Penelitian Ilmuwan Inggris Disebut Bisa Ramal Gunung Agung Bali Meletus
Merdeka.com - Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications dianggap bisa meramalkan letusan di masa depan dari Gunung Agung di Bali.
Salah satu yang terpenting adalah ditemukannya bukti geofisika, yang kemungkinan merupakan sistem pipa vulkanik yang saling terhubung antara Gunung Agung dengan Gunung Batur.
Letusan Gunung Agung sebelumnya pada tahun 1963 menewaskan hampir 2.000 orang dan diikuti oleh letusan-letusan kecil di gunung berapi tetangganya, Gunung Batur.
-
Dimana lokasi Gunung Agung? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
-
Apa yang unik dari Gunung Batutara? Dihimpun dari merdeka.com, fakta menarik yang pertama dari Gunung Api Laut Batutara ini yaitu bisa meletus setiap 20 menit sekali.
-
Bagaimana Gunung Batutara meletus? Letusan tersebut berupa abu vulkanik yang dimuntahkan ke dalam laut maupun letusan asap yang terus terjadi.
-
Bagaimana ilmuwan dapat menghubungkan lokasi arkeologi dengan letusan Gunung Toba? 'Fragmen-fragmen ini kurang dari diameter rambut manusia. Sekecil itu pun mereka masih cukup besar untuk menganalisis kimia dan elemen-elemennya,' kata John Kappelman, seorang profesor antropologi dan ilmu geologi di University of Texas dan penulis utama studi tersebut, yang diterbitkan Rabu (20/3) di jurnal Nature.
-
Apa yang ditemukan di Gunung Pulosari? Sebagian Arca Shiwa, Arca Brahma yang ditemukan sebagai bukti adanya tradisi Hindu di masa lalu, saat ini sudah diarsipkan di Museum Nasional Indonesia.
-
Bagaimana gunung berapi bisa terbentuk? Proses inilah yang dapat menciptakan gunung berapi. Contohnya adalah Gunung Saint Helens di Amerika Utara dan Gunung Fuji di Jepang.
Karena peristiwa masa lalu ini adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan di Abad ke-20, maka upaya besar dikerahkan oleh komunitas ilmuwan untuk memantau dan memahami bangunnya kembali aktivitas Gunung Agung.
Dalam erupsi terbaru pada November 2017, dua bulan sebelum letusan, tiba-tiba terjadi peningkatan sejumlah gempa kecil di sekitar gunung berapi yang tidur selama 54 tahun itu. Peristiwa ini memicu evakuasi sekitar 100.000 orang.
Menggunakan citra satelit Sentinel-1
Tim ilmuwan dari Fakultas Ilmu Kebumian University of Bristol, yang dipimpin oleh Dr. Juliet Biggs, menggunakan citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk memantau deformasi tanah di Gunung Agung.
"Dari pemantauan jarak jauh, kami dapat memetakan setiap gerakan tanah, yang mungkin merupakan indikator bahwa magma segar bergerak di bawah gunung berapi," ujar Biggs yang dikutip dari DW Indonesia, Rabu (20/2/2019).
Dalam studi terbaru, yang dilakukan dengan menggandeng Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Indonesia (CVGHM), tim ini mendeteksi kenaikan sekitar 8-10 cm di sisi utara gunung berapi selama periode aktivitas gempa bumi yang hebat.
Dr. Fabien Albino, dari Bristol School of Earth Sciences menambahkan: "Yang mengejutkan adalah kami memperhatikan bahwa baik aktivitas gempa dan sinyal deformasi tanah terletak lima kilometer dari puncak, yang berarti bahwa magma bergerak ke samping serta vertikal ke atas."
"Studi kami memberikan bukti geofisika pertama bahwa Gunung Agung dan Gunung Batur mungkin memiliki sistem pipa vulkanik yang terhubung," lanjutnya.
Tim peneliti menyebutkan: "Temuan ini memiliki implikasi penting bagi peramalan letusan dan bisa menjelaskan terjadinya letusan simultan seperti pada tahun 1963."
Studi tersebut didanai oleh Pusat Pengamatan dan Pemodelan Gempa Bumi, Gunung Berapi, dan Tektonik (COMET), sebuah pusat penelitian terkemuka dunia yang berfokus pada proses tektonik dan vulkanik dengan menggunakan teknik observasi Bumi.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa penyebab gunung meletus bisa diduga sebelumnya, namun ada juga yang tak terduga.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif.
Baca SelengkapnyaSejak ditetapkan sebagai UGG, kawasan Geopark Ijen Banyuwangi terus menarik minat para geolog untuk berkunjung.
Baca SelengkapnyaLetusan eksplosif memunculkan fenomena alam kilatan petir vulkanik
Baca SelengkapnyaGundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Baca SelengkapnyaPada kurun waktu 15 hari, Gunung Raung sudah mengalami gempa tektonik sebanyak 71 kali.
Baca SelengkapnyaSelain pariwisata, potensi lain dataran tinggi Dieng adalah energi panas bumi yang cukup besar. Karena inilah kawasan itu diusulkan jadi Taman Bumi Nasional
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Ruang Menguat, PVMBG Keluarkan Peringatan Tsunami untuk Warga Pulau Tagulandang Sulut
Baca SelengkapnyaAwal tahun ini, misi Juno NASA mendekati bulan ini dan menangkap aktivitas vulkanik dari jarak dekat.
Baca SelengkapnyaBadan Geologi melakukan survei untuk mengetahui keberadaan hidrogen alami di Pulau Sulawesi bagian timur,
Baca SelengkapnyaPenemuan ini menggemparkan dunia bahwa ada gunung di Bumi yang lebih tinggi dari Everest.
Baca SelengkapnyaFenomena yang terjadi di Desa Tambak, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, itu termasuk hal biasa.
Baca Selengkapnya