Seberapa Berbahaya Flurona, Kombinasi Flu dan Covid di Tengah Lonjakan Omicron
Merdeka.com - Israel belum lama ini melaporkan kasus pertama pasien yang mengidap Covid-19 dan influenza sekaligus.
Meski kasus yang terjadi pada perempuan hamil ini menarik perhatian dunia, namun ini bukan pertama kalinya kasus yang disebut "flurona" ini dilaporkan.
Sejumlah ahli mengatakan, kondisi saat ini yang memasuki musim dingin dan musimnya sakit flu dan masih menyebarkan Covid-19 terlebih karena munculnya varian Omicron yang sangat menular, maka hanya tinggal tunggu waktu saja flurona ini kian merebak.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana flu menyebar? Flu merupakan infeksi virus pada saluran pernapasan yang menyebar terutama melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus ini menyebar melalui tetesan kecil yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Tetesan ini dapat terhirup oleh orang lain atau menempel pada permukaan seperti gagang pintu atau meja. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut, atau mata mereka, kemungkinan besar mereka akan tertular flu.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Siapa yang bisa diserang virus? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti? Puluhan petroglief berusia ribuan tahun ditemukan terukir di atas bebatuan di balik semak-semak di daerah pedesaan di Tanum, Provinsi Bohusian, Swedia.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
Seberapa berbahaya flurona ini dan apakah kita harus khawatir? Simak penjelasannya sejauh ini:
Apa itu 'flurona' dan apakah ini penyakit baru?
Flurona menarik perhatian global karena terjadinya infeksi virus flu dan Covid-19 sekaligus. Ini bukanlah varian baru dari virus corona Sars-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Menurut Badan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), seseorang bisa saja terinfeksi flu dan Covid-19 pada saat yang sama.
"Jika Anda terkena flu bukan berarti Anda tidak bisa terkena Covid-19 atau sebaliknya, kata manajer kedaruratan WHO Abdi Mahamud, seperti dilansir laman South China Morning Post, pekan lalu.
Para peneliti di seluruh dunia sudah mengetahui ada kemungkinan seseorang bisa terkena Covid-19 dan penyakit saluran pernapasan lainnya sejak pandemi dimulai dan temuan mereka terdokumentasi dengan baik.
Para peneliti di Rumah Sakit Tongji di Kota Wuhan menemukan ada sejumlah orang yang terpapar Sars-CoV-2 dan influenza sekaligus pada awal pandemi merebak di kota itu. Menurut makalah mereka di Jurnal Medis Virus pada Juni 2020, hampir separuh dari 307 pasien Covid-19 diketahui terinfeksi virus influeanza A dan 7,5 persen lainnya terinfeksi influenza B.
Dua bulan sebelumnya, peneliti di Universitas Stanford di California Utara menemukan seorang pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 dan influenza sekaligus.
Pada Mei tahun itu, Rumah Sakit Klinik di Barcelona juga melaporkan empat kasus infeksi sekaligus flu dan Covid-19 pada perempuan 81 tahun dan tiga pria berusia 53, 78, dan 56 tahun.
Di Iran, peneliti di Sains Kedokteran Universitas Alborz menemukan 79 kasus serupa sejak Desember 2019 hingga September 2020.
Di Brasil, peneliti juga menemukan enam kasus sama dari 400 spesimen yang dikumpulkan antara Maret hingga Desember 2020.
Bagaimana penularan flurona?
Menurut WHO, flu dan Covid-19 menyebar lewat cara yang sama: melalui percikan lendir dan aerosol/uap udara saat orang yang terinfeksi menarik napas, berbicara, batuk, atau bersin.
Orang juga bisa tertular jika mereka menyentuh mata, hidung atau mulut setelah memegang permukaan atau objek yang terkontaminasi virus tersebut.
Apa saja gejalanya?
Kedua jenis penyakit itu memperlihatkan gejala yang sama seperti demam, batuk, lesu, sakit tenggorokan, nyeri otot, badan pegal-pegal.
Namun Covid-19 bisa menyebabkan kehilangan penciuman dan gejala yang lebih serius adalah sesak napas. Covid-19 juga bisa memicu sakit parah pada orang tertentu dan waktu lebih lama untuk memperlihatkan gejala dan membuat pasien bisa menularkan penyakitnya dengan lebih lama, kata CDC.
Apakah flurona mencemaskan?
Sejumlah ahli mengatakan ada alasan untuk cemas karena kedua penyakit ini bisa menyebabkan sakit parah dan kematian.
Otoritas di Israel kini masih meneliti apakah penularan sekaligus ini bisa menyebabkan sakit lebih serius meski perempuan hamil yang menjadi kasus pertama di negara itu akhirnya dibolehkan pulang dari rumah sakit dalam keadaan sudah sehat, kata Rumah Sakit Beilinson di Petah Tikva.
Virolog di Universitas Hong Kong Jin Dong--Yan mengatakan flurona bukanlah ancaman besar karena infeksi sekaligus termasuk jarang terjadi.
"Penyakit flu tidak muncul di banyak tempat yang penduduknya masih menerapkan jaga jarak sosial. Penyakit ini hilang di Australia, Selandia Baru atau Hong Kong pada 2020 dan 2021," kata Jin.
Namun karena sejumlah negara sudah melonggarkan pembatasan, flu bisa balik lagi dan menimbulkan kekhawatiran munculnya "twindemic", sakit flu yang parah di tengah pandemi Covid-19.
CDC AS menemukan kasus rawat inap penyakit mirip flu bertambah dua kali lipat tahun lalu. Bahkan di China, ketika pembatasan sudah cukup ketat, tingkat penularan flu juga meningkat dan lebih besar dari musim sebelumnya.
"Musim sakit flu sudah mulai muncul di banyak negara dan kita melihat kian berkurangnya vaksin flu. Kita akan bisa melihat tren penyakit ini meningkat," kata Mahmud dalam jumpa pers virtual dari Jenewa, Swiss, pada 4 Januari lalu.
"Inilah kekhawatiran terbesar kami, jika terjadi twindemic. Semua aturan pembatasan untuk Covid sudah melenyapkan flu. Tapi kini sudah dilonggarkan. Sebagian besar orang masih belum divaksin dan flu akan kembali lagi dengan lebih kuat."
Bagaimana kita melindungi diri dair flurona?
Tindakan pencegahan untuk flu dan Covid-19 sama: patuh jaga jarak sosial, pakai masker, rajin mencuci tangan dan divaksin.
Vaksin flu sudah ada dalam beberapa dekade dan setiap tahun diperbarui. Vaksin Covid-19 saat ini masih memberikan perlindungan terhadap sakit parah, rawat inap, dan kematian, meski ada mutasi yang menyebabkan virusnya sangat menular seperti Omicron.
"Pesan kami sangat jelas, ya, bisa saja terjadi infeksi sekaligus dan itu bisa karena kita melonggarkan pembatasan yang sebelumnya melindungi kita," kata Mahmud sembari menegaskan pentingnya vaksinasi.
"Kita punya vaksin flu yang efektif dan vaksin Covid-19 yang efektif yang bisa melindungi kita dari kedua virus itu."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca SelengkapnyaMunculnya kasus Mpox bukan disebabkan oleh adanya vaksinasi Covid-19 seperti sejumlah hoax yang beredar.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca Selengkapnya