Putusnya Hubungan Anak dan Orangtua karena Ketakutan pada Junta Militer Myanmar
Merdeka.com - Setiap hari dalam tiga bulan terakhir, rata-rata enam atau tujuh keluarga di Myanmar memuat pemberitahuan di koran pemerintah menyatakan memutuskan hubungan dengan anak, keponakan, dan cucu mereka yang secara terbuka menentang junta militer yang berkuasa.
Pemberitahuan semacam itu mulai muncul pada November setelah militer yang melakukan kudeta tahun lalu mengumumkan akan mengambil alih properti penentangnya dan menangkap orang-orang yang memberi perlindungan bagi para pengunjuk rasa. Serangkaian penggerebekan rumah-rumah kemudian menyusul.
Lin Lin Bo, bekas sales mobil yang bergabung dengan kelompok bersenjata untuk melawan militer, adalah salah satu anak yang dibuang orang tuanya dari sekitar 570 pemberitahuan yang dikaji Reuters.
-
Kapan pembunuhan keluarga itu terjadi? Kejadian mengerikan ini berlangsung pada Zaman Batu sekitar 5.000 tahun lalu.
-
Apa yang dimaksud dengan keluarga di Sumut? Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
-
Siapa yang dikabarkan dekat dengan keluarga? Terlepas dari kabar miring tersebut, selama ini Gunawan dikenal sebagai sosok family man yang sangat dekat dengan keluarga.
-
Siapa yang dikenal dekat dengan keluarga anak-anaknya? Sosok Amy Qanita dikenal dekat dengan keluarga anak-anaknya.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Apa yang jadi kontroversi di rumah tangga mereka? Namun, keharmonisan rumah tangga mereka saat ini menjadi kontroversi karena ada laporan bahwa Gunawan sedang berhubungan dengan seorang wanita selain istri.
"Kami mengumumkan kami membuang Lin Lin Bo karena dia tidak pernah mendengarkan keinginan orang tuanya," jelas pemberitahuan yang dimuat orang tuanya, San Win dan Tin Tin Soe di koran The Mirror pada November, seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Senin (7/2).
Kepada Reuters dari kota di perbatasan Thailand di mana dia tinggal setelah melarikan diri dari Myanmar, pria 26 tahun itu mengatakan ibunya mengatakan dia dibuang setelah tentara mendatangi rumah keluarganya untuk mencarinya. Beberapa hari kemudian, Lin Lin menangis membaca pemberitahuan tersebut di koran.
"Kawanku berusaha meyakinkanku bahwa itu tidak bisa dihindari bagi para keluarga yang berada di bawah tekanan," ujarnya kepada Reuters.
"Tapi hati saya hancur," lanjutnya.
Dihubungi Reuters, orang tua Lin Lin menolak berkomentar.
Menargetkan keluarga aktivis oposisi merupakan taktik yang digunakan militer Myanmar dalam kekacauan pada 2007 dan akhir 1980-an tapi digunakan lagi sejak kudeta 1 Februari dalam skala yang lebih luas, menurut staf advokasi senior kelompok HAM Burma Campaign UK, Wai Hnin Pwint Thon.
Membuang anggota keluarga secara publik, yang memiliki sejarah panjang dalam budaya Myanmar, adalah salah satu cara menanggapi. Wai Hnin mengatakan, dia melihat jauh lebih banyak pemberitahuan semacam itu di media saat ini daripada di masa lalu.
"Anggota keluarga takut dilibatkan dalam tindak pidana," jelasnya.
"Mereka tidak ingin ditangkap, dan mereka tidak ingin bermasalah."
Juru bicara militer tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters terkait isu ini. Pada November lalu, juru bicara militer Zaw Min Tun mengatakan warga yang membuat pengumuman tersebut di kotan masih bisa didakwa jika terbukti mendukung oposisi.
Sampai revolusi berakhir
Seorang jurnalis, So Pyay Aung menyampaikan kepada Reuters, dia merekam polisi huru hara menggunakan tongkat dan perisai untuk membubarkan pengunjuk rasa dan melakukan siaran langsung duntuk situs berita Democratic Voice of Burma tahun lalu. Setelah pihak berwenang memburunya, dia mengatakan dia bersembunyi di berbagai lokasi berbeda di Myanmar sebelum melarikan diri ke Thailand bersama istri dan putrinya yang masih bayi. Dia dibuang ayahnya pada November.
"Saya mengumumkan saya membuang putra saya karena dia melakukan kegiatan yang tidak bisa dimaafkan menentang keinginan orang tuanya. Saya tidak punya tanggung jawab apapun yang berkaitan dengannya," jelas sebuah pemberitahuan yang dimuat ayahnya, Tin Aung Ko, di koran pemerintah Alinn.
"Ketika saya lihat koran yang menyebut pemutusan ikatan dengan saya, saya merasa agak sedih," kata So Pyay Aung kepada Reuters.
"Tapi saya paham orang tua saya takut tekanan. Mereka mungkin khawatir rumah mereka disita atau ditangkap."
Ayahnya, Tin Aung Ko, menolak berkomentar.
Dua orang tua lainnya yang membuang anak mereka, meminta tak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters, pemberitahuan yang mereka pasang di koran tujuan utamanya adalah mengirim pesan kepada pihak berwenang bahwa mereka tidak harus bertanggung jawab atas tindakan anak-anak mereka.
"Putriku melakukan apa yang dia yakini, tapi saya yakin dia akan khawatir kalau kami terkena masalah," kata salah satu ibu.
"Saya tahu dia bisa memahami apa yang saya lakukan padanya."
Lin Lin Bo berharap suatu hari dia bisa pulang ke rumah dan menghidupi keluarganya.
"Saya ingin revolusi ini segera berakhir sesegera mungkin," ujarnya kepada Reuters.
Penyatuan kembali mungkin memungkinkan bagi beberapa keluarga yang terpisah dengan cara ini, menurut aktivis HAM Wai Hnin Pwint Thon.
"Kecuali mereka melakukannya dengan benar dengan pengacara dan surat wasiat, maka hal-hal ini tidak dapat dianggap sah secara hukum," jelasnya terkait pemberitahuan tersebut.
“Setelah beberapa tahun, mereka bisa kembali menjadi keluarga.”
So Pyay Aung mengatakan takut perpisahan dengan orang tuanya itu permanen.
"Saya bahkan tidak punya rumah untuk pulang setelah revolusi," ujarnya kepada Reuters.
"Saya sangat khawatir sepanjang waktu karena orang tua saya berada di bawah rezim militer."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua anak nekat lompat dari lantai 21 apartemen Penjaringan
Baca SelengkapnyaPrajurit TNI pulang kampung usai tugas di Papua, warga berdatangan dan sambut kepergian prajurit TNI sambil melambaikan tangan.
Baca SelengkapnyaHubungan orang tua dan anak dapat menjadi renggang dan menjauh karena beberapa alasan.
Baca SelengkapnyaPeran keluarga sangat vital dalam menjaga kestabilan kondisi mental anak-anak.
Baca SelengkapnyaMomen haru anggota TNI yang lama bertugas jauh dari keluarga yang akhirnya pulang. Sang anak tampak tak mengenali bahkan menangis saat bertemu ayahnya.
Baca SelengkapnyaUsut punya usut, rupanya ibu satu anak itu membicarakan langkah yang diambil untuk orang-orang yang telah menghina Bilqis Khumairah Razak dan keluarganya.
Baca SelengkapnyaKuliah Kerja Nyata selalu punya cerita unik tersendiri dari tiap kelompok.
Baca SelengkapnyaKesehatan nenek ST (73), menurun akibat kelelahan menghadapi masalah dengan anak angkatnya
Baca SelengkapnyaRemaja 17 tahun berinisal JND, menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara
Baca SelengkapnyaDi balik pertemuan, selalu ada perpisahan. Hal tersebut juga terjadi pada sejumlah prajurit TNI dengan seorang ibu di Papua berikut ini.
Baca SelengkapnyaBroken home adalah istilah untuk menggambarkan situasi di mana sebuah keluarga mengalami perpisahan dan perceraian antara pasangan suami dan istri.
Baca Selengkapnya