Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penelitian: Orang yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Cukup Disuntik Satu Dosis Vaksin

Penelitian: Orang yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Cukup Disuntik Satu Dosis Vaksin Rusia Suntik Vaksin Sputnik V untuk Warganya yang Beresiko Terkena Covid-19. ©2020 AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV

Merdeka.com - Hampir 30 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi virus corona sejauh ini. Apakah orang-orang ini masih harus divaksinasi?

Dua penelitian baru menjawab pertanyaan itu: Ya.

Faktanya, penelitian mengatakan orang-orang ini hanya cukup dengan satu dosis vaksin untuk meningkatkan antibody mereka dan menghancurkan virus corona – dan bahkan beberapa varian yang lebih menular.

Orang lain juga bertanya?

Hasil penelitian baru ini sejalan dengan dua penelitian lainnya yang diterbitkan beberapa pekan terakhir. Penelitian ini bersama-sama menyarankan orang yang pernah terinfeksi Covid-19 harus diimunisasi tapi bisa jadi cukup hanya dengan dosis tunggal atau satu dosis vaksin.

“Menurut saya itu sangat rasional mengapa orang-orang yang sebelumnya terinfeksi Covid harus mendapat vaksin,” jelas pakar imunologi Universitas Toronto, Jennifer Gommerman, yang terlibat dalam penelitian baru itu, dikutip dari The New York Times, Senin (22/2).

Respons kekebalan seseorang terhadap infeksi sangat bervariasi.

Kebanyakan orang menghasilkan antibodi dalam jumlah banyak yang bertahan selama berbulan-bulan. Tetapi beberapa orang yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala Covid-19 menghasilkan sedikit antibodi, yang dengan cepat turun ke tingkat yang tidak terdeteksi.

Penelitian terbaru ini, yang belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, menganalisis sampel darah dari orang yang pernah terkena Covid-19. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa sistem kekebalan mereka akan mengalami kesulitan dalam menangkal B.1.351, varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.

Tapi satu suntikan baik vaksin Pfizer-BioNTech ataupun Moderna secata signifikan mengubah gambaran itu: Memperkuat jumlah antibodi dalam darah mereka hingga seribu kali lipat – “dorongan yang sangat besar," menurut Andrew T McGuire, ahli imunologi di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, yang memimpin penelitian.

Saat dibilas dengan antibodi, sampel dari semua peserta tidak hanya dapat menetralkan B.1.351, tetapi juga virus corona yang menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2003.

Faktanya, antibodi tampaknya bekerja lebih baik daripada orang yang tidak terinfeksi Covid dan telah menerima dua dosis vaksin. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna sekitar lima kali lebih efektif terhadap varian tersebutPara peneliti mendapatkan sampel darah dari 10 relawan dalam Penelitian Kelompok Covid Seattle yang divaksin beberapa bulan setelah terpapar virus corona. Tujuh peserta mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech dan tiga orang disuntik vaksin Moderna.

Darah diambil sekitar dua sampai tiga pekan setelah vaksinasi menunjukkan lompatan signifikan jumlah antibody dibandingkan dengan sampel yang dikumpulkan sebelum vaksinasi. Para peneliti belum mengetahui berapa lama peningkatan jumlah antibodi akan bertahan, tapi diharapkan akan bertahan dalam waktu yang lama. Demikian disampaikan Dr McGuire.

Para peneliti juga melihat peningkatan sel kekebalan yang mengingat dan melawan virus.

“Terlihat sangat jelas bahwa kami meningkatkan kekebalan yang sudah ada sebelumnya,” jelas McGuire.

Pada penelitian baru yang lain, para peneliti di Universitas New York menemukan dosis kedua vaksin tidak menambah banyak manfaat pada semua orang yang pernah terkena Covid-19, sebuah fenomena yang telah diobserbasi dengan vaksin virus lain.

Dalam peneltian itu, kebanyakan orang terinfeksi dengan virus corona delapan atau sembilan bulan sebelumnya, tapi melihat kekebalan mereka meningkat sampai seratus kali lipat sampai seribu kali lipat ketika diberikan dosis pertama vaksin. Setelah dosis kedua, level kekebalan tak mengalami peningkatan lebih jauh.“Ini adalah bukti nyata kekuatan memori imunologi bahwa mereka mendapatkan dosis tunggal dan memiliki peningkatan yang sangat besar,” jelas Dr Mark J Mulligan, direktur Pusat Vaksin Langone Universitas New York dan penulis utama penelitian tersebut.

Mulligan menekankan, di beberapa bagian dunia, termasuk Amerika Serikat, sebagian kecil penduduk telah terinfeksi.

“Mereka pasti harus divaksinasi,” katanya.

Tidak jelas apakah lonjakan ribuan kali lipat dalam tingkat antibodi yang tercatat di lab akan terjadi di kehidupan nyata. Namun, penelitian menunjukkan satu suntikan sudah cukup untuk meningkatkan kadar antibodi secara signifikan, kata Florian Krammer, ahli imunologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai New York.

Dr Krammer memimpin penelitian baru lainnya, yang menunjukkan orang yang pernah terkena Covid-19 dan menerima satu dosis vaksin mengalami efek samping yang lebih parah dari inokulasi atau suntikan vaksin dan memiliki lebih banyak antibody dibandingkan dengan mereka yang belum pernah tertular.

“Jika Anda mengumpulkan keempat makalah tersebut, itu memberikan informasi yang cukup bagus tentang orang yang telah terinfeksi hanya perlu satu vaksinasi,” jelas Krammer.

Dia dan peneliti lain mencoba membujuk para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC untuk merekomendasikan hanya satu dosis vaksin bagi mereka yang telah pulih dari Covid-19.

Menurut ahli imunologi di Lembaga Penelitian Scripps di La Jolla California, Dennis R Burton, idealnya, orang-orang itu harus dipantau setelah dosis pertama jika sewaktu-waktu kadar antibodinya merosot setelah beberapa minggu atau bulan.

Virus corona baru bermutasi lebih lambat, tapi ada sejumlah varian virus sekarang ini yang tampaknya lebih menular atau merusak sistem kekebalan. Dr Burton mengatakan, penelitian baru dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana membuat satu vaksin yang merangsang produksi antibodi penetral secara luas yang dapat menghancurkan semua varian virus corona.

Tanpa vaksin semacam itu, para ilmuwan perlu menyesuaikan vaksin setiap kali virus berubah secara signifikan. Dia menambahkan, mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan jika tidak lebih lama untuk mengembangkan dan menguji vaksin semacam itu untuk melawan virus corona, tetapi “itu adalah cara jangka panjang untuk mendekati virus ini.”

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kelompok Ini Wajib Terima Vaksin Mpox, Termasuk Anak-Anak?
Kelompok Ini Wajib Terima Vaksin Mpox, Termasuk Anak-Anak?

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Alasan Tak Masif Minta Masyarakat Vaksinasi Mpox
Menkes Ungkap Alasan Tak Masif Minta Masyarakat Vaksinasi Mpox

Sebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember
Covid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember

Vaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD

Dia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Kemenkes akan Beri Vaksin Booster Ketiga Untuk Masyarakat
Covid-19 Naik Lagi, Kemenkes akan Beri Vaksin Booster Ketiga Untuk Masyarakat

Rencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.

Baca Selengkapnya