.

Jaksa menyebut suami perempuan itu mencoba menyerang salah satu polisi dan mencekiknya sehingga lelaki itu ditahan di kantor polisi.

Menurut peraturan diterapkan Presiden Nicolas Sarkozy pada 2011, cadar dilarang dikenakan di ruang publik.

Lembaga Anti Islamophobia di Prancis mengeluarkan pernyataan keberatan atas tindakan polisi itu saat pemeriksaan.

Sehari setelah lelaki itu ditangkap, sekitar 30 orang berkumpul di luar kantor polisi meminta lelaki itu dibebaskan. Ketika polisi menolak, orang-orang kemudian bergabung dengan puluhan orang itu menyerang kantor polisi. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata.

"Polisi tidak mau mendengar permintaan mereka dan situasi menjadi di luar kendali. Trappes adalah keluarga besar, Ketika kami diserang maka kami akan membalas," kata seorang warga bernama Sofiane.