Penelitian: Pasien Covid-19 Lebih Berisiko Alami Masalah Jantung
Merdeka.com - Orang yang terinfeksi Covid-19 lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskuler, dan itu bisa terjadi setahun setelah infeksi. Hal ini merupakan hasil analisis data kesehatan AS oleh para peneliti Universitas Washington.
Komplikasi itu termasuk pengurangan ritme jantung, radang jantung, pembekuan darah, penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung, atau bahkan kematian, jelas penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine pada Senin (7/2).
Para peneliti sebelumnya menyampaikan, orang yang sehat dan anak muda yang termasuk mengalami masalah jantung.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang lebih rentan terinfeksi virus yang menyebabkan kanker? Selain itu, human immunodeficiency virus (HIV) juga dapat meningkatkan risiko kanker secara tidak langsung dengan membuka pintu bagi virus lain yang bisa memicu kanker.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Siapa yang berisiko terkena adenovirus? Setiap orang berpotensi terinfeksi adenovirus, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular virus ini, yaitu:Berusia di bawah 5 tahun (balita). Anak-anak di usia ini lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sempurna dan sering berinteraksi dengan orang lain yang mungkin terinfeksi.Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, atau penyakit autoimun. Orang-orang dengan kondisi ini lebih mudah mengalami infeksi yang serius atau komplikasi akibat adenovirus. Baru menjalani transplantasi organ. Orang-orang yang baru mendapatkan organ donor biasanya harus mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh agar organ baru tidak ditolak. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi adenovirus.Tinggal atau menetap di lingkungan yang padat, kumuh, dan bersanitasi buruk. Orang-orang yang hidup di tempat seperti ini lebih sering terpapar virus melalui kontak dekat dengan orang yang sakit, droplet, atau benda yang terkontaminasi virus. Contoh tempat-tempat tersebut adalah asrama, barak militer, rumah sakit, panti jompo, atau tempat penitipan anak.
Penulis penelitian senior, Ziyad Al-Aly, asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis menyampaikan, pemerintah dan sistem kesehatan harus siap untuk menghadapi kondisi signifikan pandemi Covid terhadap meningkatnya penyakit kardiovaskuler.
"Karena sifat kronis kondisi ini, kemungkinan akan memiliki konsekuensi panjang bagi pasien dan sistem kesehatan dan juga memiliki dampak luas pada produktivitas ekonomi dan harapan hidup," tulis Al-Aly di Twitter pada Senin.
"Mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh Covid panjang akan membutuhkan strategi respons global jangka panjang yang sangat dibutuhkan, tetapi sejauh ini kurang, mendesak dan terkoordinasi," lanjutnya, seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (9/2).
Untuk penelitian tersebut, para peneliti menganalisis rekam medis anonim dalam database Departemen Urusan Veteran AS. Mereka melihat catatan 153.760 orang yang dites positif Covid-19 dari 1 Maret 2020 sampai 15 Januari 2021.
Informasi kesehatan ini lantas dibandingkan dengan dua kelompok kontrol: lebih dari 5,6 juta pasien yang tidak terinfeksi Covid selama periode itu; dan lebih dari 5,8 juta orang yang menjadi pasien pada 2017, sebelum pandemi.
Penelitian ini tidak memberikan rincian varian virus corona apa yang menginfeksi para pasien ini atau berapa banyak yang telah divaksinasi, tapi vaksin tidak tersedia secara meluas pada periode itu dan varian Delta dan Omicron belum muncul.
Kesehatan jantung menyusul dan dianalisis selama periode sekitar satu tahun. Para peneliti menemukan penyakit kardiovaskuler termasuk gagal jantung dan kematian terjadi pada 4 persen lebih orang yang terinfeksi Covid daripada mereka yang tidak terinfeksi.
Dibandingkan dengan mereka yang ada dalam kelompok kontrol, orang yang terpapar Covid 72 persen lebih mungkin mengalami penyakit arteri atau jantung koroner, 63 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung, dan 52 persen lebih mungkin mengalami stroke.
Para peneliti mengatakan, risiko masalah jantung setelah terinfeksi Covid adalah bukti nyata terlepas dari usia, jenis kelamin, dan faktor risiko kardiovaskuler lainnya termasuk obesitas, hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal kronis, dan bisa terjadi pada orang yang sebelumnya tidak menderita penyakit kardiovaskuler.
Mereka mengatakan, risiko tersebut juga nyata di antara mereka yang belum mengalami rawat inap selama fase akut penyakit tersebut - sebuah kelompok mewakili mayoritas orang yang pernah terinfeksi Covid-19. Dan risiko tersebut meningkat berdasarkan tingkat keparahan Covid yang mereka alami, dari tidak rawat inap sampai rawat inap dan ICU.
Para peneliti menyimpulkan ada risiko besar masalah kardiovaskuler setelah melewati fase akut Covid-19, bahkan setelah setahun, dan strategi perawatan setelah infeksi harus memperhatikan kesehatan dan penyakit jantung.
"Temuan ini menekankan perlunya strategi optimalisasi berlanjut untuk pencegahan utama infeksi Sars-CoV-2," tulis para peneliti, mengacu pada virus penyebab Covid-19.
"Cara terbarik untuk mencegah Covid panjang dan komplikasinya yang tak terhitung, termasuk risiko gejala sisa kardiovaskular yang serius, adalah pertama-tama mencegah infeksi Sars-CoV-2."
Mengingat meningkatnya jumlah orang secara global yang terinfeksi Covid-19, risiko ini berpotensi mempengaruhi sejumlah besar orang di seluruh dunia, menurut para peneliti.
Lebih dari 397 juta orang telah terinfeksi virus di seluruh dunia, dengan lebih dari 5,75 juta kematian, sejak pandemi dimulai.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaDari data terbarunya, ada 84 petugas pemilu yang meninggal dunia dengan rincian 71 dari unsur KPU dan 13 dari Bawaslu
Baca SelengkapnyaDari tahun 2000 hingga 2016, kematian akibat penyakit jantung meningkat sebesar 42 persen dan stroke sebesar 19 persen akibat jam kerja yang berlebihan.
Baca SelengkapnyaKonstipasi merupakan salah satu faktor yang tanpa disadari bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPenyakit jantung kini merambah usia muda akibat gaya hidup tidak sehat dan pola makan buruk.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaPolusi Udara Jakarta berada pada fase terburuk dan memicu berbagai penyakit
Baca SelengkapnyaRatusan ribu anak tercatat menderita ISPA hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaPolusi udara juga bisa memperparah penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan PPOK.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnya