Peneliti: Virus Corona Bisa Bertahan di Suhu Tinggi
Merdeka.com - Virus corona baru SARS-Cov-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 bisa bertahan dalam waktu lama dalam suhu tinggi. Demikian menurut sebuah eksperimen dari tim ilmuwan Prancis.
Profesor Remi Charrel dan para koleganya di Universitas Aix-Marseille di selatan Prancis memanaskan virus corona hingga suhu 60 derajat Celcius selama satu jam dan menemukan sejumlah virus masih mampu menggandakan diri.
Para ilmuwan sampai harus memanaskan hingga suhu mendidih untuk benar-benar membunuh virus corona, menurut kajian mereka yang dirilis di bioRxiv.org Sabtu lalu. Hasil ini mempunyai dampak serius terhadap keselamatan para teknisi laboratorium yang bekerja meneliti virus ini.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Dimana virus berada? Virus merupakan kumpulan kecil kode genetik, baik DNA atau RNA yang dikelilingi oleh lapisan protein.
-
Bagaimana virus bereproduksi? Biasanya, virus menggunakan inangnya untuk bereproduksi dengan cara menginfeksi sel-sel inang dan mengambil alih proses reproduksi sel untuk menghasilkan salinan virus.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Dimana virus ditemukan? Peneliti dari Universitas Northwestern telah mengidentifikasi lebih dari 600 jenis virus yang berbeda dalam 92 sampel pancuran dan 34 sampel sikat gigi, tanpa ada dua sampel yang sama.
-
Virus kerja nya gimana? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang.
Tim Prancis ini mengujicoba sel ginjal monyet hijau Afrika, materi inang standar untuk ujicoba, dengan virus yang didapat dari seorang pasien di Berlin, Jerman. Sel itu dimasukkan ke dalam tabung dan mewakili dua tipe lingkungan, satu yang "bersih dari protein" dan satu lagi yang "kotor/mengandung protein" untuk memperlihatkan simulasi efek kontaminasi dalam kehidupan nyata, misalnya ketika tes swab dilakukan.
Setelah dipanaskan, virus yang berada di lingkungan bersih dari protein benar-benar mati. Sementara di tabung yang mengandung protein virus itu bertahan.
Proses pemanasan ini memang cukup membuat virus tersebut sempat tidak efektif namun di lingkungan semacam itu virus ini masih bisa memulai lagi aktivitasnya, kata makalah para ilmuwan.
Dikutip dari laman South China Morning Post, Selasa (15/4), uji coba dengan memanaskan hingga 60 derajat Celcius selama satu jam ini adalah protokol standar yang diberlakukan di banyak laboratorium pengujian untuk menekan penyebaran virus mematikan, termasuk Ebola.
Bagi virus corona baru, suhu tinggi ini mungkin cukup untuk membunuh sampel yang kandungan virusnya sedikit. Namun pada sampel yang kandungan virusnya banyak, sebagian virus ini masih bisa bertahan.
Tim peneliti Prancis kemudian mengungkapkan, suhu yang lebih tinggi berpeluang membunuh virus itu. Misalnya sampel dipanaskan hingga suhu 92 derajat Celcisu selama 15 menit mampu benar-benar membuat virus itu mati.
Namun dalam suhu tinggi semacam itu RNA virus juga bisa rusak dan mengurangi sensitivitas uji coba. Karena itulah para peneliti menyarankan memakai kandungan kimia, bukannya memanaskan, untuk membunuh virus itu dan itu bisa menentukan keselamatan para teknisi laboratorium.
"Hasil yang diperlihatkan dalam penelitian ini bisa membantu memilih protokol mana yang terbaik untuk diambil guna mencegah personel laboratorium terpapar, baik secara langsung maupun tidak ketika meneliti Sars-Cov-2," tulis para peneliti.
Studi mikrobiologi terhadap virus corona di Akademi Sains China di Beijing mengatakan mereka sangat sadar akan risiko terhadap para pekerja di laboratorium dan mengambil langkah pencegahan.
Semua personel laboratorium harus memakai pakaian pelindung lengkap ketika menangani sampel virus.
Eksperimen tim Prancis ini, kata para ahli, memberikan informasi berharga namun di kehidupan nyata situasinya jauh lebih kompleks dari simulasi di lab.
"Respons virus ini terhadap perubahan lingkungan bermacam-macam. Berbagai proyek penelitian saat ini masih berjalan untuk memecahkan misteri ini," kata ahli.
Dalam laporan penelitian yang dirilis di jurnal JAMA Network Open awal bulan ini, tim peneliti China melaporkan terjadi klaster baru di pemandian umum di Huian, provinsi sebelah timur Jiangsu.
Seorang pasien mengunjungi pusat pemandian umum pada 18 Januari untuk mandi dan sauna. Delapan orang, termasuk staf di sana terinfeksi corona dua pekan kemudian.
Pemandian itu punya suhu lebih tinggi dari 40 derajat dan kelembapan rata-rata 60 persen.
Namun penelitian ini juga punya keterbatasan. Tanpa kamera pengawas di pemandian, sulit menentukan apakan penularan terjadi karena tetesan atau percikan yang melayang di udara atau di permukaan terkontaminasi. Namun para peneliti mengatakan klaster ini memberi peringatan penting.
"Penularan SAR-Cov-2 tidak melemah dalam kondisi yang hangat dan lembap," kata penelitian itu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
Baca SelengkapnyaTim peneliti menjelajahi lapisan es di Himalaya dan membawa kepingan es-es itu ke laboratorium untuk diperiksa.
Baca SelengkapnyaBahaya minum air lelehan gletser yang kini tengah jadi tren di kalangan konten kreator luar negeri.
Baca SelengkapnyaSeorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaIlmuwan China mengembangkan baterai ringan yang bisa diisi ulang untuk eksplorasi Mars.
Baca SelengkapnyaIni berdasarkan hasil riset ilmuwan tentang "makhluk" yang dapat hidup bahkan berkembang biak di Planet Mars.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaDemi semangka berbuah di Antartika, peneliti rela melakukan penyemaian manual karena tak ada serangga yang membantu secara alami.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaPerlu diketahui bahwa fusi nuklir yang menjadi sumber energi bagi bintang, memerlukan suhu yang sangat tinggi, jauh lebih panas daripada suhu inti matahari.
Baca SelengkapnyaPasteurisasi adalah proses pemanasan makanan dan minuman untuk membunuh mikroorganisme berbahaya.
Baca SelengkapnyaSeseorang bisa mengalami flu dalam waktu cukup lama, namun hingga berapa lama biasanya penyakit ini tetap bisa menyebar?
Baca Selengkapnya