Rumah Sakit India Dituduh Pisahkan Pasien Corona Berdasarkan Agama
Merdeka.com - Rumah sakit pemerintah India di Ahmedabad, kota utama di negara bagian Gujarat, India barat, dituding memisahkan pasien virus corona berdasarkan agama. Pihak rumah sakit mengklaim perintah itu datang dari pemerintah. Dikutip dari The Indian Express terdapat 1200 tempat tidur yang disiapkan untuk pasien COVID-19.
"Secara umum, ada bangsal terpisah bagi pasien pria dan wanita. Tapi di sini, kami telah membuat bangsal terpisah untuk pasien Hindu dan Muslim. Ini adalah keputusan pemerintah dan Anda dapat bertanya kepada mereka," ujar Dr Gunvant H Rathod, pengawas medis dari Rumah Sakit Sipil Ahmedabad, kepada surat kabar The Indian Express dalam laporannya pada Rabu 15 April 2020.
Dikutip dari DW Indonesia, Jumat (17/4), negara Gujarat diperintah oleh golongan nasionalis Hindu, Partai Bharatiya Janata (BJP), yang juga berkuasa di negara itu.
-
Kenapa Dharma Pongrekun menolak istilah COVID-19? 'Saya sangat memahami mengenai pandemi ini. Ini adalah agenda tersembunyi dari luar negeri untuk mengambil alih kedaulatan negara kita. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya bangsa ini hingga harus mengikuti istilah yang ditetapkan, mengapa tidak menggunakan istilah Tofik, kenapa harus mengikuti COVID?,' ungkap Dharma.
-
Kenapa BP2MI membantah informasi itu? 'Itu hoaks dan tidak benar, kami di lembaga BP2MI tidak pernah mengeluarkan program bantuan sosial kepada Pekerja Migran Indonesia seperti informasi yang beredar,' kata Wahyuningrum atau yang akrab disapa Yayuk, dikutip dari situs bp2mi.go.id, Senin (4/12).
-
Siapa yang memimpin Satgas Penanganan Covid-19? Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Jokowi menugaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjadi komando dalam sektor penanganan kesehatan. Lalu dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Pandemi Covid-19.
-
Apa yang dikatakan Dharma Pongrekun tentang COVID-19? Calon Gubernur Jakarta dengan nomor urut 2, Dharma Pongrekun, berhasil menarik perhatian publik ketika dalam debat pertama Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada malam Minggu, 6 Oktober 2024, ia menyatakan bahwa pandemi COVID-19 merupakan agenda dari pihak asing. Dharma mengungkapkan bahwa ia memiliki pemahaman mendalam mengenai pandemi yang disebabkan oleh virus corona, yang telah menjadi tantangan global selama beberapa tahun terakhir. 'Saya sangat memahami mengenai pandemi ini. Ini adalah agenda tersembunyi dari luar negeri untuk mengambil alih kedaulatan negara kita. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya bangsa ini hingga harus mengikuti istilah yang ditetapkan, mengapa tidak menggunakan istilah Tofik, kenapa harus mengikuti COVID?,' ungkap Dharma.
-
Siapa yang membantah tuduhan penggelapan mobil? Pihak Edward Akbar Membantah Tudingan Penggelapan Mobil Kimberly Ryder Dengan Alasan Hrta Tersebut Dibeli Secara Bersama-sama
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
Narendra Modi adalah menteri utama negara bagian itu selama hampir 13 tahun berturut-turut sejak tahun 2001 sebelum ia menjabat perdana menteri pada 2014.
Menteri Kesehatan dan Wakil Menteri Gujarat, Nitin Patel membantah tuduhan tersebut, demikian dilansir dari The Indian Express.
Sementara itu dikutip dari Aljazeera, departemen kesehatan negara bagian itu juga mengeluarkan pernyataan resmi, menyebut laporan bangsal terpisah untuk muslim dan Hindu "tidak berdasar".
"Pasien ditempatkan di bangsal yang berbeda berdasarkan kondisi medis mereka, keparahan gejala dan usia, murni berdasarkan saran dari dokter yang merawat. Oleh karena itu, laporan yang muncul di media tertentu sama sekali tidak berdasar dan menyesatkan," kata Wakil Menteri Gujarat Nitin Patel kepada Al Jazeera.
Namun, dalam laporan The Indian Express, seorang pasien mengatakan, "Pada hari Minggu malam, nama 28 pria yang dirawat di bangsal pertama (A-4) dipanggil. Kami kemudian dipindahkan ke bangsal lain (C-4)."
"Meskipun kami tidak diberitahu mengapa kami digeser, semua nama yang dipanggil merupakan satu komunitas. Kami berbicara dengan satu anggota staf di tempat kami dan dia mengatakan ini telah dilakukan untuk 'kenyamanan kedua komunitas'."
Menurut seorang dokter yang dikutip dalam laporan lain oleh surat kabar The Hindu, "Pasien-pasien tertentu dari komunitas mayoritas tidak nyaman berada di bangsal yang sama dengan pasien-pasien dari komunitas minoritas."
"Setelah beberapa pasien mengeluh, diputuskan untuk memisahkan mereka secara sementara," kata dokter itu kepada surat kabar itu dengan syarat namanya tidak disebut.
Ketika seorang sosiolog Ahmedabad, Ghanashyam Shah ditanya oleh Al Jazeera apakah rumah sakit yang memisahkan pasien menurut agama mereka, ia menjawab, "Tentu saja."
"Karena kenal kawasan Gujarat, saya tidak terkejut hal itu terjadi," katanya.
"Ini adalah hal yang sangat jelas. Propaganda berita palsu seputar Muslim yang menyebarkan virus ini mungkin merajalela di India. Tetapi saya bisa melihatnya di Gujarat."
Shah merujuk pada islamofobia yang tersebar luas yang dipicu oleh pandemi corona, terutama setelah Jamaah Tabligh, sebuah kelompok misionaris muslim, mengorganisasi pertemuan di New Delhi pada bulan Maret.
Tablig itu kemudian dikaitkan dengan ratusan kasus positif Covid-19 di seluruh negeri, yang memicu perburuan nasional untuk melacak siapa saja yang hadir dalam pertemuan itu.
Awal bulan ini, Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah memperingatkan pemerintah di seluruh dunia: "Mengidap COVID-19 bukanlah kesalahan siapa pun. Setiap kasus adalah korban. Sangat penting bahwa kita tidak memprofilkan kasus berdasarkan ras, agama dan etnis," kata direktur program darurat WHO Mike Ryan sebagaimana dikutip dari Aljazeera.
Menurut laporan media, lebih dari setengah dari hampir 500 kasus corona di Ahmedabad berasal dari lingkungan muslim. Kota ini telah lama menjadi sarang perpecahan komunal, dengan daerah-daerah terpisah yang ditandai untuk umat Hindu dan Muslim.
Ahmedabad adalah salah satu wilayah utama kekerasan agama di India. Hampir 2.000 Muslim dibunuh, puluhan perempuan diperkosa, dan ribuan lainnya mengungsi.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Ke depan, kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami."
Baca SelengkapnyaPencopotan Budi Santoso dari Dekan FK Unair buntut pernyataannya yang menolak rencana Budi Gunadi Sadikin mendatangkan dokter asing.
Baca SelengkapnyaRumah Sakit (RS) Medistra Jakarta melarang dokter dan perawat menggunakan hijab.
Baca SelengkapnyaBos BPJS Kesehatan, menyebut masih ada oknum rumah sakit yang mendiskriminasi pasien BPJS Kesehatan.
Baca SelengkapnyaAgung mengatakan pihaknya meminta maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Baca SelengkapnyaSerangan bom Israel ke rumah sakit itu menewaskan sedikitnya 500 orang, termasuk dokter, perawat, pasien wanita, anak-anak,.
Baca SelengkapnyaKepala Dinkes Sumsel Trisnawarman menegaskan, pihaknya telah memeriksa sampel swab pasien J. Hasilnya diketahui negatif cacar monyet.
Baca SelengkapnyaUAS menjelaskan pentingnya bagi seorang muslimah untuk tidak bekerja di perusahaan yang mewajibkan mereka melepas jilbab.
Baca SelengkapnyaPihak RSUD menjelaskan, menutup pintu dengan memalang karena takut obat-obatan dan alat medis hilang.
Baca SelengkapnyaVirus Nipah menyebabkan dua orang meninggal dunia di India.
Baca SelengkapnyaBudi Gunadi Sadikin menegaskan, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan sudah mengizinkan pemerintah untuk mendatangkan dokter asing.
Baca SelengkapnyaVirus Nipah yang menyebar di India disebut berasal dari kelelawar atau babi. Penyakit ini memiliki angka kematian sekitar 70 persen bagi yang terinfeksi.
Baca Selengkapnya