Penelitian Baru: Manusia Kemungkinan Tak Bisa Miliki Imunitas Lawan Covid-19
Merdeka.com - Manusia mungkin tidak pernah memiliki kekebalan atau imunitas terhadap Covid-19, menurut penelitian baru tentang antibodi oleh para ilmuwan China dan Amerika.
Kesimpulan mereka didasarkan pada penelitian pada pekerja rumah sakit di Wuhan yang secara langsung terpapar pasien yang terinfeksi pada tahap awal wabah telah memiliki antibodi ini. Wabah ini pertama kali muncul di Wuhan, China tengah, akhir tahun lalu.
Setidaknya seperempat dari lebih dari 23.000 sampel yang diuji bisa terinfeksi virus pada tahap tertentu, menurut para ilmuwan. Tetapi hanya 4 persen yang berhasil mengembangkan atau memiliki antibodi pada April.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Siapa yang bisa diserang virus? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Siapa yang berisiko terkena adenovirus? Setiap orang berpotensi terinfeksi adenovirus, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular virus ini, yaitu:Berusia di bawah 5 tahun (balita). Anak-anak di usia ini lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sempurna dan sering berinteraksi dengan orang lain yang mungkin terinfeksi.Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, atau penyakit autoimun. Orang-orang dengan kondisi ini lebih mudah mengalami infeksi yang serius atau komplikasi akibat adenovirus. Baru menjalani transplantasi organ. Orang-orang yang baru mendapatkan organ donor biasanya harus mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh agar organ baru tidak ditolak. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi adenovirus.Tinggal atau menetap di lingkungan yang padat, kumuh, dan bersanitasi buruk. Orang-orang yang hidup di tempat seperti ini lebih sering terpapar virus melalui kontak dekat dengan orang yang sakit, droplet, atau benda yang terkontaminasi virus. Contoh tempat-tempat tersebut adalah asrama, barak militer, rumah sakit, panti jompo, atau tempat penitipan anak.
-
Siapa yang berisiko tinggi tertular cacar monyet? Selain itu, Hanny menyampaikan bahwa infeksi Mpox banyak dilaporkan pada populasi khusus, seperti kelompok yang melakukan kontak seksual sesama jenis, yang membuat kelompok ini memiliki risiko penularan tertinggi.
"Orang-orang tidak mungkin menghasilkan antibodi pelindung jangka panjang terhadap virus ini," demikian kesimpulan para peneliti dalam makalah non-peer-review yang diunggah di situs pracetak medRxiv.org pada Selasa, seperti dikutip dari South China Morning Post, Kamis (18/6).
Para peneliti melakukan tes antibodi pada sampel dari pekerja rumah sakit yang terpapar pasien yang terinfeksi pada tahap awal wabah. Hanya 4 persen dari 23.000 yang memiliki antibodi - tetapi mereka memperkirakan setidaknya 25 persen bisa tertular penyakit ini.
Penelitian di Wuhan
Banyak upaya untuk memerangi pandemi ini dilakukan dengan asumsi bahwa orang yang terkena Covid-19 akan menghasilkan antibodi yang akan melindungi mereka dari infeksi ulang. Upaya-upaya itu termasuk negara-negara yang mempertimbangkan untuk mengeluarkan "sertifikat kekebalan", lebih dari 100 vaksin potensial dalam pengembangan, dan pasien yang pulih didorong untuk menyumbangkan darah untuk obat dan terapi eksperimental.
Tetapi penelitian baru di Wuhan menunjukkan tidak semua orang yang terinfeksi memproduksi antibodi, atau memproduksi antibodi yang tahan lama.
Antibodi adalah molekul yang dihasilkan oleh sistem kekebalan untuk mengikat protein lonjakan virus dan menghentikannya dari menginfeksi sel. Beberapa, seperti immunoglobulin G, atau IgG, dapat bertahan dalam sistem untuk waktu yang lama - telah ditemukan pada pasien SARS parah 12 tahun setelah mereka terinfeksi.
Dipimpin Wang Xinhuan dari Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan, dan ilmuwan dari Universitas Texas Galveston AS, penelitian ini meneliti sampel dari pekerja kesehatan dan staf umum rumah sakit di kota itu.
Mereka menemukan, 4 persen dari pekerja perawatan kesehatan dan 4,6 persen dari staf rumah sakit umum memiliki antibodi IgG. Penelitian sebelumnya menemukan 2,5 persen dari karyawan rumah sakit di Wuhan terinfeksi Covid-19 selama wabah, tetapi telah diperkirakan bahwa proporsi sebenarnya dari infeksi di antara kelompok ini dapat mencapai 25 persen.
Dua pekan setelah terinfeksi
Beberapa orang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala ketika terinfeksi virus corona, dan bahkan mungkin mereka tidak tahu telah terinfeksi. Dan dengan penularan dari manusia ke manusia yang tidak dikonfirmasi sampai akhir Januari, banyak dokter dan perawat di Wuhan tidak memakai alat pelindung tambahan dalam merawat pasien.
"Mereka baru saja terinfeksi Sars-CoV-2 dan melawan virus dengan sistem kekebalan mereka sendiri," kata Wang dan timnya, menggunakan nama klinis untuk virus corona.
Pasien dengan infeksi yang dikonfirmasi, di mana gejalanya biasanya lebih jelas, cenderung menghasilkan lebih banyak antibodi, menurut para peneliti. Sebuah penelitian sebelumnya menemukan semua kasus yang dikonfirmasi yang mereka teliti telah mengembangkan antibodi IgG dua pekan setelah terkena penyakit.
Tim Wang juga memperkirakan lebih dari 10 persen orang dalam penelitian mereka mungkin kehilangan perlindungan antibodi dalam waktu kurang lebih sebulan.
"Temuan kami memiliki implikasi penting untuk kekebalan kawanan (herd immunity), terapi berbasis antibodi, strategi kesehatan masyarakat, dan pengembangan vaksin," jelas mereka.
Masih banyak yang jadi misteri
Berdasarkan penelitian mereka, mereka mengatakan tes antibodi mungkin tidak cukup untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi, dan keberadaan antibodi seperti IgG belum tentu memberikan kekebalan di masa depan.
"Gagasan sertifikat kekebalan untuk pasien Covid-19 yang telah sembuh tidak valid," tulis Wang.
Sementara itu, penelitian terpisah oleh tim di Universitas Tsinghua di Beijing menunjukkan bahwa semakin banyak antibodi yang diproduksi oleh pasien Covid-19, semakin buruk hasilnya - pasien dengan respons antibodi terkuat dalam penelitian mereka meninggal.
Mereka menunjuk sebuah fenomena yang dikenal sebagai peningkatan yang tergantung pada antibodi, di mana virus “mencari tumpangan” pada antibodi untuk menginfeksi sel yang tidak bisa mereka masuki sebaliknya.
Wang mengatakan itu adalah "masalah besar untuk diawasi secara ketat".
Tetapi Wu Yingsong, direktur penelitian rekayasa antibodi di Southern Medical University di Guangzhou, mengatakan penelitian Wuhan ini harus ditanggapi dengan hati-hati. Dia mencatat sebagian besar tes antibodi hanya memeriksa beberapa antibodi untuk menghemat waktu dan biaya - dan itu bisa berarti hasil yang salah.
"Masih ada banyak hal mendasar tentang virus corona yang tidak kita mengerti," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberikan arahan agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.
Baca SelengkapnyaTotal kasus positif cacar monyet di Jakarta mencapai 24 orang.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKemenkes memprediksi jumlah kasus cacar monyet di Indonesia bisa mencapai 3.600 kasus dalam satu tahun.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaTim peneliti menjelajahi lapisan es di Himalaya dan membawa kepingan es-es itu ke laboratorium untuk diperiksa.
Baca SelengkapnyaVirus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.
Baca Selengkapnya