Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pasien di AS Meninggal Setelah Terima Donor Paru-Paru Terinfeksi Virus Corona

Pasien di AS Meninggal Setelah Terima Donor Paru-Paru Terinfeksi Virus Corona ilustrasi paru-paru. healthvision.in

Merdeka.com - Seorang perempuan di Michigan meninggal 61 hari setelah menerima donor sepasang paru-paru yang terinfeksi virus corona, menurut sebuah laporan kasus yang diterbitkan bulan ini.

Tak ada indikasi pendonor tersebut, seorang perempuan yang mengalami kecelakaan fatal, terinfeksi Covid-19. Hasil rontgennya menunjukkan bagian dadanya bersih, dan hasil tes usap atau nasal Covid-19 dinyatakan negatif.

Tapi para dokter yang melakukan transplantasi paru-paru di University Hospital di Ann Arbor, Michigan, musim gugur lalu mulai mempertanyakan hasil tersebut ketika kondisi pasien mereka memburuk. Mereka menyimpulkan pendonor tersebut terinfeksi Covid-19 – dan paru-parunya tak hanya menginfeksi pasien transplantasi, tapi juga dokter bedahnya.

Ini adalah kasus terkonfirmasi pertama pasien tertular virus corona dari pasien pendonor organ, menurut penulis laporan yang telah mendapat ulasan sejawat itu, yang diterbitkan di The American Journal of Transplantation pada 10 Februari. Kaiser Health News dan NBC News melaporkan kasus tersebut pada Sabtu.

“Kami ingin komunitas transplantasi hati-hati ini bisa terjadi, dan juga mungkin ada hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan keberhasilan kita dalam proses pemeriksaan pasien Covid,” jelas dokter bedah, Dr Jules Lin, salah satu penulis laporan tersebut dan direktur bedah program transplantasi paru-paru di Michigan Medicine, sistem kesehatan Universitas Michigan, dikutip dari The New York Times, Kamis (25/2).

Laporan tersebut menyampaikan, para profesional kedokteran seharusnya mempertimbangkan untuk mengetes paru-paru donor apakah terinfeksi virus corona menggunakan sampel dari sistem pernapasan bagian bawah, yang meluas ke paru-paru - di luar jangkauan usap hidung. Jenis tes ini, yang tak direkomendasikan untuk masyarakat umum, tak selalu tersedia; saat ini, hanya sekitar sepertigas pendonor paru-paru yang dites menggunakan cara ini.

Dr. David Klassen, kepala kedokteran United Network for Organ Sharing, NGO yang mengelola sistem transplantasi, mengatakan kasus ini di Michigan "sangat signifikan" meskipun jarang.

“Kami ingin meminimalisir kemungkinan terulangnya kembali kasus ini,” jelasnya.

Klassen mengatakan, setiap pendonor organ di AS dites virus corona dengan cara tertentu. Tes tak dilakukan dokter bedah transplantasi, sebaliknya, mereka biasanya diawasi oleh kelompok nonprofit yang dikenal sebagai organisasi pengadaan organ, yang beroperasi di seluruh Amerika Serikat.

Peristiwa langka

Asosiasi Organisasi Pengadaan Organ merujuk agar pertanyaan diajukan ke Gift of Life Michigan, yang tidak terlibat dalam kasus ini. Kepala petugas klinisnya, Bruce Nicely, mengatakan banyak laboratorium menolak untuk menjalankan sampel dari paru-paru bagian bawah pada awal pandemi, khawatir prosedur tersebut dapat berkontribusi pada penyebaran virus corona.

“Menanggapi rekomendasi penelitian, kami semua meminta rekomendasi yang meningkatkan keamanan dan mengurangi risiko infeksi,” jelas Nicely seraya menambahkan bahwa organisasinya telah menemukan mitra laboratorium yang mampu melakukan pengujian saluran sistem pernapasan bagian bawah.

Beberapa fasilitas kesehatan tidak memiliki sumber daya untuk mengetes Covid-19 saluran pernapasan bawah pendonor dengan cepat. Mengingat kendala tersebut, pendonor paru-paru tidak diwajibkan untuk dites dengan cara ini.

Dari hampir 40.000 transplantasi organ yang dilakukan di Amerika Serikat tahun lalu, operasi di Michigan adalah satu-satunya kasus yang dikonfirmasi penerima tertular virus corona dari pendonor.

“Penting untuk ditekankan bahwa ini, untungnya, peristiwa langka,” kata Dr. Daniel R. Kaul, seorang penulis penelitian dan spesialis penyakit menular di Michigan Medicine.

Kasus tersebut, lanjut Kaul, hendaknya tidak menghalangi orang untuk mendapatkan transplantasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka.

Dokter bedah tertular Covid-19

Kaul mengatakan, penerima organ yang sempat mengidap penyakit paru obstruktif kronik tersebut ternyata telah berhasil dioperasi hingga kondisinya memburuk beberapa hari kemudian.

“Tiba-tiba, dia demam, tekanan darah rendah, pneumonia,” jelas Kaul.

“Saya tidak yakin apa yang sedang terjadi.”

Ketika tes lebih lanjut menunjukkan perempuan itu menderita Covid-19, para dokter memeriksa pendonor paru-paru tersebut. Tes usap hidungnya menunjukkan hasil negatif sebelum transplantasi, tetapi tes tersebut tidak mencakup semuanya. Para dokter perlu menemukan cara untuk mengetes pendonor tersebut.

Ternyata, mereka memiliki apa yang mereka butuhkan: spesimen dari saluran pernapasan bagian bawah perempuan yang meninggal itu. Michigan Medicine secara teratur mengumpulkan sampel seperti itu dari pendonor paru-paru untuk mengetesnya - bukan untuk Covid-19, tetapi untuk ureaplasma, bakteri yang dapat menyebabkan sindrom langka.

Para dokter menemukan bahwa mereka masih memiliki cukup sampel donor untuk menguji virus corona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendonor memang telah terinfeksi virus, dan analisis urutan gen menunjukkan bahwa pasien tertular virus dari paru-paru pendonor.

Begitu pula dengan Dr. Lin, yang telah memakai masker bedah selama operasi transplantasi. (Laporan yang dia tulis bersama merekomendasikan agar pusat transplantasi mempertimbangkan manfaat memakai masker N95 selama prosedur berjam-jam, bahkan jika donor telah dites negatif untuk virus corona.) Dia menghabiskan beberapa minggu untuk memulihkan diri dari infeksi di rumah. Untungnya infeksi tersebut belum menyebar ke rekan kerja atau anggota keluarganya.

Pasien transplantasi tersebut, yang rentan setelah operasi besar, tidak sembuh meskipun dokter berupaya menyelamatkannya dengan serangkaian perawatan termasuk plasma penyembuhan, steroid dan remdesivir.

Para dokter sekarang berharap laporan kasusnya akan mendorong lebih banyak profesional medis untuk memperkuat standar pengujian virus corona untuk donor organ, meskipun ada kesulitan logistik.

“Menurut saya ini adalah hambatan yang harus kita atasi,” ujar Dr Lin.

“Demi keselamatan pasien kita.”

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia
Kemenkes Sebut Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Pasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.

Baca Selengkapnya
Rekor, Pria Ini Terinfeksi Covid Terlama Hingga 613 Hari dan Bermutasi Lebih dari 50 Kali
Rekor, Pria Ini Terinfeksi Covid Terlama Hingga 613 Hari dan Bermutasi Lebih dari 50 Kali

Seorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!

Baca Selengkapnya
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan

Korban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.

Baca Selengkapnya
Warga Boyolali Meninggal karena Leptospirosis, Begini Penjelasan Kemenkes
Warga Boyolali Meninggal karena Leptospirosis, Begini Penjelasan Kemenkes

Pasien tersebut meninggal di RSUD Fatmawati, Solo, Kamis (21/3).

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Wabah Penyakit Langka di AS, Lima Orang Meninggal, Gejalanya Mirip Covid-19
Wabah Penyakit Langka di AS, Lima Orang Meninggal, Gejalanya Mirip Covid-19

Lima orang meninggal akibat komplikasi penyakit “langka tapi serius” di Virginia, Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya
Satu Pasien Cacar Monyet Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya
Satu Pasien Cacar Monyet Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya

Satu pasien cacar monyet Mpox meninggal dunia saat menjalani isolasi di rumah sakit

Baca Selengkapnya