Rusia Mulai Lakukan Vaksinasi Covid-19 Massal, Utamakan Petugas Kesehatan
Merdeka.com - Moskow mulai memvaksinasi pekerja yang berisiko tinggi terinfeksi virus corona di klinik yang baru dibuka di seluruh kota.
Program vaksinasi dimulai dengan distribusi vaksin Sputnik V melalui 70 klinik pada Sabtu, menandai vaksinasi massal pertama Rusia untuk melawan Covid-19.
Vaksin Sputnik V yang dibuat Rusia, pertama akan tersedia untuk para dokter dan petugas medis, guru, dan pekerja sosial karena mereka memiliki risiko tinggi tertular penyakit tersebut.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang mengembangkan vaksin flu pertama? Para ilmuwan mulai mengisolasi virus flu pada tahun 1930-an, dan pada tahun 1940-an, Angkatan Darat AS membantu mensponsori pengembangan vaksin untuk melawan virus tersebut.AS menyetujui vaksin flu pertama untuk penggunaan militer pada tahun 1945 dan untuk penggunaan sipil pada tahun 1946.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
Cara kerja vaksin Sputnik V mirip dengan vaksin yang sedang dikembangkan Universitas Oxford-AstraZeneca di Inggris, menggunakan virus lain untuk mengirimkan molekul dari virus corona yang menyebabkan Covid-19 ke dalam tubuh manusia untuk merangsang respons kekebalan.
Vaksin diberikan dalam dua suntikan dengan selang waktu 21 hari.
Langkah ini dilakukan saat Rusia melaporkan rekor tertinggi kasus baru Covid-19 pada Sabtu yaitu 28.782, termasuk 7.993 kasus baru di Moskow, sehingga total kasus infeksi nasional mencapai 2.431.731 sejak pandemi dimulai.
Pemerintah mengonfirmasi 508 kasus kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir, sehingga total kematian nasional mencapai 42.684.
"Selama lima jam pertama, 5.000 orang mendaftar untuk vaksinasi - guru, dokter, pekerja sosial, mereka yang saat ini paling banyak mempertaruhkan kesehatan dan nyawa mereka,” tulis Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin di situs pribadinya pada Jumat, dikutip dari Aljazeera, Minggu (6/12).
Wartawan Aljazeera, Aleksandra Godfroid yang melaporkan dari Moskow mengatakan dialokasikan satu jam untuk setiap pasien.
"10 menit pertama untuk pemeriksaan kesehatan umum," ujarnya.
"15 menit berikutnya adalah untuk menyiapkan vaksin karena harus disimpan pada -18 Celcius, dan kemudian setengah jam untuk memeriksa orang tersebut."
Mereka yang akan menerima vaksin harus kembali dalam tiga pekan untuk menerima suntikan kedua.
"Menurut pejabat Rusia, mereka akan memiliki kekebalan penuh setelah 42 hari," ujarnya.
Usia bagi mereka yang menerima suntikan dibatasi hingga 60 tahun. Orang dengan penyakit tertentu, perempuan hamil dan mereka yang menderita penyakit pernapasan selama dua pekan terakhir dilarang ikut vaksinasi.
Skeptisisme Vaksin
Rusia mengembangkan dua vaksin Covid-19: Sputnik V yang didukung oleh Dana Investasi Langsung Rusia serta vaksin lain yang dikembangkan oleh Institut Vektor Siberia.
Uji coba terakhir untuk kedua vaksin belum selesai.
Para ilmuwan menyuarakan kekhawatiran terkait kecepatan pengembangan vaksin ini, di mana Rusia meluncurkan vaksinasi massal sebelum uji coba penuh selesai untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin.
"Karena mereka telah menggunakan kelompok studi kecil seperti itu, mengklaim keefektifan 95 persen pada tahap ini mungkin agak terlalu dini," jelas asisten profesor Universitas Reading, Simon Clarke.
"Perlu diingat bahwa mereka tidak memberikannya kepada orang-orang yang berusia di atas 60 tahun dan mereka adalah kelompok paling berisiko," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaMenkes Budi ungkap cara pemerintah mencegah penyebaran penyakit monkey pox (Mpox) di Indonesia
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaPenerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca Selengkapnya