Penangkapan Aktivis, Strategi China Hadapi Demonstran Hong Kong
Merdeka.com - Penangkapan aktivis muda Joshua Wong dan Agnes Chow, Jumat lalu mencerminkan tindakan represif pemerintah untuk menekan kerusuhan yang akhir-akhir ini mewarnai unjuk rasa Hong Kong. Pemerintah beralasan, penangkapan aktivis pro-demokrasi dilakukan demi stabilitas keamanan Hong Kong. Tetapi di sisi lain keputusan tersebut justru memperburuk terjadinya protes terhadap pemerintah.
Pejabat pemerintah China, bersama dengan Hong Kong memutuskan untuk semakin gencar melakukan penangkapan demonstran. Menurut anggota kabinet dan pemimpin kabinet Hong Kong, kebijakan tersebut berlaku kepada setiap warga yang secara terbuka dicap sebagai aktivis radikal.
Dikutip dari laman The New York Times, (31/8), berdasarkan wawancara dalam dua minggu terakhir ini, politisi lokal menekankan keinginan China agar penangkapan demonstran dilakukan oleh polisi Hong Kong, dan bukan oleh tentaranya sendiri.
-
Apa yang dilakukan polisi China? Sang polisi bahkan tak segan turun tangan mempromosikan dagangan sang penjual dengan pengeras suara. 'Enam mao per setengah kilogram,' katanya. Saat salah seorang calon pembeli melirik, sang polisi turut menggiring sosoknya ke lapak.'Silakan kalau mau lihat dulu,' ungkapnya.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
-
Siapa saja yang ditangkap? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Siapa korban dari pembantaian di China? 41 tulang belulang tanpa kepala yang dianalisis ternyata semuanya milik wanita dan anak-anak.
-
Siapa yang ditangkap karena kerusuhan? 'Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku, dan saat ini kami baru menangkap satu orang, sementara yang lainnya masih dalam pengejaran,' ujar Kusworo.
Selain penangkapan, Beijing juga semakin pelit mengeluarkan izin kepada para demonstran. Di saat bersamaan, para pemimpin massa aksi unjuk rasa juga menolak mundur.
Politisi Hong Kong menilai, dengan dua pihak yang bersikukuh untuk bertahan maka krisis politik akan berlangsung lama, bahkan hingga 2020.
"Saya berharap kita dapat memulai proses rekonsiliasi sebelum akhir tahun ini," ujar Anggota Dewan Eksekutif Hong Kong, Ronny Tong, pekan lalu.
Sementara, pemerintah China dan Hong Kong berkeyakinan, protes akan berangsur mereda ketika demonstran garis keras berhasil ditangkap. Seorang penasihat kebijakan Hong Kong untuk pemerintah China, Lau Siu Kai mengatakan, penangkapan yang dilakukan polisi Hong Kong dapat menegaskan opini publik tentang kekerasan yang dilakukan demonstran Hong Kong.
©AFPBerdasarkan data kepolisian pada Jumat pekan lalu, setidaknya lebih dari 900 orang yang terlibat dalam aksi protes telah ditangkap selama musim panas ini. Sejumlah tokoh politik setempat memprediksi, setidaknya 4.000 pengunjuk rasa telah masuk dalam daftar orang yang dinilai radikal oleh kepolisian. Namun, tidak diketahui secara pasti berapa banyak orang yang akan menghadapi proses hukum.
Sebelumnya, Wong dan Chow ditangkap dengan tuduhan menjadi pemimpin kekerasan di unjuk rasa Hong Kong. Sebaliknya, pengunjuk rasa menuduh pihak berwajib terlibat dalam kerusuhan yang mewarnai unjuk rasa Hong Kong. Menurut para demonstran, polisi menyamar menjadi perusuh agar publik terhasut.
Setelah Wong dan Chow dibebaskan dengan jaminan. Aksi perusakan MTR menutup pawai unjuk rasa Hong Kong pada Sabtu lalu.
Beijing, melalui media pemerintah kerap membangun persepsi tentang unjuk rasa Hong Kong. Oleh media pemerintah, pendemo pro-demokrasi digambarkan sebagai "perusuh".
"Suasana hati polisi terpacu dan mereka menjadi lebih ganas dalam meredam protes," kata Lau yang juga menjadi Wakil Ketua Asosiasi China untuk Hong Kong dan Makau.
Menurut Lau, dukungan dari pemerintah China memberikan kekuatan bagi Hong Kong untuk melakukan perlawanan lebih pada demonstran.
Dikatakan, Beijing tidak ingin demo Hong Kong merusak perayaan hari kemerdekaan China ke 70 tahun, 1 Oktober nanti.
"Beijing tidak akan membiarkan pertumpahan darah terjadi di Hong Kong sebelum itu (hari kemerdekaan China). Setelah 1 Oktober, mulai tanggal 2 saya tidak tahu,"ungkap seorang juru kampanye pro-demokrasi dan pendiri Partai Demokrat Hong Kong, Martin Lee.
Presiden China Xi Jinping lebih memilih untuk mengurus strategi menghadapi gesekan di Hong Kong, dibandingkan menghadapi langsung perang dagang dengan Amerika Serikat yang dinilai lebih berisiko.
Meski demikian, belum jelas seberapa besar keberhasilan strategi Beijing dalam menangani krisis politik Hong Kong. Penangkapan terhadap demonstran sendiri telah menuai kritik dari seluruh dunia.
Pengunjuk rasa pro-demokrasi menilai Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam sebagai boneka pemerintah China.
"Mereka (pemerintah) tidak akan mendengarkan kami," kata Anson Chan, seorang juru kampanye demokrasi.
Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 10 pelaku yang awalnya tak dikenal kini sudah diketahui identitasnya dan segera ditangkap.
Baca SelengkapnyaDirektur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, aparat kepolisian kembali bersikap brutal kepada para pengunjuk rasa
Baca SelengkapnyaPenerapan pajak tinggi bagi orang-orang kaya di China cenderung pasif.
Baca SelengkapnyaUsman menyoroti penggunaan water cannon, gas air mata, atau penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang kepada pengunjuk rasa.
Baca SelengkapnyaPenampakan pasukan militer China kepung wilayah perairan dekat Taiwan.
Baca SelengkapnyaLaporan AS mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu serta menunjukkan peningkatan "anti-Semitisme" secara daring.
Baca SelengkapnyaKPAI menyesalkan masih banyaknya pelanggaran hak-hak anak yang masih terus terjadi.
Baca SelengkapnyaPerintah Jokowi mendapat apresiasi banyak pihak, tak terkecuali aktivis.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan bahwa China adalah pelaku serangan siber di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKapolri tidak mentolerir segala bentuk tindakan premanisme dan anarkis.
Baca SelengkapnyaAksi pembubaran diskusi kebangsaan ini menuai kritikan publik.
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indardi mengatakan, mereka yang ditangkap oleh polisi terkait kasus tersebut berjumlah empat orang.
Baca Selengkapnya