Saat Ayahnya Sekarat, Dua Bersaudara di India Berburu Oksigen yang Melelahkan
Merdeka.com - Ketika pria 54 tahun Niranjan Saha mulai mengeluhkan sesak napas di rumahnya pekan lalu di New Delhi, istrinya, Usha Devi, langsung curiga suaminya terinfeksi virus corona. Dengan memburuknya wabah dan rumah sakit terpaksa menolak pasien, Usha bergegas ke kamar putra mereka.
“Lakukan apa pun yang kalian inginkan tapi carikan saya tabung oksigen,” kata Usha kepada Anikat (21) dan Mukul (19).
“Jual emasku, tapi beli sebuah tabung,” lanjutnya, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (29/4).
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa orang di rumah bisa tertular flu? Jika Anda tinggal serumah dengan seseorang yang terkena flu, risiko tertular penyakit ini cukup tinggi. Sebuah studi pada Januari 2023 yang dipublikasikan di JAMA menemukan bahwa selama musim flu 2021 hingga 2022, orang yang tinggal serumah dengan penderita flu memiliki peluang hingga 50 persen untuk tertular virus tersebut.
-
Apa saja contoh kata-kata untuk orang sakit? Kata-kata untuk orang sakit bisa berupa doa, harapan, nasihat, atau ungkapan cinta dan perhatian. Kata-kata ini bisa membuat orang yang sakit merasa lebih tenang, kuat, dan bersemangat untuk melawan penyakitnya.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Kenapa polusi udara jadi masalah di rumah? Penyebabnya antara lain adalah emisi kendaraan bermotor, industri, dan limbah pembakaran. Dampaknya termasuk penurunan kualitas udara, gangguan pernafasan, dan risiko penyakit pernapasan.
-
Bagaimana dukungan keluarga membantu? Dukungan ini bisa berupa pendampingan selama proses pengobatan, memberikan semangat, atau sekadar hadir dan mendengarkan ketika pasien merasa cemas atau takut.
Di tengah parahnya krisis wabah Covid-19 gelombang kedua di India, keluarga-keluarga memohon bantuan, api dari tumpukan kayu pembakaran jasad atau kremasi menyala pagi dan malam. Oksigen menjadi satu komoditas langka.
Pada Rabu (28/4), Kementerian Kesehatan India melaporkan 3.293 kematian akibat virus ini, sehingga total kasus kematian telah melampaui 200.000. Selain itu, kasus infeksi baru yang tercatat pada Rabu sebanyak 357.000, memecah rekor kasus harian tertinggi di dunia.
Pemerintah India menyampaikan, ada cukup persediaan cairan oksigen untuk memenuhi kebutuhan medis dan pihaknya dengan cepat meningkatkan pasokan. Tapi fasilitas produksi oksigen yang berpusat di India timur, jauh dari pusat wabah terparah di Delhi dan di negara bagian Maharashtra di wilayah barat, memerlukan waktu beberapa hari melalui perjalanan darat.
Keluarga orang-orang yang sakit memenuhi media sosial dengan permohonan bantuan oksigen karena persediaan di rumah sakit-rumah sakit menipis atau karena mereka berusaha merawat keluarga di rumah. Orang lainnya meminta bantuan keluarga, teman, rekan kerja, politikus lokal, siapapun yang bisa membantu menyediakan tabung oksigen.
Saya tidak ingin mati
Beberapa hari setelah Niranjan Saha, seorang sales, pertama kali mengeluhkan gejala, dia dites positif virus corona. Melihat foto-foto pasien lainnya terengah-engah dalam ambulans, dia mengatakan kepada istrinya dia lebih baik mati di rumah daripada memohon bantuan orang asing.
Kedua putra mereka mulai mencari tabung oksigen.
Mereka keliling Delhi menggunakan sepeda motor, berhenti di rumah sakit ke rumah sakit lainnya menanyakan apakah ada oksigen dan tempat tidur. Mereka menghubungi teman-temannya dan mengirim pesan massal di WhatsApp. Mereka mendekati seorang politikus dari Partai Aam Aadmi. Tapi tak ada yang bisa membantu.
Kondisi Niranjan memburuk dan demamnya semakin tinggi. Terbaring di ranjang, dia memohon istrinya mencari seorang dokter.
“Saya tidak ingin mati,” cetusnya, sembari menggenggam tangan istrinya.
Naik enam sampai 10 kali lipat
Pada Minggu malam, empat hari setelah dites positif Covid-19, kedua putranya berhenti di luar sebuah toko isi ulang oksigen di Delhi selatan. Seorang pria mendekati mereka dan menawarkan bantuan. Lega, Anikat dan Mukul bersiap menyerahkan uang yang ibunya berikan: 10.000 rupee atau sekitar Rp 1,9 juta, harga standar sebuah tabung oksigen.
“Enam puluh ribu,” kata pria itu.
Dua anak muda itu kaget. Itu hampir setara dengan penghasilan ayahnya dalam setahun.
“Tapi apakah Anda punya pilihan?” kata Anikat Saha.
“Apa yang Anda lakukan ketika pasien Anda sekarat?”
Beberapa orang di Delhi mengatakan mereka membayar sedikitnya 10 kali lebih mahal dari harga biasa untuk oksigen, dan sejumlah media melaporkan tabung oksigen dijarah dari rumah sakit-rumah sakit.
Pada Selasa, pengadilan di Delhi mengatakan pemerintah lokal gagal mengatasi menjamurnya pasar gelap dan menyebut mereka yang menimbun oksigen sebagai “burung bangkai”.
“Ketika ratusan orang mati karena sesuatu yang mendasar seperti oksigen medis, itu kegagalan besar pemerintahan,” kata Asim Ali, seorang peneliti di Center for Policy Research, sebuah wadah pemikir di New Delhi.
Matanya terpejam tak bergerak
Dua bersaudara itu menyampaikan ke ibunya, yang berusaha menghubungi tetangga dan kerabat di Assam, kampung halaman ayahnya. Akhirnya, mereka tidak perlu menggadaikan perhiasan emas ibunya: Mereka mengumpulkan uang bersama dan berhasil membawa pulang tabung oksigen menggunakan sepeda motor mereka.
Di rumah, mereka tidak langsung paham bagaimana memasang oksigen tersebut. Ketika mereka berhasil, oksimeter di jari ayahnya menunjukkan tingkat oksigen darahnya turun di bawah 50 - sangat rendah. Selama beberapa jam, Niranjan menarik napas pendek melalui selang.
Tapi kemudian matanya terpejam dan tubuhnya terbaring tak bergerak.
Mereka menelpon ambulans dan Usha Devi berangkat ke rumah sakit mendampingi suaminya di mana mereka kemungkinan bisa mendapatkan tempat tidur. Mereka tiba mendapati antrean ambulans menunggu di luar rumah sakit bersama pasien. Niranjan Saha meninggal sebelum diterima rumah sakit.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ditinggal orangtua, dua bocah ini harus tinggal sebatang kara. Aksi kakak rawat adik seadanya begitu menyayat hati.
Baca SelengkapnyaSepeninggal ayah berpulang, keduanya terpaksa menjadi tulang punggung.
Baca SelengkapnyaIa memperlihatkan video saat anaknya sedang diperiksa dokter di rumah sakit.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang masih kecil, keduanya terpaksa berjualan entok di jalanan.
Baca SelengkapnyaDua kakak beradik itu pun bertahan hidup dengan memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaSelain bekerja, sang kakak juga menjalani pendidikan dengan mengambil paket C atau setara SMA.
Baca SelengkapnyaKedua anak Nisya Ahmad tiba-tiba secara bersamaan harus dilarikan ke rumah sakit karena demam tinggi.
Baca SelengkapnyaMomen cinta kasih ibu dan anak ini sukses membuat banyak orang iri.
Baca SelengkapnyaSeolah menghiraukan kondisi fisiknya yang tengah jatuh sakit, aksi seorang pria lanjut usia berikut ini justru begitu menyayat hati.
Baca SelengkapnyaPenemuan jasad ayah dan anak yang telah membusuk di rumahnya, Jalan Balai Rakyat V, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara membuat geger warga.
Baca SelengkapnyaMomen driver ojol menangis karena motornya hilang saat ambil orderan ini viral, istrinya baru meninggal usai melahirkan.
Baca SelengkapnyaSang anak berinisial AKE (12) sempat keluar rumah untuk minta tolong kepada tetangga, namun ayah, ibu, dan kembarannya tak selamat
Baca Selengkapnya