Perang Dunia III ditakutkan pecah, dua negara ini diprediksi jadi lokasinya
Merdeka.com - Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat atas perintah langsung dari Donald Trump, melancarkan serangan rudal ke gudang senjata kimia di Suriah. Peristiwa yang didukung sekutu Inggris serta Prancis ini ternyata justru memunculkan kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia.
Pasalnya, ekskalasi konflik di Suriah tersebut ternyata dikecam oleh Rusia. Negeri Beruang Merah ini memperingatkan bahwa serangan koalisi akan menciptakan konsekuensi.
"Kita sekarang lebih dekat dengan perang dunia ketiga sejak Krisis Rudal Kuba," kata kolumnis dari situs Salon, Patrick Lawrence, seperti dikutip dari The Week, Rabu (18/4/2018).
-
Di mana gudang peluru meledak? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak.
-
Dimana rudal ditembakkan? Meski tak diketahui jaraknya, namun tampak rudal tersebut mampu membidik dari jarak yang cukup jauh dan menjangkau tentara Israel.
-
Dimana serangan Israel terjadi? Israel hari ini melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah selatan Jalur Gaza di Rafah hingga menewaskan ratusan warga sipil Palestina.
-
Di mana serangan Israel terjadi? Pada Sabtu (19/10), wilayah Beit Lahiya yang terletak di utara Gaza menjadi sasaran serangan oleh Israel.
Menurut Business Insider, potensi Perang Dunia III ada di Suriah. Hampir setiap malam, televisi pemerintah Rusia menampilkan siaran berita mengenai pesawat Rusia yang beraksi di Suriah, diselingi dengan gambar tank dan pasukan NATO yang mengancam perbatasan Rusia.
Namun di sisi lain, ada pendapat yang menyebut bahwa Perang Dunia III akan pecah di Laut China Selatan. Berikut penjelasan dari berbagai analis mengenai tempat terjadinya perang global.
1. Suriah
Ian Bremmer, presiden perusahaan riset geopolitik Eurasia Group, mengatakan, "Kami sedang tidak menuju perang nuklir dengan Rusia, tetapi masa ini adalah masa yang berbahaya. Jika Amerika terlibat dalam serangan langsung terhadap Assad, sementara di satu sisi ada perlawanan dari Rusia dan Iran, maka ini akan menjadi sesuatu yang mengerikan."
Namun pendapat lain mengatakan, keputusan Rusia untuk tidak terlibat secara langsung dalam sistem pertahanan rudal canggihnya -- menyerang balik pasukan koalisi -- membuktikan bahwa Rusia tidak ingin ditarik ke dalam konflik dengan AS.
Malak Chabkoun dari Al Jazeera menyebut serangan koalisi ditargetkan dengan hati-hati, demi menghindari kehadiran Rusia di Suriah dan mereka tidak akan melakukan apa pun untuk mengusir rezim Suriah dari tempatnya.
Itu artinya, Moskow dengan mudah dapat mengabaikan pasukan dari ketiga negara tersebut.
Mathieu Boulegue, seorang analis keamanan bidang Eurasia, juga meragukan bahwa Vladimir Putin akan menargetkan militer AS. Dia mengatakan, Rusia tak mampu melakukan banyak hal.
"Saya tidak percaya bahwa Rusia akan menargetkan AS secara langsung di medan tempur, entah itu di Suriah atau di luar Suriah. Jika Perang Dunia Ketiga benar-benar pecah, maka penyebab utamanya bukan karena Suriah," katanya kepada HuffPost.
Di Lebanon, negara tetangga Suriah, militan Hezbollah juga menyetujui bahwa bentrokan antara AS dan Rusia tidak akan mungkin terjadi.
"Kondisi seperti ini tidak menunjukkan adanya perang habis-habisan... kecuali kalau Donald Trump dan Benjamin Netanyahu benar-benar sudah kehilangan akal sehat mereka," tutur Wakil Sekjen Hezbollah, Sheikh Naim Qassem, kepada surat kabar Lebanon, Al Joumhouria.
2. Laut China Selatan
Ketika AS dan Rusia "bersinggungan langsung" dengan Suriah, mata dunia telah berpaling dari hubungan antara China dan AS.
Tapi seiring dengan adanya "perang" perdagangan global, menyusul keputusan Donald Trump memberlakukan tarif tinggi pada impor China, beberapa ahli percaya bahwa perang militer di Laut China Selatan tidak dapat diganggu gugat.
Akhir tahun lalu, analisis terbaru dari Center for Strategic and International Studies menemukan, China telah membangun fasilitas militer sebanyak empat kali, seukuran Istana Buckingham, di wilayah yang disengketakan itu.
AS, secara berkala, meluncurkan kapal perang melewati pulau-pulau itu, menurut The Guardian. Inggris pun berencana mengirim kapal induk ke wilayah itu pada tahun depan.
AS sendiri sempat berapi-api soal Laut China Selatan. Penasihat Donald Trump yang kini telah dipecat, Steve Bannon, menegaskan pada Maret tahun lalu, bahwa AS siap berperang di Laut China Selatan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Hal ini pun digadang-gadang tak bisa dihindari.
Menurut pernyataan seorang profesor sejarah dari US Naval Academy di Maryland bernama Maochun Yu, konfrontasi di Laut China Selatan tidak dapat dihindari. Pasalnya, Beijing tentu akan berusaha untuk melindungi area perbatasan dan memperluas kontrol di wilayah perairan.
"Prioritas geopolitik dan geostrategis China adalah untuk merevisi atau mengubah tatanan internasional yang ada, yang telah didasarkan pada sistem aturan, undang-undang dan adat istiadat yang mengatur kepentingan global, termasuk Laut China Selatan," katanya kepada majalah Kebijakan Luar Negeri, The National Interest, soal tempat strategis terjadinya Perang Dunia tersebut.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap 36 sasaran Houthi di Yaman, pada Sabtu kemarin.
Baca SelengkapnyaKonflik antara Rusia dan Ukraina telah memasuki fase yang lebih mengkhawatirkan, yang menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan terjadinya Perang Dunia 3.
Baca SelengkapnyaPresiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman.
Baca SelengkapnyaInggris menyiapkan jet tempur Royal Air Force Typhoon FGR4 yang dilengkapi senjata Paveway IV.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat membantu negara-negara Arab dengan senjata. Tapi diam-diam membantu Israel dengan kucuran uang.
Baca SelengkapnyaHouthi menargetkan kapal-kapal yang berkaitan dengan Israel di Laut Merah.
Baca SelengkapnyaBela Israel, AS "Umumkan Perang" dengan Pasukan Houthi Yaman di Laut Merah
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat (AS) menuding satelit yang baru diluncurkan Rusia berbahaya. Begini alasannya.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat (AS) cemas melihat rencana Rusia mau meletakan senjata nuklir di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaPenambahan jumlah tentara dilakukan sebelum tumbangnya rezim Bashar Al-Assad.
Baca SelengkapnyaWarga negara asing yang meninggalkan Lebanon di tengah ketegangan regional semakin meningkat jumlahnya.
Baca SelengkapnyaHouthi mengklaim serangan itu berhasil mengenai target.
Baca Selengkapnya