Penelitian Ungkap Polusi Udara Berkaitan dengan Kematian karena Covid-19
Merdeka.com - Sebuah penelitian oleh ilmuwan Jerman dan Siprus mengungkap, paparan polusi udara cukup lama kemungkinan terkait dengan 15 persen kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia.
Para peneliti melaporkan hasil studi mereka dalam jurnal Penelitian Kardiovaskular kemarin dengan menganalisis data dari Amerika Serikat dan China yang terkait dengan polusi udara, Covid-19 dan SARS.
Para peneliti menegaskan, terpapar Covid-19 kemudian terkena polusi udara bukan berarti polusi udara itu sendiri yang membunuh manusia, meski dampaknya bukan berarti tidak mungkin terjadi.
-
Kenapa polusi udara berbahaya bagi kesehatan? Udara yang tercemar oleh berbagai zat kimia dan partikulat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan bahkan kematian.
-
Mengapa polusi udara berbahaya? Polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang meresahkan di beberapa tempat saat ini.
-
Mengapa polusi udara bisa menyebabkan kanker kulit? Polusi udara mengandung zat-zat karsinogenik yang dapat merusak DNA sel kulit dan menyebabkan mutasi genetik. Mutasi genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, seperti melanoma, karsinoma sel basal, atau karsinoma sel skuamosa.
-
Apa dampak polusi udara ke paru-paru? Polusi udara dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang serius, bahkan sampai berpotensi mengancam nyawa.
Dilansir dari laman Aljazeera, Rabu (28/10), para penulis penelitian menggabungkan data satelit untuk partikel-partikel mikroskopis sekaligus jaringan pemantauan polusi udara di bumi untuk menghitung sejauh mana polusi udara berdampak terhadap kematian karena Covid-19.
Hasilnya menyatakan 19 persen kematian di Eropa dan 17 persen kematian di Amerika Utara.
"Jika paparan jangka panjang polusi udara dan terkena Covid-19 bersatu maka kita akan mengalami dampak parah terhadap kesehatan, terutama untuk organ jantung dan pembuluh darah," kata penulis penelitian Thimas Munzel.
Dia menuturkan, polusi udara dan Covid-19 meningkatkan faktor risiko kerusakan paru-paru dan penyakit jantung. Partikulat dari polusi udara juga meningkatkan aktivitas di permukaan sel reseptor, ACE-2, yang terlibat dalam bagaimana cara penyakit Covid-19 menyerang pasien.
"Jadi kita terpapar dua hantaman sekaligus: polusi udara yang menyebabkan kerusakan paru-paru dan sel ACE-2 yang bisa membuat virus mudah masuk ke dalam sel," ujar Munzel, profesor di Universitas Pusat Kesehatan dari Universitas Johannes Gutenberg, Mainz.
Jos Lelieveld dari Institut Kimia Max Planck mengatakan kepada AFP, penelitian ini menyimpulkan "paparan partikel dari polusi udara menjadi faktor yang makin memperburuk Covid-19."
Dia menyebut diperkirakan ada 6.100 kematian di Inggris yang diduga terkait dengan polusi udara. Di AS angkanya mencapai hampir 40.000 kematian.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polusi udara telah menjadi masalah lingkungan global yang semakin mengkhawatirkan.
Baca SelengkapnyaDampak polusi udara tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi memberikan tekanan besar pada kesehatan mental masyarakat.
Baca SelengkapnyaDi tengah paparan polusi udara, kita masih punya harapan untuk meminimalisir dampaknya dan mencegah situasi menjadi lebih kritis.
Baca SelengkapnyaPolusi Udara Jakarta berada pada fase terburuk dan memicu berbagai penyakit
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang 6 berbahaya pada polusi udara yang perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaPolusi udara dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang serius, bahkan sampai berpotensi mengancam nyawa.
Baca SelengkapnyaDari hasil pembakaran karbon itulah yang kemudian disebutnya menghasilkan partikel yang paling tinggi.
Baca SelengkapnyaPenyakit Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA tengah menjadi ancaman di Indonesia, khususnya warga sekitar Jakarta.
Baca SelengkapnyaSetidaknya lebih dari tiga penyakit dapat disebabkan oleh polusi. Untuk mencegahnya dapat menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaKabut asap atau smog adalah kabut berwarna kekuningan atau kehitaman, terbentuk oleh campuran polutan di atmosfer.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaUdara tidak hanya tercemar oleh asap, tapi juga mikroplastik.
Baca Selengkapnya