Penelitian Inggris: Puasa Tidak Sebabkan Warga Muslim Meninggal karena Covid-19
Merdeka.com - Laporan dari Jurnal Kesehatan Global di Inggris menyatakan ibadah puasa di negara itu selama Ramadan tahun lalu tidak menyebabkan angka kematian akibat Covid-19 lebih tinggi di kalangan warga muslim.
Laporan itu mengatakan tidak ditemukan bukti warga muslim Inggris yang menjalankan ibadah puasa lebih rentan meninggal karena Covid-19.
Saat ini ada lebih dari 3 juta warga muslim di Inggris atau sekitar lima persen dari populasi dan sebagian besar berasal dari Asia Selatan.
-
Kenapa jumlah Muslim di Israel meningkat? Menurut sumber yang sama, warga Muslim di Israel tercatat memiliki tingkat kelahiran yang tinggi. Per tahun, rata-rata satu dari empat kelahiran bayi adalah Muslim.
-
Dimana Islam menyebar? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Apa yang pekerja Indonesia lakukan di Inggris? Mereka datang ke Inggris Mei lalu dan dipecat pada Juni. Sejumlah pekerja Indonesia yang bekerja di sebuah perkebunan di Inggris dipecat hanya lima pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Dimana komunitas Muslim terbesar di Israel? Kota yang paling banyak dihuni warga Arab di Israel adalah Nazareth. Sekitar 40 ribu dari 65 ribu jiwa di kota tersebut adalah Muslim.
-
Siapa saja yang memakai bahasa Inggris? Bahasa Inggris adalah bahasa resmi internasional yang dipakai di berbagai negara di dunia.
-
Siapa yang terlibat dalam penyebaran Islam? Salah satu tokoh terkenal dari Kesultanan Demak adalah Sunan Kalijaga.
Banyak komunitas muslim juga terdampak pandemi dalam menjalankan ibadah puasa tahun lalu, seperti halnya kelompok minoritas lainnya di Inggris.
"Hasil penelitian kami memperlihatkan praktik puasa Ramadan tidak punya dampak terhadap kematian karena Covid-19," kata laporan itu, seperti dilansir laman Aljazeera, Kamis (1/4).
"Sebelumnya ada banyak pendapat yang menyebut kegiatan praktik kultural dari komunitas minoritas menjelaskan tingkat kerentanan mereka terhadap pandemi," kata laporan tersebut. Sejumlah pengamat tahun lalu menduga akan ada lonjakan kasus penularan Covid-19 di masa Ramadan.
"Pendapat itu tidak berdasarkan bukti. Hanya pengalihan dari isu ketidakadilan di tengah masyarakat soal kesehatan, terutama tentang kondisi kerja dan pendapatan yang menjadi faktor utama ketidakadilan di tengah kelompok minoritas di masa pandemi Covid-19."
Puasa tidak punya dampak merugikan
Laporan itu juga membandingkan analisis angka kematian karena Covid-19 pada Ramadan tahun lalu yang dimulai pada 23 April, tak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris.
Kegiatan buka bersama dan salat tarawih berjemaah juga ditiadakan selama Ramadan tahun lalu seperti juga pembatasan kegiatan secara nasional.
Para peneliti menganalisis tingkat kematian di lebih dari selusin wilayah otoritas di Inggris tempat populasi muslim mencapai setidaknya 20 persen populasi.
Mereka menemukan angkat kematian di daerah-daerah itu justru turun di masa Ramadan.
Terlebih lagi, tren ini berlanjut seusai Ramadan dan laporan tersebut menyatakan, "tidak ada dampak buruk dari puasa di wilayah warga muslim tinggal."
Salman Waqar, yang ikut menyusun laporan itu mengatakan kepada Aljazeera, temuan para peneliti mengindikasikan Ramadan tidak punya dampak buruk terhadap Covid-19.
Dia juga menyebut data tersebut bertentangan dengan komentar sejumlah politisi dan pengamat yang mengatakan "komunitas tertentu, terutama muslim," bertanggung jawab atas naiknya angka penularan tahun lalu.
Dewan Muslim Inggris (MCB), organisasi muslim Inggris terbesar, mengatakan laporan tersebut menyangkal semua asumsi negatif yang kebanyakan disampaikan kelompok kanan, bahwa muslim akan melanggar aturan pembatasan di bulan Ramadan dan menyebabkan naiknya angka penularan.
"Anggapan itu hanya prasangka untuk mengkambinghitamkan komunitas muslim dan mengalihkan isu yang lebih luas soal 'ketidakadilan kesehatan' yang dihadapi oleh kelompok mereka," kata Umar Begg, juru bicara MCB kepada Aljazeera.
Ramadan di Inggris diperkirakan jatuh pada 13 April mendatang.
"Kami berharap Ramadan ini akan terbebas dari anggapan dan semoga tindakan pragmatis segera diambil di tingkat pengambil kebijakan untuk mengatasi ketidakadilan di masa pandemi," ujar Begg.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arab saudi Umumkan 1.301 Jemaah Haji Meninggal Tahun Ini, Sebagian Tidak Terdaftar Resmi
Baca SelengkapnyaLebih dari 50 persen jemaah haji asal Jateng dan DIY yang meninggal dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Baca SelengkapnyaSetidaknya 550 orang dilaporkan meninggal dunia saat menjalankan haji.
Baca SelengkapnyaJemaah haji dan petugas yang telah diterbangkan ke Tanah Air berjumlah 58.894 orang
Baca SelengkapnyaBertahun-tahun menjadi negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, nyatanya di tahun 2024 ini predikat itu harus dilepas Indonesia.
Baca SelengkapnyaNegara pertama yang tidak memiliki bangunan masjid adalah Slovakia.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan membuat catatan ada 136 jemaah haji yang meninggal dunia
Baca SelengkapnyaRamadan dan Lebaran identik dengan penyelarasan jam kerja untuk mengakomodasi puasa, pengaturan cuti bagi karyawan yang mudik, dan pengunduran diri.
Baca SelengkapnyaLebih dari 1000 Jemaah Haji Meninggal karena Cuaca Panas Ekstrem, Jenazah Banyak Tergeletak di Pinggir Jalan
Baca SelengkapnyaBegini penampakan masyarakat Islam Bonokeling di Banyumas Jawa Tengah. Masih memegang kepercayaan Jawa Kuno.
Baca Selengkapnya"Agar diberikan diskresi untuk diperpendek masa tinggalnya di Tanah Suci menjadi 10 - 15 hari saja," kata Zainut
Baca SelengkapnyaSebagian besar yang meninggal merupakan jemaah haji asal Mesir.
Baca Selengkapnya