Robert Mugabe Tutup Usia Dua Tahun Setelah Dikudeta

Merdeka.com - Mantan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe meninggal dunia di usia 95 tahun, Jumat (6/9). Presiden yang pernah memerintah lebih dari tiga dekade itu tutup usia, setelah berjuang melawan sakit yang dideritanya selama beberapa tahun terakhir.

"Rest In Peace, Robert Mugabe," kata Sekretaris Pendidikan Zimbabwe Fadzayi Mahere, seperti yang dikutip oleh BBC dari akun Twitternya.

Robert Mugabe lahir pada 21 Februari 1924, di Rhodesia, Zimbabwe. Dia menjadi salah satu pahlawan kemerdekaan Afrika, sekaligus pemimpin Zimbabwe pertama pasca merdeka.

Mugabe bertahan di kursi kepresidenan selama lebih dari tiga dekade. Seiring waktu, pemerintahannya mulai dianggap sewenang-wenang dan diwarnai kasus-kasus korupsi.

Atas kinerja pemerintahan yang dinilai menurun, Mugabe akhirnya digulingkan melalui kudeta militer pada November 2017. Turunnya Mugabe menjadi sejarah baru bagi wilayah bekas jajahan Inggris itu.

Sejak peristiwa kudeta tersebut, Mugabe sempat beberapa kali terlihat berkunjung ke Singapura untuk memeriksa kesehatan.

Pada November 2018, politisi empat orang anak itu dikabarkan sudah tidak bisa berjalan. Kabar tersebut disampaikan pertama kali oleh Mnangagwa, presiden yang menggantikan posisinya.

Sebelum digulingkan, Mugabe sempat dikenal luas karena perannya memerangi rezim supremasi kulit putih di Zimbabwe. Namun, lambat laun dirinya justru disebut telah memecah belah negaranya sendiri.

Menjelang akhir kekuasaannya, kondisi keuangan runtuh, gelombang intimidasi dengan kekerasan juga melonjak. Tak hanya itu, terjadi pula pergulatan kekuasaan internal yang sengit antara Grace Marufu, istri kedua Mugabe, dengan bekas tangan kanannya, Mnangagwa.

Mnangagwa, pendukung Zanu-PF mengambil alih kekuasaan dengan dukungan militer. Dilansir dari The Guardian, sosok Mnangagwa lebih disukai dibandingkan Mugabe yang disebut sebagai diktator.

Setelah kukuh pada posisinya, Mugabe akhirnya mengundurkan diri, menyusul demonstrasi besar-besaran dari warga sipil dan ancaman implisit dari angkatan militer.

Lepas dari jabatannya, Mugabe diberikan status terhormat sebagai bapak bangsa. Gelar yang membuat geram banyak korban di rezimnya.

Sebelum memerintah Zimbabwe, Mugabe sempat menjadi guru di Ghana. Dia kembali ke kota kelahirannya pada 1960, untuk melawan kekuasaan kulit putih.

Perlawanan Mugabe menghadapi supremasi kulit putih, pernah membawanya mendekam di bui selama 10 tahun. Demi meneruskan perjuangannya, Mugabe melarikan diri ke Mozambik. Di sana, dia menjadi salah satu pemimpin pasukan gerilya yang memerangi rezim Ian Smith, penguasa saat itu.

Di masa awal kepemimpinannya, perekonomian dan pembangunan pendidikan Zimbabwe mencapai periode emasnya. Bahkan, hal tersebut membuat iri Afrika.

Tahun 1999, Mugabe menguasai pemilihan dan memulai program reformasi menuju perubahan demokrasi. Di saat yang sama, dirinya disebut mengusir paksa petani kulit putih untuk memberi peluang bagi masyarakat kulit hitam untuk memiliki keterampilan dan modal bertani.

Fatalnya, keputusan tersebut justru membuat ekonomi Zimbabwe jatuh. Negara tersebut akhirnya bergantung pada bantuan makanan asing.

Kondisi ekonomi semakin buruk ketika inflasi besar-besaran melanda. Rak-rak supermarket kosong. Sistem kesehatan dan pendidikan yang dulu membuat iri Afrika pun mulai runtuh.

Di lingkungan politik sendiri, situasi tidak bisa dikatakan baik. Para aktivis dan jurnalis dianiaya, dipenjara, atau bahkan dibunuh. Lebih dari 200 orang tewas dalam kekerasan politik pada pemilu 2008.

"Dia dikenang sebagai penjahat. Kekuasaannya dihancurkan oleh sikapnya, kekerasan, memaksakan sekutu dan saingan politiknya," kata Profesor Politik Universitas Zimbabwe, John Makumbe, seperti yang dikutip dari The Guardian.

Makumbe menambahkan, pemerintahan Mugabe menjadi benih kepemimpinan yang buruk, kejam, dan egois. Walau tampil sebagai pahlawan pada awalnya, Mugabe berakhir sebagai diktator. Tahun 2000 ia telah mencurangi pemilihan, menyusul setelahnya kebusukan-kebusukan lain terungkap.

Istri kedua Mugabe, Grace, dikenal karena gaya hidupnya yang mewah. Tahun 2014, wanita yang berusia lebih muda 41 tahun dari Mugabe itu, juga disebut sebagai pemimpin wanita paling berpengaruh di dalam partai. Namun, kecamannya terhadap Mnangagwa justru menjadi salah satu pemicu kudeta terhadap sang suami.

Meski demikian, Mugabe tetap setia kepada istri yang dipanggilnya "My Grace" itu. The Guardian melaporkan, dalam sebuah konferensi pers Mugabe mengatakan agar penguasa baru Zimbabwe memperlakukan istrinya dengan lebih baik.

Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita