Pembantaian tragis di pusat penyandang difabel buat orang miskin AS
Merdeka.com - Luis Gutierrez baru saja mengantarkan anaknya ke ke PAUD, ketika istrinya, Janet, menelepon. Nada suaranya panik. "Ada orang yang membawa senjata. Dia menembaki orang-orang," kata Janet.
Dari pengakuan Janet, dia sempat melihat sosok para pelaku melewati ruangan kantornya. Mereka lebih dari tiga orang. Semuanya memakai penutup wajah. "Mereka semua membawa senjata yang sangat-sangat besar, lalu menembaki semua orang di lantai satu gedung."
Janet saat itu sedang bekerja, di Pusat Pelayanan Penyandang Difabel bagi keluarga miskin Kota San Bernardino, California, Amerika Serikat. Kebanyakan yang sedang di gedung Inland Regional Center itu adalah orang tua dan anaknya yang mengidap autisme. Serangan itu terjadi Rabu (2/12) siang waktu setempat, seperti dilaporkan Los Angeles Times.
-
Siapa korban penembakan? Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar tega menembak mat temannya sendiri, Kasat Reskrim Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar.
-
Di mana peristiwa penembakan terjadi? Dalam video tersebut tampak empat pemuda berjalan di antara reruntuhan di daerah Al-Sika di Khan Younis, Jalur Gaza selatan pada awal Februari lalu. Daerah ini hancur akibat pengeboman dan operasi militer Israel.
-
Dimana penembakan terjadi? Tragedi itu terjadi di halaman parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) sekira pukul 00.15 WIB.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Di mana penembakan terjadi? Tiga pemuda yang menjadi korban penembakan yakni RS, DS dan YL. Mereka sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten TTU.
Istri Gutierrez itu beruntung bisa melarikan diri ke lantai dua bangunan. Oleh sang suami, dia segera diminta kabur ke satu ruangan, mengunci pintunya, dan bersembunyi selama mungkin sampai bantuan datang.
"Selama menelepon itu istri saya hanya bisa berteriak dan menangis. Saya pun menangis, tapi saya terus berusaha menenangkannya."
Tiba-tiba sambungan telepon mati ketika Gutierrez berusaha memberi arahan lebih lanjut. Saat itu istrinya sudah masuk ke sebuah ruangan, lalu bersembunyi di balik meja bersama tiga rekan lainnya. Di televisi, dilaporkan 14 orang tewas, 17 lainnya luka-luka, paling mematikan di seantero Amerika Serikat tiga tahun terakhir. Mendengar kabar itu, Gutierrez hanya dapat berdoa dan meneteskan air mata.
Penembakan di California ©REUTERS/NBCLA.COM/Handout
Dua jam setelah peristiwa itu, sang istri menelepon lewat ponsel temannya. Janet rupanya berhasil dievakuasi polisi. Tadi sambungan telepon mati karena baterai habis.
Terry Petit, keluarga korban penembakan lainnya, juga hanya bisa pasrah. Siapa menyangka, insiden keji semacam itu bisa terjadi di pusat pelayanan difabel. Putri Petit bekerja di sana sebagai relawan.
"Ada orang-orang yang menembaki pengunjung gedung. Aku terkunci di kantor, menunggu bantuan polisi. Doakan aku," kata Petit membacakan pesan pendek putrinya.
Kepala Polisi San Bernardino, Jarrod Burguan, mengatakan tiga pelaku sempat kabur naik mobil van warna hitam setelah membunuh banyak orang. Polisi lantas berhasil mengejar para pelaku di jalan bebas hambatan selang satu jam setelah insiden. Baku tembak terjadi antara aparat dan tiga tersangka di jalanan.
Berdasarkan pengakuan Sersan Vicky Cervantes, dua pelaku tewas. Sejauh ini mereka diidentifikasi lelaki dan perempuan. "Satu pelaku lagi kami tahan," ujarnya seperti dilansir Los Angeles Times. Motif para pelaku penyerangan gedung itu terus didalami aparat.
Rumah pelaku, di kawasan Redland, kini digeledah oleh polisi. Salah satu tersangka diidentifikasi pernah bekerja di Inland Regional Center. (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 45 orang, termasuk 23 wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dalam serangan brutal Israel di kamp pengungsian warga Palestina di Rafah.
Baca SelengkapnyaSebuah video berdurasi 1.40 detik merekam suasana sebelum rumah-rumah pengungsi kamp Jabalia, Gaza, Palestina dihantam bom Israel.
Baca SelengkapnyaPenembakan massal terjadi di Siam Paragon, sebuah mall mewah di Ibu Kota Bangkok, Thailand. Sebanyak 3 orang tewas dan 4 lainnya terluka dalam insiden ini.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian Ibu dan Kakak Palestina melihat tentara Israel bunuh keluarganya di depan mata.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tawuran ini berawal ketika sekelompok remaja datang menggunakan sepeda motor. Korban datang bersama teman-temannya langsung menjadi sasaran.
Baca SelengkapnyaPria Palestina itu berjalan di tengah banjir dan hujan deras dengan menggendong jenazah seorang gadis korban serangan Israel yang terbungkus kain kafan putih.
Baca SelengkapnyaSelain serangan udara, Israel juga memberlakukan blokade total di Gaza dengan memutus pasokan bahan bakar, makanan, air, listrik, dan perlengkapan lainnya.
Baca SelengkapnyaAgresi Israel di Gaza telah membunuh lebih dari 14.000 warga sipil.
Baca SelengkapnyaMiliter Israel memerintahkan para pengungsi Gaza menuju lokasi pos pemeriksaan identitas.
Baca SelengkapnyaSerangan tanpa ampun yang dilancarkan Israel membuat bangunan-bangunan di Jalur Gaza runtuh seketika.
Baca SelengkapnyaKorban sempat mendapat pertolongan di RSUD Kabupaten Bekasi. Namun tidak lama, korban mengembuskan napas terakhir.
Baca SelengkapnyaSembari menenteng sandal kesayangan korban, pria tersebut tak kuasa menahan air mata pilu.
Baca Selengkapnya