Puluhan Negara Miskin Tolak 100 Juta Vaksin Covid karena Hampir Kedaluwarsa
Merdeka.com - Sejumlah negara miskin bulan lalu menolak lebih dari 100 juta dosis vaksin Covid-19 yang didistribusikan melalui program COVAX global. Utamanya penolakan ini karena tanggal kedaluwarsa mereka yang cepat. Demikian disampaikan pejabat UNICEF pada Kamis.
Hal ini menunjukkan sulitnya memvaksinasi dunia terlepas dari meningkatnya pasokan vaksin, di mana COVAX segera mengirim 1 miliar dosis ke total hampir 150 negara.
"Lebih dari 100 juta telah ditolak di bulan Desember saja," jelas Direktur Divisi Pasokan UNICEF, Etleva Kadilli kepada anggota parlemen di Parlemen Uni Eropa, dikutip dari Reuters, Jumat (14/1).
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Siapa saja yang menerima vaksin cacar monyet? Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kriteria penerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.'Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko,' kata Maxi dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/10).
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
-
Bagaimana cara pemberian vaksin cacar monyet? Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan interval empat minggu,' ujar Maxi.
Alasan utama penolakan adalah pengiriman vaksin tersebut memiliki masa penyimpanan yang singkat.
Kadilli menyampaikan, negara-negara miskin juga terpaksa menunda pasokan vaksin karena mereka tidak punya fasilitas penyimpanan yang cukup, termasuk kekurangan lemari pendingin untuk vaksin. Banyak negara juga menghadapi keraguan vaksin yang tinggi dan sistem kesehatan yang overkapasitas.
UNICEF tidak segera menjawab pertanyaan terkait berapa banyak dosis vaksin yang telah ditolak sejauh ini.
Ada juga vaksin yang disimpan dan menunggu untuk digunakan di negara-negara miskin. Data UNICEF terkait pasokan dan penggunaan vaksin yang telah dikirim menunjukkan 681 juta dosis saat ini disimpan di sekitar 90 negara miskin, menurut CARE, badan amal, yang mengambil data dari basis data publik.
Lebih dari 30 negara miskin, termasuk negara besar seperti Republik Demokratik Kongo dan Nigeria, telah menggunakan sedikit dari setengah dosis yang telah mereka terima.
Juru bicara Gavi, aliansi vaksin yang mengelola COVAX, mengatakan tingkat penyimpanan yang tinggi disebabkan oleh lonjakan pengiriman pada kuartal terakhir, terutama pada Desember.
Gavi menambahkan sebagian besar vaksin yang baru-baru ini dikirim oleh COVAX memiliki masa simpan yang lama, dan oleh karena itu tidak mungkin terbuang sia-sia.
COVAX yang dipimpin WHO, sejauh ini telah mengirim 987 juta vaksin Covid ke 144 negara, menurut data Gavi.
COVAX adalah pemasok utama dosis vaksin ke puluhan negara miskin, tapi bukan satu-satunya. Beberapa negara membeli dosis vaksin dari anggaran sendiri atau memanfaatkan program pengadaan vaksin regional lainnya.
Dari 15 juta dosis vaksin dari Uni Eropa yang ditolak, tiga perempatnya adalah vaksin AstraZeneca dengan masa simpah kurang dari 10 minggu sejak kedatangan, menurut UNICEF.
Seorang pejabat WHO menyampaikan bulan lalu, negara-negara kaya menyumbangkan vaksin dengan masa simpan yang relatif pendek telah menjadi "masalah besar".
Reuters melaporkan pada Desember, sebanyak 1 juta dosis vaksin diperkirakan kedaluwarsa di Nigeria pada November dan tidak pernah dipakai.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaJutaan warga Gaza terancam penyakit menular termasuk polio, akibat perang genosida Israel di wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaDana yang disalurkan Pandemic Fund digunakan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons menghadapi pandemi berikutnya.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca Selengkapnya