Perusahaan Misterius Bayar YouTuber untuk Kampanye Antivaksin Covid-19
Merdeka.com - Sebuah agen pemasaran misterius secara diam-diam menawarkan bayaran kepada para influencer media sosial untuk menyebarkan misinformasi soal vaksin Covid-19. Rencana mereka gagal ketika para influencer membongkar upaya tersebut.
“Berawal dari sebuah surel,” kata seorang YouTuber asal Jerman yang juga seorang jurnalis, Mirko Drotschmann, dikutip dari BBC, Selasa (27/7).
Mirko biasanya menolak tawaran brand yang memintanya untuk mengiklankan produk mereka kepada 1,5 juta subscribernya. Tapi tawaran sponsor yang dia terima pada Mei lalu tidak seperti yang lainnya.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks tentang IKN? Sebuah unggahan di platform X menarasikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) dikhususkan untuk warga China.Postingan tersebut diunggah oleh akun X bernama @dancersejati07 pada Senin (24/6) dan telah diposting ulang hingga 493 kali.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Siapa yang membuat berita hoaks? Menurut NewsGuard, situs-situs ini mengklaim diri mereka sebagai sumber berita lokal yang independen, namun tidak mengungkapkan afiliasi partisan atau asing mereka.
Sebuah biro pemasaran influencer yang disebut Fazze menawarkan bayaran padanya untuk mempromosikan apa yang disebut informasi yang dibocorkan yang menyatakan angka kematian di antara orang yang menerima vaksin Pfizer hampir tiga kali lipat daripada mereka yang disuntik dengan vaksin AstraZeneca.
Informasi tersebut tidak benar.
Mirko segera memahami dia diminta untuk menyebarkan disinformasi untuk merusak kepercayaan publik terhadap vaksin di tengah pandemi.
Di Prancis, YouTuber sains Leo Grasset menerima tawaran serupa. Biro tersebut menawarkannya bayaran 2.000 Euro jika dia bersedia. Fazze mengatakan pihaknya merupakan perantara seorang klien rahasianya.
Leo menolak tawaran tersebut.
Baik Leo dan Mirko kaget dengan klaim palsu tersebut. Namun mereka pura-pura terlihat tertarik agar bisa mencari tahu lebih banyak terkait biro ini dan diberikan instruksi rinci terkait apa yang harus mereka sampaikan dalam video mereka.
Dalam bahasa Inggris yang kaku, arahan tertulis tersebut menginstruksikan mereka untuk “bertindak layaknya Anda bersemangat dan tertarik dengan topik ini.”
Mereka diminta jangan menyebut video tersebut bersponsor dan berpura-pura secara spontan memberikan saran kepada para penonton mereka.
Platform media sosial memiliki aturan yang melarang influencer menutup-nutupi bahwa sebuah konten disponsori. Di Prancis dan Jerman juga ilegal.
Dalam instruksinya, Fazze meminta para influencer membagikan cerita dari koran Prancis, Le Monde soal bocoran data dari Badan Pengawas Obat Eropa (EMA).
Cerita itu benar, tapi tidak memuat apapun soal kematian karena vaksin. Tapi dalam konteks ini, kisah itu memberikan kesan yang salah soal statistik angka kematian yang berasal dari kebocoran data tersebut.
Data yang diminta untuk dibagikan oleh para influencer sebenarnya telah dikumpulkan dari berbagai sumber dan diambil di luar konteks. Data itu berisi jumlah orang yang meninggal di beberapa negara beberapa waktu setelah menerima vaksin Covid yang berbeda. Tapi hanya karena seseorang meninggal setelah menerima vaksin bukan berarti mereka meninggal karena vaksin. Mereka bisa jadi meninggal karena kecelakaan.
Di negara-negara dari mana statistik itu bersumber, jumlah orang yang menerima vaksin Pfizer lebih banyak pada waktu itu, sehingga diperkirakan lebih banyak orang yang meninggal setelah mendapat suntikan Pfizer.
"Jika Anda tidak memiliki pelatihan ilmiah, Anda bisa mengatakan, 'oh, ada angka-angka ini, mereka benar-benar berbeda. Jadi pasti ada kaitannya.' Tetapi Anda dapat membuat korelasi palsu apa pun yang Anda inginkan,” kata Leo.
Influencer juga diberikan daftar tautan untuk dibagikan - artikel meragukan yang semuanya menggunakan kumpulan angka yang sama yang diduga menunjukkan bahwa vaksin Pfzer berbahaya.
Ketika Leo dan Mirko mengungkap kampanye Fazze di Twitter, semua artikel, kecuali cerita Le Monde, menghilang dari web.
Dengan ukuran apa pun, kampanye disinformasi itu ceroboh.
Sejak Leo dan Mirko mengungkap tawaran tersebut, sedikitnya empat influencer lainnya di Prancis dan Jerman mengungkapkan mereka juga telah menolak upaya Fazze untuk merekrut mereka.
Tapi jurnalis asal Jerman, Daniel Laufer, mengidentifikasi dua influencer yang mengambil tawaran tersebut. Mereka adalah YouTuber India, Ashkar Techy yang biasanya membuat video lelucon soal mobil dan pacaran, dan tukang prank asal Brasil, Everson Zoio, yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut di Instagram.
Masing-masing mereka mengunggah video yang tidak seperti biasanya di mana mereka mendorong pesan yang sama dengan kampanye Fazze dan membagikan tautan berita palsu dari instruksi agensi tersebut, Keduanya juga pernah mengikuti promosi Fazze sebelumnya.
Setelah Daniel Laufer menghubungi mereka, Everson Zoio dan Ashkar Techy menghapus video mereka tapi tidak menjawab pertanyaan Laufer. BBC berusaha menghubungi kedua influencer tersebut tapi mereka tidak menanggapi.
BBC juga berusaha mengirim surel ke orang yang menghubungi Mirko dan Leo. Surel tersebut dibalas tapi bukan dari Fazze, melainkan dari domain sebuah perusahaan yang disebut AdNow.
Fazze merupakan bagian AdNow, yang merupakan perusahaan pemasaran digital, terdaftar di Rusia dan Inggris.
BBC telah melakukan berbagai upaya untuk menghubungi AdNow melalui telepon, surel, dan bahkan surat yang diantar ke kantor mereka di Moskow, tapi mereka tidak merespons.
BBC akhirnya menghubungi Ewan Tolladay, satu dari dua direktur AdNow di Inggris, yang tinggal di Durham.
Tolladay mengatakan dia tidak ada hubungannya dengan Fazze - yang katanya adalah usaha patungan antara sesama direktur - seorang pria Rusia bernama Stanislav Fesenko - dan orang lain yang identitasnya tidak dia ketahui.
Dia mengatakan tidak menjadi bagian dari kampanye disinformasi. Dia bahkan mengaku tidak tahu Fazze telah mengambil kontrak sebelum cerita itu terungkap. Dia tidak bisa menjelaskan kepada BBC siapa klien misterius itu.
Dia mengatakan sehubungan dengan skandal itu "kami melakukan hal yang bertanggung jawab dan menutup AdNow di Inggris". Dia mengatakan Fazze juga ditutup.
BBC juga berusaha menghubungi Fasenko tapi gagal.
Pihak berwenang Prancis dan Jerman telah meluncurkan penyelidikan terkait upaya Fazze mendekati para influencer. Tapi identitas klien misterius Fazze masih belum jelas.
Ada spekulasi terkait koneksi Rusia dengan skandal ini dan kepentingan negara Rusia dalam mempromosikan vaksinnya, Sputnik V.
Juru bicara bidang kebijakan luar negeri Partai Hijau Jerman, Omid Nouripour menduga ada motivasi Moskow di balik kampanye Fazze.
“Menjelek-jelekkan vaksin di Barat merusak kepercayaan pada demokrasi kita dan seharusnya meningkatkan kepercayaan pada vaksin Rusia, dan hanya ada satu sisi yang diuntungkan dan itu adalah Kremlin.”
Namun dalam sebuah pernyataan, kedutaan Rusia di London mengatakan: "Kami memperlakukan Covid-19 sebagai ancaman global dan, dengan demikian, tidak tertarik untuk merusak upaya global dalam memeranginya, dengan memvaksinasi orang dengan vaksin Pfizer sebagai salah satu cara untuk mengatasi virus."
Ketika kampanye Fazze gagal, Leo Grasset percaya itu tidak akan menjadi upaya terakhir untuk menggunakan kekuatan influencer untuk menyebarkan disinformasi.
"Jika Anda ingin memanipulasi opini publik, terutama bagi kaum muda, jangan nonton TV,” ujarnya.
"Tinggal siapkan uang yang sama untuk pembuat TikTok, pembuat YouTube. Seluruh ekosistem dibangun dengan sempurna untuk efisiensi disinformasi maksimum saat ini."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kelima pelaku direkrut para bandar dan dijadikan agen judi online.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaPara tersangka tidak ditahan karena umumnya merupakan wanita. Bahkan ada yang mempunyai bayi,
Baca SelengkapnyaKorban sudah melaporkan penipuan dan ancaman dialaminya ke polisi.
Baca SelengkapnyaKasus penipuan modus kerja dengan like dan subscribe youtube tidak hanya menipu para korban dengan menggasak uangnya saja.
Baca SelengkapnyaBila ditemukan indikasi influencer, artis hingga selebgram mempromosikan judi online, polisi akan menindak tegas.
Baca Selengkapnya70 Selebgram itu direkrut pelaku untuk mempromosikan situs judi daring melalui akun Instagram dengan jumlah pengikut yang banyak.
Baca SelengkapnyaBuzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaBeredar video mengklaim Raffi Ahmad dan Najwa Shihab promosikan judi online, simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaPara pelaku mendapatkan bayaran mulai dari Rp5 juta hingga Rp41 juta dalam mempromosikan judi online.
Baca SelengkapnyaSang konten kreator pun lantas kembali muncul ke publik memberi klarifikasi. Isi penjelasannya justru kian membuatnya dihujat.
Baca SelengkapnyaPara pelaku kini sudah dibawa ke Satreskrim Polres Ngawi guna proses penyidikan lebih lanjut.
Baca Selengkapnya