Rusia Klaim Efektivitas Vaksin Covid-19 Sputnik V Capai 92 Persen
Merdeka.com - Vaksin Rusia, Sputnik V diklaim memiliki efektivitas 92 persen melindungi orang dari Covid-19, menurut hasil uji coba sementara.
Hasil ini muncul menyusul data yang dirilis pada Senin oleh Pfizer Inc dan BioNTech, yang mengatakan bahwa suntikan vaksin mereka juga memiliki efektivitas lebih dari 90 persen.
Hasilnya didasarkan pada data dari 16.000 peserta uji coba pertama yang menerima kedua suntikan vaksin dua dosis.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Bagaimana vaksin polio bekerja? Vaksin polio bekerja dengan merangsang produksi antibodi dalam tubuh, yang kemudian melawan virus polio jika terjadi infeksi. Dalam proses ini, vaksin melibatkan pemberian poliovirus yang sudah dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Bagaimana cara kerja vaksin HPV? Vaksin HPV mengandung protein yang dibuat menyerupai virus HPV. Setelah disuntikkan, protein ini akan membantu tubuh memproduksi antibodi untuk melawan virus HPV.
"Kami menunjukkan, berdasarkan data, bahwa kami memiliki vaksin yang sangat efektif," klaim kepala RDIF, Kirill Dmitriev.
Apa yang disebut uji coba Fase III berlangsung di 29 klinik di seluruh Moskow dan akan melibatkan 40.000 sukarelawan secara total, dengan seperempat menerima suntikan plasebo.
RDIF mengatakan, kemungkinan tertular Covid-19 adalah 92 persen lebih rendah di antara orang yang divaksinasi dengan Sputnik V daripada mereka yang menerima plasebo
Hasil itu jauh di atas ambang efektivitas 50 persen untuk vaksin Covid-19 yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
RDIF mengatakan data dari penelitian tersebut akan diterbitkan dalam jurnal medis terkemuka setelah tinjauan sejawat. Hasil uji coba tahap awal Rusia ditinjau sejawat dan diterbitkan pada bulan September di jurnal medis The Lancet.
Tekanan Politik
Sementara para ahli mengatakan data Rusia mendorong dan memperkuat gagasan pandemi dapat dihentikan dengan vaksin, mereka memperingatkan hasilnya hanya berdasarkan sejumlah kecil sukarelawan uji coba yang tertular Covid-19.
Analisis dilakukan setelah 20 peserta terpapar virus dan memeriksa berapa banyak yang menerima vaksin versus plasebo. Srcara signifikan lebih rendah dari 94 infeksi dalam uji coba vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.
"Saya berasumsi ada tekanan politik setelah siaran pers dari Pfizer dan BioNTech awal pekan ini untuk menyamakan data dengan data mereka sendiri," jelas Wakil Direktur Institut Virologi Universitas Mainz, Bodo Plachter.
"Apa yang hilang untuk saat ini adalah analisis signifikansi statistik," lanjutnya, dikutip dari France 24, Kamis (12/11).
Untuk memastikan tingkat kemanjuran vaksinnya, Pfizer mengatakan akan melanjutkan uji coba hingga terdapat 164 kasus Covid-19.
Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang mendukung pengembangan Sputnik V, mengatakan uji coba akan berlanjut selama enam bulan.
Alexander Gintsburg, direktur Institut Gamaleya yang mengembangkan vaksin, mengatakan hasil sementara menunjukkan bahwa Sputnik V efektif dan vaksinasi massal akan diluncurkan di Rusia dalam beberapa pekan mendatang.
Bukan Kompetisi
Para ahli mengatakan, informasi tentang desain uji coba Rusia itu langka sehingga sulit untuk menafsirkan datanya.
Para ilmuwan telah menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan vaksin Rusia, meluncurkan vaksinasi massal sebelum uji coba penuh untuk menguji keamanan dan kemanjurannya selesai.
"Ini bukan kompetisi. Kami membutuhkan semua uji coba untuk dilakukan dengan standar setinggi mungkin dan sangat penting bahwa kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menghapus data uji coba dipatuhi untuk menghindari pengambilan data yang tidak akurat," jelas profesor imunologi dan penyakit Universitas Edinburgh, Eleanor Riley.
"Apa pun yang kurang dari ini berisiko kehilangan kepercayaan publik pada semua vaksin, yang akan menjadi bencana."
Para ahli mengatakan bahwa seperti hasil Pfizer, belum jelas berapa lama kekebalan akan bertahan setelah disuntik vaksin Rusia, atau seberapa efisien vaksin itu untuk kelompok usia yang berbeda.
"Kami tentunya membutuhkan pengamatan jangka panjang untuk menarik kesimpulan yang valid tentang kemanjuran dan efek samping. Hal yang sama berlaku untuk nomor Pfizer dan BioNTech," kata Plachter di Mainz.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaTerdapat dua jenis vaksin polio yaitu berupa suntik dan tetes yang bisa diberikan pada anak. Apa perbedaannya?
Baca SelengkapnyaVaksin Nusagard akan digunakan pada Program Imunisasi Nasional pada 2023 mendatang. Program ini menyasar 2,9 juta anak usia kelas 5 dan 6 sekolah dasar (SD).
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar vaksin Mpox yang dipersiapkan adalah vaksin eksperimental.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaPengumuman penerima penghargaan Nobel adalah salah satu yang dinantikan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca Selengkapnya