Perlombaan Vaksin Covid-19 Mendekati Akhir
Merdeka.com - Sejumlah perusahaan farmasi dan bioteknologi tengah berlomba menghasilkan vaksin virus corona. Amerika, China, Rusia, dan Inggris masing-masing memiliki kandidat vaksin terbaik. Setelah Pfizer mengumumkan vaksinnya 90 persen efektif dan tinggal menunggu pengesahan untuk digunakan, produsen vaksin lain juga mengklaim hal serupa.
Pfizer pada hari Senin mengatakan vaksin yang telah dikembangkannya dengan mitra Jerman BioNTech itu 90% efektif melawan Covid-19, berdasarkan hasil pengamatan awal dari uji coba tahap akhir yang besar.
Produsen obat AS itu mengatakan pihaknya berharap memiliki data keamanan pada pekan depan sehingga perlu mengajukan izin penggunaan darurat dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
-
Apa jenis vaksin cacar api? Ada dua jenis utama vaksin cacar api yang digunakan untuk mencegah herpes zoster, yaitu vaksin Zostavax dan vaksin Shingrix.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
Setelah otorisasi FDA, Amerika Serikat akan menerima sekitar 20 juta dosis vaksin Pfizer per bulan. Amerika Serikat memiliki kontrak USD1,95 miliar untuk 100 juta dosis vaksin Pfizer.
Kabar dari Pfizer ini memicu klaim serupa dari Rusia yang menyatakan vaksin Sputnik V buatannya memiliki tingkat efektivitas hingga 92 persen untuk melindungi orang-orang dari Covid-19, berdasarkan hasil uji coba sementara.
"Kami menunjukkan, berdasarkan data, bahwa kami memiliki vaksin yang sangat efektif," kata kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev, Rabu (11/11) seperti dikutip Reuters.
Hasil awal yang kedua diterbitkan dari percobaan tahap akhir pada manusia dalam upaya global untuk memproduksi vaksin yang dapat menghentikan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1,2 juta orang dan merusak ekonomi dunia.
Rusia mendaftarkan vaksin Covid-19 untuk digunakan publik pada Agustus dan menjadi negara pertama yang melakukannya, meskipun persetujuan itu diberikan sebelum dimulainya uji coba skala besar pada September.
Hasil sementara didasarkan pada data dari 16.000 peserta uji coba pertama yang menerima dua suntikan vaksin dua dosis. RDIF sendiri yang telah mendukung pengembangan vaksin dan memasarkannya secara global.
Uji coba Rusia akan berlanjut selama enam bulan lagi, kata RDIF dalam sebuah pernyataan, dan data dari uji coba juga akan dipublikasikan di jurnal medis internasional terkemuka setelah tinjauan sejawat.
Uji coba fase III yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya berlangsung di 29 klinik di seluruh Moskow dan akan melibatkan total 40.000 sukarelawan, dengan seperempat diantaranya menerima suntikan plasebo.
Kemungkinan tertular Covid-19 adalah 92 persen lebih rendah di antara orang yang divaksinasi dengan Sputnik V daripada mereka yang menerima plasebo, kata RDIF.
Itu jauh di atas ambang efektivitas 50 persen untuk vaksin Covid-19 yang ditetapkan oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat.
Kabar Baik dari China
Sementara itu, China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) yang memproduksi vaksin Sinovac mengatakan pada Rabu bahwa data dari uji klinis skala besar tahap akhir untuk unit vaksin Covid-19 lebih baik dari yang diharapkan.
Unit Sinopharm China National Biotec Group (CNBG) telah memindahkan dua kandidat vaksin ke uji klinis Fase 3 di luar China di beberapa negara termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir yang melibatkan lebih dari 50.000 sukarelawan secara total.
"Uji coba hampir berakhir," kata Sinopharm dalam sebuah pernyataan di media sosial China, WeChat.
Meski begitu, belum ada rincian tentang data yang diklaim lebih baik dari perkiraan, atau menentukan dari kandidat vaksin mana data tersebut dihasilkan.
Kabar ini menjadi jawaban atas kemunduran yang terjadi dalam uji coba vaksin CoronaVac produksi Sinovac di Brasil awal pekan ini. Regulator kesehatan Brasil telah menghentikan sementara uji coba klinis vaksin itu setelah muncul efek samping pada sukarelawan.
Regulator tersebut, Anvisa, dalam sebuah pernyataan menyampaikan, pihaknya telah memerintahkan untuk menghentikan uji klinis vaksin CoronaVac setelah muncul insiden efek samping serius pada 29 Oktober.
Disampaikan pihaknya tak bisa memberi rincian terkait apa yang terjadi karena aturan privasi, tapi insiden itu termasuk kematian, efek samping yang berpotensi fatal, kecacatan parah, opname, cacat lahir, dan "kejadian signifikan secara klinis" lainnya. Demikian dilansir Channel News Asia, Selasa (10/11).
Moderna Laporkan Hasil Uji Coba Akhir November
Sementara itu, produsen obat Moderna Inc mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya berada di jalur yang tepat untuk melaporkan data awal dari uji coba tahap akhir vaksin virus korona eksperimental akhir bulan ini, dan dapat mengajukan otorisasi penggunaan darurat AS pada awal Desember.
Meski begitu, Moderna masih harus menunggu data keselamatan tindak lanjut selama dua bulan untuk mengajukan otorisasi penggunaan darurat AS, bahkan setelah melaporkan data sementara yang positif tentang efektivitas vaksin.
Moderna mengatakan, pihaknya mengharapkan data keamanan di paruh kedua bulan ini, seperti dikutip Reuters.
Moderna, yang menggunakan teknologi yang mirip dengan Pfizer, telah menyelesaikan uji coba terhadap 30.000 sukarelawan dalam studi tahap akhir bulan lalu.
Pakar kesehatan masyarakat mengatakan kemungkinan lebih dari satu vaksin diperlukan untuk mengendalikan pandemi.
Vaksin AstraZeneca Menanti Persetujuan
Sebelum Pfizer mengumumkan kemanjuran vaksinnya mencapai 90 persen lebih, vaksin produksi perusahaan obat asal Inggris AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford merupakan kandidat vaksin terdepan.
AstraZeneca mengkonfirmasi pada bulan November bahwa data yang ditunggu-tunggu dari uji klinis tahap akhir diharapkan tersedia pada akhir tahun ini, menunda pengiriman vaksin yang direncanakan kepada pemerintah Inggris karena penurunan infeksi pada musim panas mendorong mundurnya hasil tes.
Menanggapi kesuksesan vaksin Pfizer dan BioNTech, AstraZeneca menyebut data itu "sangat menjanjikan" dan mengatakan itu menggembirakan bagi pengembang vaksin lainnya.
AstraZeneca telah menandatangani kesepakatan pasokan dan manufaktur di seluruh dunia untuk vaksin tersebut, yang menurut data pada bulan Oktober menghasilkan respons kekebalan pada orang dewasa tua dan muda.
Meskipun produsen dan peneliti juga mengerjakan berbagai pengobatan Covid-19, vaksin menjadi senjata perjuangan jangka panjang untuk menghentikan virus, yang telah menewaskan lebih dari 1,2 juta orang, menginfeksi hampir 51 juta dan melumpuhkan ekonomi global.
Dikembangkan oleh Universitas Oxford dan dilisensikan kepada AstraZeneca pada bulan April, vaksin ini dapat menjadi salah satu yang pertama dari farmasi besar yang mendapatkan persetujuan peraturan, bersama dengan kandidat Pfizer / BioNTech.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaAS Makin Dibayang-bayangi Kecanggihan Teknologi China yang Dianggap Bisa Mendominasi
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar negara-negara yang dianggap kuat terhadap serangan siber.
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaHampir setengah kekayaan dunia, hanya dimiliki oleh 1,5 persen populasi bumi.
Baca SelengkapnyaPengumuman penerima penghargaan Nobel adalah salah satu yang dinantikan setiap tahun.
Baca Selengkapnya