Penelitian: Ludah Cacing Ternyata Mampu Hancurkan Plastik
Merdeka.com - Sebuah penelitian baru menunjukkan jika dua zat dalam ludah cacing lilin mampu menghancurkan plastik. Temuan baru ini diyakini ilmuwan mampu menanggulangi polusi plastik di dunia.
Cacing lilin adalah larva ngengat pemakan lilin lebah yang diproduksi lebah saat membuat sarang. Ilmuwan menemukan jika ludah cacing lilin memiliki enzim yang menghancurkan polimer polietilena.
Polietilena adalah zat yang sering digunakan dalam plastik dan penyumbang utama kerusakan lingkungan. Plastik yang terbuat dari polimer polietilena dirancang untuk sulit terurai sehingga plastik membutuhkan puluhan tahun hingga berabad-abad untuk hancur secara alami.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di Spanyol? Para peneliti mengidentifikasi dinosaurus ini dari hasil pemeriksaan fosil-fosil dinosaurus yang ditemukan di Morella, kota di wilayah otonom Valencia, Spanyol timur.
-
Bagaimana cara mengurangi sampah plastik? 'Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim',
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
Ilmuwan memulai penelitian mereka dari studi yang dipublikasi pada 2017 lalu. Kala itu ilmuwan menemukan jika cacing lilin mampu untuk menghancurkan polietilena namun mereka belum tahu bagaimana cacing dapat menghancurkan plastik.
Kini ilmuwan menemukan jika enzim cacing lilin mampu membentuk reaksi biokimia sehingga menghancurkan plastik.
Melalui proses oksidasi, oksigen menjadi bahan utama yang diperlukan untuk menghancurkan polimer polietilena. Ilmuwan menemukan jika cacing lilin dapat memproduksi enzim itu dalam beberapa jam tanpa memerlukan panas atau radiasi yang umum digunakan untuk menghancurkan plastik.
Federica Bertocchini, seorang biologis dari Dewan Riset Nasional Spanyol (CSIC) mengungkap jika temuan ini mampu mengubah biodegradasi plastik.
“Fitur sama yang membuat plastik menjadi bahan unik dan berguna menciptakan salah satu masalah paling kritis abad ini,” jelas Bertocchini, dilansir Reuters, Selasa (4/10).
“Plastik tinggal di lingkungan untuk waktu yang lama. Akhirnya terurai menjadi partikel-partikel kecil, sehingga menjadi sumber partikel plastik mikro dan nano. Partikel plastik ini telah ditemukan di mana-mana, mulai dari Antartika hingga hujan dan air ledeng, yang tidak hanya menyebabkan masalah lingkungan yang nyata tetapi juga merupakan masalah yang berkembang bagi kesehatan manusia,” lanjutnya.
Sebelumnya polietilena pertama kali dibuat pada 1933. Bahan yang murah, bertahan lama, dan tidak merusak makanan membuatnya sering digunakan untuk berbagai kebutuhan. Penggunaan berlebihan akhirnya mengancam lingkungan bumi.
Namun dengan adanya cacing lilin, ancaman plastik pun dapat ditangkal.
Cacing lilin berasal dari spesies Galleria mellonella. Cacing itu dianggap hama oleh peternak lebah karena memakan lilin lebah, serbuk sari, madu, hingga memakan larva lebah.
Dengan temuan baru, ilmuwan berharap enzim dalam ludah cacing lilin dapat diproduksi secara sintetis untuk menghancurkan plastik. Namun ilmuwan mengungkap produksi itu mampu memproduksi karbon dioksida yang dapat merusak lingkungan juga.
“Dalam kasus kami, enzim mengoksidasi plastik, memecahnya menjadi molekul kecil. Ini menyarankan skenario alternatif untuk menangani sampah plastik di mana plastik dapat terdegradasi dalam kondisi terkendali, membatasi atau akhirnya menghilangkan sama sekali pelepasan mikroplastik,” jelas ahli ekologi dan matematika CSIC, Clemente Fernandez Arias.
Namun produksi enzim secara sintetis tetap dilakukan dan telah didanai oleh produsen plastik Jerman, Rochling. Perusahaan plastik Spanyol, Plasticentropy juga turut bekerja untuk penggunaan enzim pemecah plastik itu.
Sebelumnya, ilmuwan telah meneliti mikroorganisme yang mampu menghancurkan plastik dengan cara biologis atau biodegradasi. Berbagai mikroorganisme yang mampu menghancurkan plastik pun ditemukan. Temuan ini diyakini mampu untuk melawan penggunaan plastik berlebihan dan polusi lingkungan.
Usaha lain juga dilakukan, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa yang setuju membentuk traktat polusi plastik pada Maret lalu yang akan disetujui pada 2024 nanti.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski ada temuan ini, tetap penting diingat bahwa enzim pada ulat tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik.
Baca SelengkapnyaUlat ini dikenal sebagai ulat bambu kecil, yang merupakan larva dari kumbang jenis Alphitobius darkling.
Baca SelengkapnyaCara yang biasa dilakukan orangtua kita yaitu merebus air bisa bermanfaat untuk menghilangkan mikroplastik.
Baca SelengkapnyaPenting untuk melakukan tindakan yang tepat agar permasalahan tumpukan sampah kronis ini tidak berlarut-larut terjadi.
Baca SelengkapnyaMembakar sampah plastik menjadi salah satu cara yang sering dilakukan oleh masyarakat. Tapi, tindakan ini ternyata sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaUdara tidak hanya tercemar oleh asap, tapi juga mikroplastik.
Baca SelengkapnyaBerikut penemuan-penemuan unik yang disebut bisa selamatkan dunia.
Baca SelengkapnyaLangkah ini penting dilakukan karena ada 13 juta ton lebih sampah plastik dalam setahun.
Baca SelengkapnyaTeknologi yang dimiliki oleh Greenhope ini berasal dari Indonesia, tetapi sudah dipatenkan di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMengetahui permasalahan di lingkungan sekitar bisa membantu keadaan menjadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaMerebus air merupakan salah satu cara untuk memperoleh air minum bagi banyak masyarakat Indonesia. Bisakah cara ini menghilangkan mikroplastik di dalam air?
Baca SelengkapnyaAmorpho Coagulation Tech berhasil lolos Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta dari Kementerian Pendidikan Kebudayan dan Pendidikan Tinggi pada 2023.
Baca Selengkapnya