Penelitian: Covid-19 Berisiko Picu Penyakit Mental dan Kelainan Otak
Merdeka.com - Sebuah analisis baru mengungkapkan, satu dari delapan orang yang telah terinfeksi Covid-19 didiagnosis dengan penyakit psikiatrik atau neurologi, menambahkan banyaknya bukti dampak virus pada kesehatan mental dan gangguan otak tidak dapat diabaikan.
Analisis yang masih dikaji rekan sejawat itu juga menemukan bahwa angka itu naik jadi satu dari tiga orang ketika dimasukkan pasien dengan riwayat penyakit psikiatrik atau neurologi.
Ditemukan satu dari sembilan pasien juga didiagnosis dengan depresi atau stroke meskipun tak menjalani rawat inap di rumah sakit saat terkena Covid-19. Menurut penulis utama penelitian, Dr Max Taquet dari Departemen Psikiatri Universitas Oxford, hal ini mengejutkan.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang bisa terdampak depresi? Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja. Mulai dari orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak juga memiliki risiko yang cukup tinggi di masa kini.
-
Siapa yang bisa terkena depresi? Depresi bisa dialami oleh siapa saja.
-
Apa itu depresi klinis? 'Depresi klinis adalah suasana hati yang rendah yang dapat berlangsung lama atau terus kembali, memengaruhi kehidupan sehari-hari Anda,' menurut definisi dari NHS.
-
Siapa yang berisiko tinggi terkena depresi? Jauh dari pandangan umum bahwa depresi hanya terkait dengan ketidakseimbangan kimia, penelitian ini menyoroti hubungan kuat antara gaya hidup sehat dan kesejahteraan mental.
-
Siapa yang bisa mengalami depresi terselubung? Ada beberapa orang yang mencoba menyembunyikan atau menyangkal perasaan depresinya, baik karena malu, takut, atau tidak menyadari kondisinya.
Para peneliti menggunakan rekam medis elektronik untuk mengevaluasi 236.379 pasien yang rawat inap dan non rawat inap di AS yang terkonfirmasi Covid-19 dan merupakan penyintas penyakit tersebut, membandingkan mereka dengan sebuah kelompok yang didiagnosis dengan influenza, dan sebuah kelompok yang didiagnosis dengan infeksi sistem pernapasan antara 20 Januari dan 12 Desember 2020.
Analisis, yang memperhitungkan faktor-faktor risiko yang diketahui seperti usia, jenis kelamin, ras, kondisi fisik dan mental yang mendasari dan deprivasi sosial-ekonomi, menemukan bahwa kejadian kondisi neurologis atau psikiatris pasca-Covid dalam enam bulan adalah 33,6 persen. Hampir 13 persen menerima diagnosis seperti itu untuk pertama kalinya.
Data tersebut menyambung penelitian sebelumnya oleh Taquet dan lainnya yang menunjukkan hampir satu dari lima orang yang menderita Covid-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan setelah dites positif terkena virus.
Dalam analisis terbaru, para peneliti menemukan sebagian besar diagnosis lebih umum setelah Covid-19, daripada setelah influenza atau infeksi pernapasan lainnya - termasuk stroke, perdarahan akut di dalam tengkorak atau otak, demensia, dan gangguan psikotik.
Secara keseluruhan, Covid-19 dikaitkan dengan peningkatan risiko diagnosis ini, tetapi kejadiannya lebih besar pada pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan sangat jelas pada mereka yang menderita penyakit otak.
Taquet mengatakan, pertanyaannya adalah berapa lama kondisi ini bisa bertahan setelah diagnosis.
“Saya rasa kita belum memiliki jawaban untuk pertanyaan itu,” ujarnya, dikutip dari The Guardian, Selasa (26/1).
“Untuk diagnosis seperti stroke atau pendarahan intrakranial, risikonya cenderung menurun cukup drastis dalam enam bulan, tetapi untuk beberapa diagnosis neurologis dan psikiatris kami tidak memiliki jawaban tentang kapan itu akan berhenti.”
Kemungkinan proporsi pasien yang didiagnosis dengan gangguan psikiatri atau neurologis setelah Covid-19 memiliki riwayat penyakit yang belum pernah didiagnosis sebelumnya, tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan - tetapi menurutnya analisis menunjukkan masalahnya bukan hal itu.
Taquet mengatakan, pasien dengan influenza dan infeksi pernapasan lainnya lebih sering mengunjungi dokter daripada pasien dengan Covid-19, menambahkan diagnosis seperti perdarahan intrakranial atau stroke tidak dapat disembunyikan lama dan biasanya didiagnosis di ruang gawat darurat.
Meskipun penelitian tidak membuktikan Covid-19 berpengaruh langsung terhadap kondisi kejiwaan dan neurologis ini, penelitian menunjukkan virus dapat berdampak pada otak dan sistem saraf pusat.
Analisis juga harus ditafsirkan dengan hati-hati, mengingat ada kemungkinan bahwa entri pertama diagnosis ke dalam basis data elektronik mungkin tidak mewakili kejadian pertama dari kondisi tersebut. Catatan semacam itu juga biasanya kurang dalam informasi relevan lainnya seperti kepadatan perumahan, ukuran keluarga, pekerjaan dan status imigrasi.Dr Tim Nicholson, seorang psikiater dan dosen klinis di rumah sakit King's College yang tidak terlibat dalam analisis tersebut, mengatakan temuan tersebut akan membantu mengarahkan peneliti ke arah komplikasi neurologis dan psikiatri yang memerlukan studi lebih lanjut.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ternyata paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental
Baca SelengkapnyaDepresi dan masalaha kesehatan bisa saling memengaruhi dengan berbagai cara tertentu.
Baca SelengkapnyaTinggal sendirian memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi.
Baca SelengkapnyaBeberapa masalah kesehatan mental kerap tidak disadari sebelumnya sehingga kerap disangka muncul secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaAdiksi terhadap pornografi serta judi online juga patut diperhatikan.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaSebelum berubah menjadi depresi, terdapat sejumlah gejala yang perlu dikenali.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaMeskipun tidak ada cara pasti, cara mencegah gangguan mental pada lansia dengan, mengelola stres, menjalani pengobatan secara rutin, & menjaga hubungan sosial.
Baca SelengkapnyaDepresi terselubung adalah kondisi ketika seseorang merasa tertekan, tapi tidak menunjukkan gejala atau ciri-ciri seperti orang yang depresi pada umumnya.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca Selengkapnya