Sandera asing dipenggal, bukti Filipina tak bisa penuhi janji
Merdeka.com - Pemerintah Filipina menanggung malu setelah satu sandera asing Abu Sayyaf dipastikan tewas. John Ridsdel (68), warga Kanada, ditemukan militer Fiipina di pulau kawasan Jolo dalam keadaan terpenggal Senin (25/4) petang waktu setempat. Penemuan ini berselang lima jam dari tenggat akhir tebusan, seperti dilansir Sydney Morning Herald.
Abu Sayyaf merilis video ancaman eksekusi Ridsdel sejak pekan lalu. Pemerintah Filipina menjamin negara asal sandera untuk tenang karena operasi militer akan digelar.
Dua hari lalu Juru bicara pemerintah Filipina mengatakan operasi besar-besaran digelar dalam hitungan jam. Perintah itu disampaikan Presiden Benigno Aquino III langsung kepada Panglima Militer Filipina Glorioso Miranda. Satu batalion pasukan khusus dan polisi dikirim ke Kepulauan Jolo.
-
Siapa yang menolak melepas Sananta? Dilansir dari akun resmi Persis Solo, pihak klub menyampaikan jawaban sekaligus permohonan maaf karena Sananta akan tetap bersama klub untuk mengikuti kompetisi BRI Liga 1.
-
Siapa yang menolak program Tapera? Penolakan atas kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) secara masif dilakukan di berbagai tempat. Penolakan itu juga dilakukan di Semarang. Pada Kamis (6/6), sejumlah buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Jawa Tengah menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jateng.
-
Mengapa WNI dipulangkan? Kami kan memastikan dulu yang bersangkutan siap atau tidak pasca situasi yang cukup mengkhawatirkan di Gaza , dari sisi fisik, psikisnya kami perlu cek dulu sehat atau tidak sanggup untuk menjalankan,' tegas Akhmad.
-
Siapa yang ditembak tapi tidak mempan? Namun beberapa kali terjadi keanehan. Ada sejumlah tokoh PKI ternyata tak mempan ditembak. Mereka punya ilmu kebal peluru.
-
Siapa yang menyerah di Pertempuran Okinawa? Penyerahan diri resmi Jepang di Okinawa ditandai oleh bunuh diri massal sejumlah komandan tinggi militer Jepang.
-
Siapa yang ditolak visanya? Selain itu, ia pernah ditolak sebanyak delapan kali ketika ingin mengajukan permohonan visa ke Amerika serikat.
"Intervensi militer akan dilakukan demi memastikan keselamatan sandera," kata Herminio Coloma, jubir istana Malacanang.
Dalam video terakhir, Ridsdel sempat diminta bicara untuk membujuk Kanada menyetorkan tebusan. "Peringatan terakhir yang mendesak kepada pemerintah, Filipina, Kanada dan keluarga, jika 300 juta peso tidak dibayarkan pukul 15.00 pada 25 April, maka mereka akan memenggal saya," kata Ridsdel.
Keluarga mendiang Ridsdel terpukul atas kabar pemenggalan ini. Selama enam bulan terakhir, mereka sudah berusaha melobi Abu Sayyaf agar tidak menjalankan ancaman. Ridsdel dulunya adalah petinggi perusahaan tambang di Kanada. Dia dikenal humoris dan punya banyak teman dari pelbagai kalangan.
"Hidup ayah kami berakhir oleh aksi kekerasan yang tak punya nalar," menurut keluarga melalui keterangan tertulis.
John Ridsdel sandera asal Kanada dibunuh Abu Sayyaf (c) 2016 Merdeka.com/Twitter
Filipina mengimbau negara lain ataupun perusahaan yang awaknya diculik, jangan membayar tebusan kepada Abu Sayyaf. Namun solusi militer yang ditempuh Manila tak kunjung sukses mengatasi ulah para militan terafiliasi ISIS itu.
Abu Sayyaf sejak satu dasawarsa ini mencari uang dari perompakan dan penculikan. Ketika tebusan gagal diperoleh, mereka tak segan membunuh sandera. Tahun lalu, sandera Malaysia kehilangan nyawanya karena negosiasi buntu.
Kendati sudah berkali-kali kecolongan, Filipina mengaku tidak akan mau memenuhi permintaan Abu Sayyaf kecuali memakai militer. "Kita tidak boleh membuka jalur komunikasi dengan pelanggar hukum dan teroris yang membuat orang-orang menderita," kata Manuel Quezon, juru bicara pemerintah.
Selain Ridsdel, masih ada satu lagi warga Kanada lainnya Robert Hall (50) yang belum diketahui nasibnya. Pacar Hall perempuan asli Filipina ikut ditawan, begitu pula warga negara Norwegia Kjartan Sekkingstad selalu manajer penginapan.
Merujuk video Abu Sayyaf dilansir pekan lalu, empat orang itulah yang jadi prioritas awal hendak dihabisi karena tebusan tak kunjung dibayar. Militan terafiliasi dengan ISIS itu menuntut masing-masing dari empat sandera ditebus senilai 300 juta peso (setara Rp 84 miliar).
Selain tiga tawanan lain yang hendak dibunuh, Abu Sayyaf masih menyandera beberapa orang asing. Di antaranya ada satu warga Belanda, satu asal Jepang, empat pelaut Malaysia, serta 14 awak kapal tugboat dari Indonesia.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keputusan ini menunjukkan bahwa negara-negara Melanesia dan Pasifik mengakui kedaulatan Indonesia atas Papua dan menolak upaya separatisme yang dipimpin Benny
Baca SelengkapnyaBanyak faktor menjadi penyebab kegagalan pasukan G30S, siapa sangka salah satunya adalah soal logistik.
Baca SelengkapnyaPria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca Selengkapnya