Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Presiden Ashraf Ghani Dikecam, Disebut “Memalukan” Setelah Kabur dari Afghanistan

Presiden Ashraf Ghani Dikecam, Disebut “Memalukan” Setelah Kabur dari Afghanistan Presiden Afganistan Ashraf Ghani. AFP

Merdeka.com - Kaburnya Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani dari negaranya setelah Taliban berhasil menduduki Kabul dan istana presiden membuat banyak warga Afghanistan marah dan bingung. Warga Afghanistan takut Taliban akan kembali menerapkan kebijakan yang keras jika kembali berkuasa.

Pada Minggu malam, Presiden Ghani dilaporkan meninggalkan negaranya dengan beberapa anggota kabinetnya.

“Mantan Presiden Afghanistan telah meninggalkan Afghanistan. Dia meninggalkan negara dalam keadaan ini, Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya,” kata kepala Dewan Tertinggi untuk Rekonsiliasi Nasional, Abdullah Abdullah, dalam sebuah video yang diunggah di halaman Facebook, dikutip dari Al Jazeera, Senin (16/8).

Jatuhnya pemerintahan yang didukung Barat di Kabul terjadi setelah Taliban mulai melancarkan serangan pada 6 Agustus dan kemudian berhasil menguasai puluhan ibu kota provinsi sampai Minggu pagi.

Beberapa provinsi terakhir yang jatuh ke tangan Taliban yaitu di wilayah timur negara tersebut, di mana kota Jalalabad menjadi kota besar terakhir yang direbut Taliban setelah dicapai kesepakatan dengan tokoh masyarakat setempat, gubernur, dan anggota kelompok bersenjata tersebut.

Seorang politikus dari provinsi di wilayah timur, yang meminta tak disebutkan namanya, menyebut kaburnya Ghani “memalukan”. Dia menuding Ghani membohongi rakyatnya dan “membiarkan rakyat Afghanistan dalam kegelapan”.

Politikus ini merujuk pada pernyataan rekaman Ghani pada Sabtu sebagai contoh dia membohongi rakyatnya. Dalam pidatonya, Ghani berjanji untuk berkonsentrasi mencegah meluasnya instabilitas, kekerasan, dan pengungsian rakyat Afghanistan. Namun kemudian hanya dalam beberapa jam setelah pidato itu, dua kota terbesar di Afghanistan, Jalalabad dan Mazar-i-Sharif – jatuh ke tangan Taliban.

Pada Minggu dini hari, beberapa jam sebelum Ghani meninggalkan negaranya, mantan komandan terkuat di provinsi Balkh di utara, Atta Mohammad Noor, menuding pemerintah "plot besar yang terorganisir dan pengecut".

Bulan lalu, Ismail Khan, mantan komandan mujahidin dari provinsi Herat mengatakan kepada Al Jazeera hal yang sama, mengklaim ada “rencana” di balik jatuhnya distrik-distrik di negara tersebut.

Pada Minggu malam, Ghani meninggalkan Afghanistan tanpa sepatah kata.

Seorang mantan anggota Dewan Keamanan Nasional menyampaikan, walaupun kepergian Ghani “bisa dipahami”, dia masih kecewa karena cepatnya Ghani meninggalkan negaranya.

Menurutnya, pilihan Ghani tidak terlihat di depan publik sejak pidatonya pada Sabtu itu “tidak patriotik dan menyedihkan”.

“Dia menyebabkan kekacauan di dalam negeri, memecah rakyat, menciptakan permusuhan antar kelompok etnis dan menghancurkan demokrasi.”

Seorang aktivis perempuan mengatakan Ghani dan kepergiannya seharusnya jangan menjadi fokus ke depan.

“Ghani menghilang, tapi 38 juta rakyat Afghanistan tertinggal.”

Dia mengatakan saat ini tanggung jawab ada pada Taliban untuk menunjukkan apakah mereka telah berubah dari kebijakan keras mereka terdahulu.

“Perempuan dan laki-laki di negara ini layak memiliki hidup yang bermartabat,” ujarnya, mengacu ke Taliban.

“Mereka harus membuktikan persaudaraan Afghanistan mereka dengan menunjukkan mereka akan memberikan kami sesuatu yang berbeda dari masa lalu.”

Selama kekuasannya dari 1996 sampai 2001, Taliban menerapkan pembatasan yang sangat keras, termasuk melarang perempuan bekerja dan sekolah. Laki-laki juga harus memakai pakaian tertentu dan kehidupan pribadi mereka diawasi.

Seorang mantan duta besar mengatakan, “Sejarah tidak akan mengingatnya (Ashraf Ghani) dengan baik.” Kritik mantan duta besar ini nampaknya sama seperti yang disuarakan Abdullah terkait situasi terkini yang tidak pasti di Afghanistan dan peran Ghani yang ikut menciptakan situasi ini.

Menurutnya, sebelum meninggalkan Afghanistan, Ghani seharusnya bisa melakukan transisi politik yang damai.“Tapi dia tidak melakukannya,” ujar mantan duta besar ini.

Kritik juga datang dari mantan kepala intelijen, Rahmatullah Nabil. Nabil, yang menjadi pesaing Ghani dan Abdullah dalam pemungutan suara 2019, melontarkan kritiknya di Twitter.

“Selama tujuh tahun ini, telah terbukti bagi setiap orang bahwa apapun yang dia sampaikan kepada rakyat, dia selalu melakukan hal berlawanan.”

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO Demonstran Robohkan Patung Ayah Mantan PM Bangladesh Pakai Kapak dan Ekskavator
VIDEO Demonstran Robohkan Patung Ayah Mantan PM Bangladesh Pakai Kapak dan Ekskavator

Video Demonstran Bangladesh Robohkan Patung Ayah Mantan PM Pakai eskavator

Baca Selengkapnya
Berkuasa 15 Tahun, PM Bangladesh Akhirnya Mundur Lalu Kabur ke Luar Negeri, Kantornya Dijarah Demonstran
Berkuasa 15 Tahun, PM Bangladesh Akhirnya Mundur Lalu Kabur ke Luar Negeri, Kantornya Dijarah Demonstran

Sheikh Hasina kabur menggunakan helikopter militer bersama saudara perempuannya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Aksi Pengunjuk Rasa Serbu Rumah PM Bangladesh, TV hingga Perabotan Dijarah
FOTO: Aksi Pengunjuk Rasa Serbu Rumah PM Bangladesh, TV hingga Perabotan Dijarah

Aksi penyerbuan ini dilakukan setelah PM Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri dari jabatannya.

Baca Selengkapnya
Sejarah Berulang, Demo Mahasiswa Kembali Bikin Rezim Korup Tumbang
Sejarah Berulang, Demo Mahasiswa Kembali Bikin Rezim Korup Tumbang

Sejarah Berulang, Mahasiswa Kembali Bikin Rezim Korup Tumbang

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Pria Diduga Gagal jadi Caleg, Setiap Hari Pakai Jas seperti Mau ke Kantor
Kisah Pilu Pria Diduga Gagal jadi Caleg, Setiap Hari Pakai Jas seperti Mau ke Kantor

Pria itu diduga mengalami shock berat lantaran kalah dalam pemilu.

Baca Selengkapnya
Hasto: PDIP Mencintai Jokowi dan Keluarga, Namun Kami Ditinggalkan
Hasto: PDIP Mencintai Jokowi dan Keluarga, Namun Kami Ditinggalkan

Hasto mengatakan, PDIP mencintai Jokowi dan keluarganya sampai memberikan privilese yang besar.

Baca Selengkapnya
Viral Warga Bentangkan Spanduk Dukung Ganjar Saat Jokowi di Gunungkidul
Viral Warga Bentangkan Spanduk Dukung Ganjar Saat Jokowi di Gunungkidul

Spanduk itu bertuliskan ‘Selamat datang Bapak Jokowi. Kami sudah pintar. Kami pilih Ganjar!’.

Baca Selengkapnya
Ganjar Ungkap Kenangan Paling Membekas jadi Gubernur: Aktivis dan Buruh Demo Hingga Rusak Kantor
Ganjar Ungkap Kenangan Paling Membekas jadi Gubernur: Aktivis dan Buruh Demo Hingga Rusak Kantor

Ganjar Pranowo mulai tersentuh dan membalikkan badan untuk mengusap air matanya saat berpisah dengan warga Jateng.

Baca Selengkapnya
Sakit Hati, Relawan Sahabat Ganjar Membelot Dukung Prabowo-Gibran
Sakit Hati, Relawan Sahabat Ganjar Membelot Dukung Prabowo-Gibran

Sejumlah relawan pro-Ganjar Pranowo yang tergabung dalam Sahabat Ganjar Pranowo (SGP) membubarkan diri. Mereka mengalihkan dukungan kepada Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Hasto Sebut Prabowo Takut dengan Ganjar: Bicara Omong Huruf G nya Hilang, Jadi Omon-omon
Hasto Sebut Prabowo Takut dengan Ganjar: Bicara Omong Huruf G nya Hilang, Jadi Omon-omon

"Saking takutnya dengan pak Ganjar bicara omong pun hilang huruf G nya sehingga menjadi omon omon," kata Hasto

Baca Selengkapnya
Kecewa dengan Gibran, Relawan Ganjar-Mahfud Copot Baju 'Jokowi'
Kecewa dengan Gibran, Relawan Ganjar-Mahfud Copot Baju 'Jokowi'

Ketua Relawan Rumah Jokowi Jatim Heru Purnomo mengganti nama relawan rumah Jokowi menjadi rumah For Ganjar.

Baca Selengkapnya
TKN: Rakyat Rugi Kalau Pak Prabowo Mundur, Karena Kinerjanya Cemerlang di Kemenhan
TKN: Rakyat Rugi Kalau Pak Prabowo Mundur, Karena Kinerjanya Cemerlang di Kemenhan

TKN menilai sulit mencari sosok yang sepadan untuk menggantikan Prabowo menjadi Menhan

Baca Selengkapnya