Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Putra mendiang Bhutto nyatakan perang terhadap Taliban

Putra mendiang Bhutto nyatakan perang terhadap Taliban Bilawal Bhutto. dawn.com

Merdeka.com - Bilawal Bhutto Zardari, putra mendiang Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto, telah melancarkan serangan keras terhadap lawan politiknya, yang dia katakan harus berhenti 'membuat-buat alasan' atas kekerasan dilakukan Taliban.

Zardari, pewaris salah satu dinasti paling terkenal di Asia Selatan itu, mengatakan Nawaz Sharif, perdana menteri Pakistan saat ini, dan politikus oposisi, Imran Khan, telah mengecewakan masyarakat sebab tidak mendukung aksi militer yang kuat buat melawan Taliban, seperti dilansir surat kabar the Guardian, Senin (3/2).

"Mungkin mereka menderita Sindrom Stockholm," kata Zardari, mengacu pada kasus penyanderaan di mana para sandera justru menunjukkan rasa simpati atau bahkan membantu penculik mereka. "Tidak ada alasan mengapa para pemimpin nasional, yang disebut pemimpin, tidak menyuarakan perlawanan terhadap orang-orang yang membunuh warga kita, membunuh angkatan bersenjata kita dan mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan itu."

Pernyataan itu cenderung mengkilapkan reputasinya baik sebagai seorang pendatang baru di kancah politik Pakistan yang terkesan kurang ajar, tetapi juga politisi paling keras di negara itu terkait pemberantasan masalah ekstrimisme dan militansi.

Meski tidak duduk di parlemen, tetapi Zardari memegang pengaruh signifikan atas Partai Rakyat Pakistan (PPP), di mana dia menjadi seorang ketua. Di masa lalu, partai itu telah dipimpim oleh kakeknya dan kemudian ibunya, yang terbunuh ketika melakukan kampanye pada 2007, serta ayahnya, Asif Ali Zardari.

Khan dan politisi sayap kanan lainnya telah dikritik atas penanganan terhadap Taliban Pakistan yang dipandang hanya menggunakan 'sarung tangan anak-anak', dalam upaya gagal untuk mengundang Taliban ke dalam perundingan damai.

Pada Sabtu pekan lalu Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), dikenal sebagai koalisi kelompok-kelompok militan di negara itu, mengisyaratkan apresiasinya terhadap pendekatan Khan dengan mengumumkan gerakan itu menginginkan Khan duduk di sebuah komite dengan empat ulama ekstrimis yang dikenal bersimpati dengan militan. TTP menyebut Khan dan lainnya dapat mewakili kepentingan mereka dalam perundingan damai dengan pemerintah.

Khan menepis dukungan memalukan itu dengan mengatakan TTP harus memilih wakil mereka sendiri dari Taliban bagi perundingan perdamaian.

Selain itu, banyaknya korban jiwa akibat serangan bunuh diri terhadap warga sipil hanya menimbulkan kecaman lemah lembut. Banyak politisi enggan bahkan untuk mengidentifikasi pelakunya adalah TTP.

Zardari mengatakan taktik itu telah menjadi bencana, dengan memberikan semangat para ekstremis untuk terus menargetkan warga sipil, termasuk Malala Yousafzai, seorang pegiat pendidikan remaja yang hampir meninggal pada 2012 lalu, setelah ditembak di kepalanya oleh Taliban.

"Ini kenapa orang-orang seperti Malala menjadi target karena para politisi, atau yang disebut para pemimpin negeri ini, tidak dapat menemukan keberanian untuk berbicara ketika seorang gadis berusia 16 tahun itu bisa. Jika kita semua berbicara dalam satu suara, mereka tidak bisa membunuh kita semua," kata dia.

TTP telah menggunakan kampanye intimidasi sangat efektif terhadap partai politik liberal dan berhaluan kiri serta wartawan untuk membungkam banyak para kritikus. Zardari mengatakan dia bisa berbicara hanya karena adanya operasi keamanan luas yang mengelilingi dirinya sepanjang waktu serta sangat membatasi perjalanannya di Pakistan, di mana dia hanya menghabiskan banyak waktu di kompleks layaknya benteng milik keluarganya di Karachi.

"Saya memiliki banyak pengaman, saya kehilangan ibu saya akibat Taliban karena kurangnya keamanan, dan itu menjelaskan sebagian mengapa saya bisa jadi vokal," ujar Zardari. "Tetapi begitu juga halnya Imran Khan. Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif, Kepala Menteri Provinsi Punjab, Shahbaz Sharif. Mereka semua memiliki lebih banyak pasukan keamanan daripada saya. Maka mereka tidak punya alasan untuk diam."

Di masa lalu Khan mengatakan retorika yang melengking mungkin dapat membahayakan nyawa para pendukungnya dan pegiat partai. Namun, Zardari tidak menunjukkan kehati-hatian itu. Dia bahkan berharap agar ribuan anggota masyarakat tertarik untuk datang di berbagai acara kebudayaan dia organisir di Provinsi Sindh dalam beberapa pekan mendatang. Ini adalah bagian dari sebuah festival dia telah promosikan sebagai tantangan yang sengaja dia buat untuk para ekstrimis dan militan, yang dia sebut sebagai 'manusia gua'.

Zardari dengan tegas melawan negosiasi dengan Taliban, dan mengatakan sudah saatnya untuk melakukan operasi militer secara luas melawan TTP, khususnya di basis militan di kawasan Waziristan Utara, sebuah area berbatasan dengan Afghanistan yang selama bertahun-tahun telah menjadi tempat perlindungan bagi sekutu jaringan Al-Qaidah.

Tapi dia mengingatkan sebuah operasi harus ada melalui kerjasama dengan Afghanistan, sebuah usulan yang mungkin memberikan ketidakpercayaan antara Kabul dan Islamabad. "Tanpa Afghanistan tidak ada gunanya kami meluncurkan operasi di sini jika mereka bisa melintasi perbatasan dan mencari perlindungan di sana," kata Zardari. "Situasi yang ideal adalah sebuah operasi dari kedua belah pihak pada waktu yang bersamaan."

Dalam beberapa pekan terakhir telah muncul bahwa Sharif akhirnya akan mengumumkan pembicaraan kebijakan yang telah diabaikan, di mana ajudan dekatnya mengatakan telah gagal membuat kemajuan. Namun, pada Rabu pekan lalu Sharif mengumumkan dia masih memberikan mereka sebuah kesempatan terakhir, dan mengumumkan sebuah sidang komisi perantara untuk mencoba berbicara dengan TTP.

Zardari mengatakan dia jengkel atas keputusan itu. "Ini sangat frustasi, bukan hanya bagi saya, tetapi bagi orang-orang yang membahayakan hidupnya setiap hari, untuk orang-orang yang mati setiap hari. (mdk/fas)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kronologi Diplomat Indonesia Diserang Bom di Pakistan, Satu Polisi Tewas
Kronologi Diplomat Indonesia Diserang Bom di Pakistan, Satu Polisi Tewas

Serangan tersebut dikonfirmasi menewaskan seorang polisi yang mengawal konvoi.

Baca Selengkapnya
Curhat KH Marzuki Mustamar Dicopot dari Ketua PWNU Jatim: SK Itu Tak Sebutkan Apa Kesalahan Saya
Curhat KH Marzuki Mustamar Dicopot dari Ketua PWNU Jatim: SK Itu Tak Sebutkan Apa Kesalahan Saya

Soal keberadaan PKS, dalam ceramahnya KH Marzuki juga menyampaikan bahwa PKS sudah ikrar Pancasila.

Baca Selengkapnya
Ketum Muhammadiyah Tolak Wacana BNPT Kontrol Tempat Ibadah
Ketum Muhammadiyah Tolak Wacana BNPT Kontrol Tempat Ibadah

Tujuan BNPT atas wacana itu mengontrol tempat ibadah dari kegiatan radikalisme.

Baca Selengkapnya
Pemuda Muhammadiyah Bela Zulhas: Tak Ada Motif Mempengaruhi dan Menghasut
Pemuda Muhammadiyah Bela Zulhas: Tak Ada Motif Mempengaruhi dan Menghasut

Dzulfikar Ahmad mengingatkan soal pendewasaan dalam proses beragama dan berpolitik.

Baca Selengkapnya
Diisukan Tolak Tawaran Cawapres Anies Baswedan, Ini Jawaban Tegas Khofifah
Diisukan Tolak Tawaran Cawapres Anies Baswedan, Ini Jawaban Tegas Khofifah

Nama Khofifah masuk dalam daftar Cawapres Anies Baswedan dari kalangan Nahdlatul Ulama bersama Yenny Wachid.

Baca Selengkapnya
Jelang Harlah, Khofifah Tegaskan Tak Maju Kembali Pimpin Muslimat NU
Jelang Harlah, Khofifah Tegaskan Tak Maju Kembali Pimpin Muslimat NU

Khofifah menyebut sudah saatnya ada kader Muslimat NU lainnya yang melanjutkan tampuk kepemimpinan dan menggantikan dirinya.

Baca Selengkapnya
Sejarah Berulang, Demo Mahasiswa Kembali Bikin Rezim Korup Tumbang
Sejarah Berulang, Demo Mahasiswa Kembali Bikin Rezim Korup Tumbang

Sejarah Berulang, Mahasiswa Kembali Bikin Rezim Korup Tumbang

Baca Selengkapnya