Penelitian: Sepertiga Penyintas Covid-19 Alami Gangguan Mental
Merdeka.com - Satu dari tiga penyintas Covid-19 dalam sebuah penelitian pada lebih dari 230.000 orang, terbanyak pasien Amerika, didiagnosis dengan gangguan otak atau kejiwaan dalam enam bulan, memperkirakan pandemi bisa menyebabkan gelombang masalah mental dan neurologis. Demikian disampaikan para ilmuwan pada Selasa (6/4).
Para peneliti yang melakukan analisis menyampaikan, belum jelas bagaimana kaitan virus dengan kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan depresi, tapi ini merupakan diagnosis paling umum di antara 14 gangguan yang mereka teliti.
Kasus pasca Covid seperti stroke, demensia, dan gangguan neurologis lainnya lebih langka, menurut para peneliti, tapi masih signifikan, khususnya pada mereka yang mengalami Covid-19 parah.
-
Siapa yang paling banyak mengalami masalah kesehatan mental? Sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia, atau sekitar 34,9 persen dari populasi mereka, mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam periode 12 bulan terakhir.
-
Siapa yang berisiko gangguan mental? Data statistik menunjukkan bahwa 47 persen perempuan memiliki risiko mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan dengan laki-laki.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Siapa yang rentan alami gangguan mental? Sebuah studi juga menyebutkan masalah kesehatan mental pada remaja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal
-
Siapa yang rentan gangguan otak? Orang yang kurang aktif bergerak atau jarang berolahraga lebih berisiko mengalami gangguan otak, seperti demensia.
-
Apa jenis penyakit mental paling umum? Kecemasan adalah jenis penyakit mental yang paling umum ditemukan.
“Hasil kami mengindikasikan bahwa penyakit mental dan gangguan kejiwaan lebih umum setelah Covid-19 daripada setelah flu atau infeksi pernapasan lain,” jelas seorang pakar kejiwaan di Universitas Oxford, Max Taquet, yang memimpin penelitian, dilansir Reuters, Rabu (7/4).
Taquet menyampaikan, penelitian tersebut tidak bisa memastikan mekanisme biologis atau psikologis yang terlibat, tetapi penelitian mendesak diperlukan untuk mengidentifikasi hal ini “dengan tujuan untuk mencegah atau mengobatinya”.Pakar kesehatan semakin prihatin dengan bukti risiko gangguan otak dan kesehatan mental yang lebih tinggi di antara para penyintas Covid-19. Penelitian tahun lalu oleh peneliti yang sama menemukan 20 persen penyintas Covid-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan.
Temuan baru, yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, menganalisis catatan kesehatan dari 236.379 pasien Covid-19, sebagian besar dari Amerika Serikat, dan menemukan 34 persen telah didiagnosis dengan penyakit neurologis atau kejiwaan dalam waktu enam bulan.
Gangguan ini secara signifikan lebih umum pada pasien Covid-19 dibandingkan dengan kelompok orang yang sembuh dari flu atau infeksi pernapasan lainnya selama periode yang sama, memperkirakan bahwa Covid-19 memiliki dampak yang spesifik.
Kecemasan (17 persen) dan gangguan suasana hati atau mood (14 persen) adalah paling umum dan tampaknya tidak berkaitan dengan seberapa ringan atau parah infeksi Covid-19 yang dialami pasien.
Di antara mereka yang dibawa ke ICU dengan Covid-19 yang parah, 7 persen mengalami stroke dalam enam bulan, dan hampir 2 persen didiagnosis dengan demensia.
“Meskipun risikonya kecil orang mengalami gangguan ini, efeknya di seluruh populasi mungkin besar,” jelas kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri Oxford yang ikut memimpin penelitian tersebut.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adiksi terhadap pornografi serta judi online juga patut diperhatikan.
Baca SelengkapnyaMeskipun tidak ada cara pasti, cara mencegah gangguan mental pada lansia dengan, mengelola stres, menjalani pengobatan secara rutin, & menjaga hubungan sosial.
Baca SelengkapnyaJarak rumah ke kantor yang jauh membuat seseorang rentan mengalami masalah fisik.
Baca SelengkapnyaRasa sebal dan marah yang kita alami saat melihat tangan dan kaki digerakkan ternyata dikenal sebagai misokinesia.
Baca SelengkapnyaSurvei pada 2023 menunjukkan kesehatan mental generasi Z lebih rentan atau rapuh dibandingkan dengan generasi milenial dan boomers.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan penelitian terbaru, partikel plastik dengan ukuran sekitar 5mm telah ditemukan di jaringan otak manusia.
Baca SelengkapnyaPenelitian menemukan bahwa di tubuh manusia terdapat virus kuno yang tersembunyi di DNA dan bisa menjadi penyebab masalah kesehatan mental.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim yang terjadi pada masa kini menyebabkan dampak tidak hanya pada kesehatan fisik kita, namun juga pada mental.
Baca SelengkapnyaBeberapa masalah kesehatan mental kerap tidak disadari sebelumnya sehingga kerap disangka muncul secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaTernyata paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental
Baca SelengkapnyaDampak polusi udara tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi memberikan tekanan besar pada kesehatan mental masyarakat.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang masih belum mengenal bagaimana tanda-tanda dan gejala tumor otak. Yuk, simak penjelasannya!
Baca Selengkapnya