Putin Telepon Erdogan, Beberkan Empat Syarat Damai dengan Ukraina
Merdeka.com - Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan dia mengatakan apa yang menjadi tuntutannya untuk berdamai dengan Ukraina.
Setelah pembicaraan telepon selama 30 menit itu, editor BBC John Simpson mewawancarai penasihat utama Erdogan yang juga juru bicaranya, Ibrahim Kalin. Kalin adalah termasuk segelintir orang pejabat penting yang mendengarkan pembicaraan telepon itu.
Tuntutan Rusia akhirnya mengerucut menjadi dua kategori. Demikian dilansir BBC, Jumat (18/3).
-
Siapa pembicara? Akhirnya sampai di acara inti, ceramah pada sore hari ini akan disampaikan oleh ustaz Muhammad Halim.
-
Siapa yang terlibat dalam talkshow? Dalam acara yang digelar di SMP Unggulan Al Ya'lu ini, dua pembicara utama memberikan pencerahan mengenai isu-isu tersebut. Pertama, drs. Sukirman MT, menyampaikan materi tentang pencegahan pernikahan dini, sementara dr. Rudi Priyo Utomo Sp.OG, membahas tentang kesehatan reproduksi remaja.
-
Apa yang mereka bicarakan? Keduanya mengaku dalam pertemuan tersebut menemukan kesamaan dalam menghadapi pemilu 2024.
-
Siapa yang bisa menjadi pendengar yang baik? Introvert cenderung menjadi pendengar yang baik dan pengamat yang cermat. Ini membantu mereka mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Menurut Harvard Business Review, introvert memiliki kecenderungan alami untuk membaca ruangan sebelum berbicara dan melatih empati, yang merupakan keterampilan penting dalam meraih kesuksesan.
-
Siapa saja yang terlibat dalam komunikasi? Pengirim pesan adalah orang atau entitas yang mengirimkan pesan, sedangkan penerima pesan adalah orang atau entitas yang menerima pesan.
Empat tuntutan pertama, kata Kalin, tidak terlalu sulit untuk dipenuhi Ukraina.
Yang pertama adalah Ukraina harus netral dan tidak bergabung dengan NATO. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sudah mengatakan negaranya tidak akan jadi anggota NATO.
Kemudian ada tuntutan lain dalam kategori ini yang tampaknya adalah upaya Rusia untuk menyelamatkan muka mereka.
Ukraina harus menjalani proses pelucutan senjata untuk memastikan persenjataan itu tidak menjadi ancaman bagi Rusia. Kemudian harus ada perlindungan terhadap bahasa Rusia di Ukraina. Setelah itu ada yang disebut de-Nazifikasi.
Ini cukup sensitif bagi Zelenskyy, yang dia sendiri adalah Yahudi dan beberapa anggota keluarganya mati dibunuh dalam peristiwa Holocaust. Namun Turki meyakini syarat ini cukup mudah diterima oleh Zelenskky. Kemungkinan akan cukup bagi Ukraina untuk mengecam semua bentuk neo-Naziisme dan berjanji akan memberantas mereka semua.
Kategori kedua akan cukup sulit dicapai dan dalam sambungan telepon itu, Putin mengatakan dia perlu bertatap muka langsung dengan Presiden Zelenskyy untuk mencapai kesepakatan ini. Zelenskky sebelumnya sudah mengatakan dia siap bertemu langsung dengan Presiden Putin untuk berunding empat mata.
Kalin kemudian kurang begitu rinci menjelaskan syarat berikutnya karena melibatkan status dari wilayah Donbas di sebelah timur Ukraina yang sebagian sudah memilih merdeka dari Ukraina dan menyebut diri mereka orang Rusia. Kemudian yang berikutnya adalah status dari Krimea.
Meski Kalin tidak merinci, asumsinya adalah Rusia akan meminta pemerintah Ukraina menyerahkan sepenuhnya wilayah sebelah timur mereka. Itu akan memicu perdebatan panjang.
Asumsi lainnya adalah Rusia akan meminta Ukraina secara resmi mengakui Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014, sebagai milik Rusia. Kalau memang ini masalahnya maka ini adalah pil pahit bagi Ukraina.
Bagaimana pun ini situasi yang ada sekarang, meski Rusia tidak punya hak sah untuk mengambil Krimea dan mereka menandatangani keapakatan internasional, setelah jatuhnya komunisme sebelum Putin berkuasa, untuk menerima Krimea adalah bagian dari Ukraina.
Tuntutan Putin tidaklah semenakutkan yang orang duga setelah semua kekerasan, pertumpahan darah dan kerusakan yang terjadi di Ukraina.
Bagi Ukraina yang selanjutnya akan tidak mudah dan penuh kekhawatiran.
Jika mereka tidak berhasil memenuhi kesepakatan maka Putin atau pun penggantinya akan dengan mudah membuat alasan untuk menyerang Ukraina lagi.
Perjanjian damai tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat meski gencatan senjata bisa menghentikan pertumpahan darah untuk sementara waktu.
Bagi Putin sendiri jika dia bisa mencapai kesepakatan dengan Ukraina dan menyebut itu sebagai kemenangan besar terhadap neo-Nazisme, posisinya di dalam negeri semakin lemah.
Makin banyak orang Rusia akan menyadari dia terlalu berlebihan dan kisah tentara yang gugur atau tertangkap sudah menyebar cepat di dalam negeri.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lantas, benarkah Zelensky terasingkan saat menghadiri KTT NATO 2023? Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaSetelah melakukan kunjungan kilat ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Putin menerima kedatangan Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Baca SelengkapnyaDia menyebut komunikasinya dengan Jokowi tidak terpengaruh dengan ‘huru-hara’ politik yang tengah terjadi.
Baca SelengkapnyaPresiden Erdogan memberikan selamat untuk Prabowo, setelah memenangkan kontestasi Pilpres 2024
Baca SelengkapnyaPresiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggandeng erat tangan Presiden Jokowi pada pertemuan bilateral di sela KTT Luar Biasa OKI.
Baca SelengkapnyaElon Musk memainkan peranan penting dalam konflik yang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Baca SelengkapnyaKekacauan ini terjadi ketika Biden dan pemimpin 19 negara lainnya berkumpul untuk mengumumkan penandatanganan Perjanjian Ukraina.
Baca SelengkapnyaKeir Starmer unggah cuitan kontroversial tentang konflik Ukraina-Rusia hingga ramai disorot di media sosial.
Baca SelengkapnyaDPR RI akan terus bekerja sama dengan Parlemen Turki untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi membawa pesan dari KTT OKI, untuk meredam konflik Israel-Palestina.
Baca SelengkapnyaPresiden Amerika Serikat Joe Biden salah menyebut nama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menjadi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Singapura, pada Sabtu (1/6/2024).
Baca Selengkapnya