Penelitian Baru: Pasien Sembuh dari Covid-19 Masih Alami Gejala Setelah Enam Bulan
Merdeka.com - Lebih dari tiga seperempat orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 masih mengalami sedikitnya satu gejala setelah enam bulan, menurut sebuah penelitian baru.
Penelitian tersebut, yang diterbitkan pada Sabtu di jurnal kedokteran Lancet, melibatkan ratusan pasien di kota Wuhan, China, di mana virus corona baru pertama kali terdeteksi.
Penelitian menemukan kelelahan atau otot lemah adalah gejala paling umum, sementara orang-orang juga dilaporkan mengalami kesulitan tidur.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Para ilmuwan mengatakan, penelitian tersebut - di antara sedikit yang melacak gejala jangka panjang Covid-19 - menunjukkan perlunya penyelidikan lebih lanjut terhadap efek virus corona yang masih ada.
“Karena Covid-19 adalah penyakit baru, kami baru mulai memahami beberapa efek jangka panjangnya pada kesehatan pasien,” kata penulis utama Bin Cao, dari Pusat Nasional Pengobatan Pernapasan, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (10/1).
Cao mengatakan penelitian itu menyoroti perlunya perawatan berkelanjutan bagi pasien setelah mereka keluar dari rumah sakit, terutama mereka yang menderita infeksi parah.
Penelitian baru ini melibatkan 1.733 pasien Covid-19 yang ditelah dipulangkan dari Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan antara Januari dan Mei tahun lalu.
Khawatir Infeksi Ulang
Pasien, yang rata-rata berusia 57 tahun, dikunjungi antara Juni dan September dan menjawab sejumlah pertanyaan terkait gejala yang mereka alami dan kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup mereka.
Para peneliti juga melaksanakan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
Penelitian menemukan 76 persen pasien yang berpartisipasi dalam tindak lanjut (1.265 dari 1.655) mengatakan mereka masih memiliki gejala.
Kelelahan atau kelemahan otot dilaporkan sebesar 63 persen, sedangkan 26 persen mengalami masalah tidur.
Penelitian ini juga mengamati 94 pasien yang tingkat antibodi darahnya tercatat pada puncak infeksi sebagai bagian dari percobaan lain.
Ketika pasien ini diuji ulang setelah enam bulan, tingkat antibodi penetralnya adalah 52,5 persen lebih rendah.
Para penulis mengatakan hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan infeksi ulang Covid-19, meskipun mereka mengatakan sampel yang lebih besar akan diperlukan untuk mengklarifikasi bagaimana kekebalan terhadap virus berubah dari waktu ke waktu.
Konsekuensi Besar
WHO mengatakan virus itu menimbulkan risiko efek serius bagi beberapa orang - bahkan di antara orang muda, orang sehat yang tidak dirawat di rumah sakit.
Hingga saat ini, ada lebih dari 89 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi, termasuk sekitar 1,9 juta kematian dan 49,5 juta yang sembuh.
"Pasien harus diperiksa selama enam bulan atau lebih karena komplikasi tertular virus. Itu berarti kami akan memiliki kapasitas yang lebih sedikit, tenaga perawatan kesehatan lebih sedikit yang tersedia untuk merawat orang-orang ini," jelas penasihat kesehatan global dan dosen di UCL, Oksana Pyzik, kepada Al Jazeera.
"Itu akan memiliki konsekuensi besar untuk merawat semua jenis kondisi kronis, seperti kanker," kata Pyzik.
Kesehatan Jangka Panjang
Dalam sebuah artikel tanggapan, yang juga diterbitkan di Lancet, Monica Cortinovis, Norberto Perico, dan Giuseppe Remuzzi, dari Istituto di Ricerche Farmacologiche Mario Negri IRCCS Italia, mengatakan ada ketidakpastian mengenai konsekuensi kesehatan jangka panjang dari pandemi.
"Sayangnya, hanya ada sedikit laporan tentang gambaran klinis setelah Covid-19," kata mereka, seraya menambahkan penelitian terbaru tersebut, “relevan dan tepat waktu”.
Mereka mengatakan penelitian multidisiplin jangka panjang yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris akan membantu meningkatkan pemahaman dan membantu mengembangkan terapi untuk "mengurangi konsekuensi jangka panjang Covid-19 pada banyak organ dan jaringan".
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengumumkan, terdapat enam kasus pneumonia misterius di Indonesia.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaDinas kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan kasus Covid-19 naik 40 persen dalam sepekan. Sementara kasus mycoplasma pneumonia enam orang.
Baca SelengkapnyaDemam Berdarah Dengue (DBD) memiliki empat serotipe sehingga seseorang mungkin bisa terinfeksi lagi setelah baru sembuh.
Baca SelengkapnyaNgabila berujar, empat kasus ini merupakan temuan yang berbeda dan tak berkaitan satu sama lain.
Baca SelengkapnyaNamun, penemuan pneumonia merupakan kasus lama yang terjadi pada Oktober dan November
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaKemenkes menelusuri kontak erat enam pasien terkonfirmasi pneumonia misterius.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca Selengkapnya