Penelitian: Hewan Ilama Bisa Jadi Senjata Rahasia Perangi Covid-19
Merdeka.com - Para peneliti Inggris meyakini hewan Ilama bisa berperan penting untuk terapi kekebalan Covid-19 baru setelah uji coba awal menunjukkan hasil yang cukup signifikan.
Para ilmuwan di Rosalind Franklin Institute di Oxfordshire telah melakukan tes terhadap seekor Ilama yang dinamakan Fifi yang sistem kekebalannya mengandung contoh untuk terobosan potensi pengobatan virus corona.
Para pakar mengatakan, terapi Covid-19 yang berasal dari seekor Ilama bisa memberikan pengobatan yang dibuat dari “nanobodi”, versi antibodi atau kekebalan yang lebih kecil dan sederhana.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti? Puluhan petroglief berusia ribuan tahun ditemukan terukir di atas bebatuan di balik semak-semak di daerah pedesaan di Tanum, Provinsi Bohusian, Swedia.
-
Bagaimana para ilmuwan menguji hiu? Jaringan otot dan hati kemudian diuji menggunakan teknik standar yang disebut kromatografi cair dengan spektrometri massa tandem – di mana molekul dipisahkan dalam cairan – untuk mencari kokain dan benzoylecgonine, metabolit utama dalam obat tersebut.
-
Apa yang ditemukan dalam penyelidikan? Media Fars yang berafiliasi dengan Pasukan Garda Revolusi melaporkan, sebuah penyelidikan menyiratkan Haniyeh dihantam rudal dan menyimpulkan Israel terlibat dalam aksi pembunuhan ini.
Ilama dan unta memproduksi nanobodi secara alamiah sebagai respons terhadap infeksi.
Ketika terapi tersebut diuji pada manusia, para ilmuwan mengatakan terapi itu bisa diberikan dengan cara sederhana yaitu dengan menyemprot saluran nasal (nasal spray) dan ini bisa untuk mengobati dan mencegah infeksi awal.
Dilansir laman Al Arabiya, Jumat (24/9), Profesor Naismith, yang menjadi salah satu ketua penelitian dan direktur Rosalind Franklin Institute, menjelaskan tikus yang terinfeksi virus corona yang diobati dengan nasal spray berisi nanobodi baru sembuh total dalam waktu enam hari.
Sejauh ini pengobatan tersebut diuji hanya terhadap hewan di laboratorium, tapi Departemen Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) mengatakan pengobatan ini salah satu di antara pengobatan yang paling efektif melawan SARS-CoV-2. Potensi melawan Covid yang nyata ini berasal dari kekuatan nanobodi yang mengikat virus.
Nanobodi menempel dan mengikat virus dan bakteri yang menyerang tubuh. Pengikatan ini pada dasarnya menandai virus yang menyerang dengan "bendera merah" kekebalan untuk memungkinkan senjata kekebalan tubuh menargetkannya untuk dihancurkan.
Nanobodi yang diproduksi para peneliti ini - dengan bantuan sistem kekebalan llama - sangat terikat erat.
“Di situlah kami mendapat bantuan dari Fifi the ‘Franklin (Institute) llama’,” jelas Prof Naismith.
Dengan memvaksinasi Fifi dengan sepotong kecil protein virus yang tidak menular, para ilmuwan merangsang sistem kekebalannya untuk membuat molekul khusus. Para ilmuwan kemudian dengan hati-hati memilih dan memurnikan nanobodi paling kuat dalam sampel darah Fifi; yang paling cocok dengan protein virus, seperti kunci yang paling cocok dengan kunci tertentu.
Tim kemudian mampu menumbuhkan sejumlah besar molekul paling kuat yang dipilih secara khusus.
“Sistem kekebalan sangat luar biasa sehingga masih bekerja lebih baik dari yang kita bisa - evolusi sulit dikalahkan,” kata Naismith kepada BBC.
Profesor Naismith dan rekan-rekannya, yang menerbitkan penelitian mereka dalam jurnal Nature Communications sepakat bahwa, walaupun dengan keberhasilan vaksin Covid, memiliki pengobatan yang efektif di masa depan juga akan sangat penting.
“Tidak semua bagian dunia divaksinasi dengan kecepatan yang sama,” ujarnya.
“Dan masih ada risiko varian baru yang mampu melewati imunitas yang ditimbulkan vaksin,” pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para ilmuwan mengungkap virus yang menginfeksi bakteri dalam kotoran hewan dan sedang menguji apakah bakteri ini ampuh sebagai antibiotik.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaColossal Biosciences berhasil menciptakan sel induk gajah Asia, langkah kunci menuju kebangkitan spesies mammoth yang telah punah.
Baca SelengkapnyaTemuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaRacun ular dan laba-laba, potensial obat tekanan darah, temuan ilmiah terbaru. Ular Amerika Selatan, mengandung bahan kimia yang menjanjikan. Simak disini.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaIni merupakan sebuah rekor penciptaan virus yang mampu 'membasmi' manusia dalam 3 hari.
Baca SelengkapnyaKelelawar merupakan hewan yang menjadi penyebab dari peredaran sejumlah virus yang berbahaya.
Baca SelengkapnyaEfektivitas pemanfaatan teknologi wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara.
Baca SelengkapnyaSimpanse memiliki kecerdasan tinggi untuk sembuhkan diri dengan menggunakan banyak tanaman obat.
Baca SelengkapnyaHvaldimir, seekor paus beluga putih yang diduga mata-mata Rusia, ditemukan mati, Sabtu (31/8/2024) lalu dalam keadaan mencurigakan.
Baca SelengkapnyaDari penyembuhan luka hingga meningkatkan elastisitas kulit, berikut adalah manfaat tanaman liar yang seringkali dianggap sebagai gulma!
Baca Selengkapnya