Sekjen PBB sebut politik Rusia dan China bikin Suriah tak bisa damai

Merdeka.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengakui kegagalan lembaganya mendamaikan konflik Suriah selama empat tahun terakhir. Situasi di Suriah semakin runyam karena muncul militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mulai tahun lalu, sehingga operasi pasukan perdamaian semakin mustahil dilakukan.

Ban mengatakan tanggung jawab utama harus dipikul oleh Rusia dan China, dua negara sekutu Presiden Suriah, Basyar al-Assad. Karena manuver Rusia dan China, Dewan Keamanan PBB selalu gagal mengeluarkan resolusi konkret, termasuk pengerahan pasukan perdamaian. Demikian pula penjatuhan sanksi ekonomi agar pihak bertikai bisa melunakkan sikapnya.

"Seharusnya (Rusia dan China) mampu melihat lebih jauh dari kepentingan nasionalnya, tolong pikirkan kepentingan global," kata Ban saat diwawancarai the Guardian, Selasa (8/9).

Sejak 2012, pelbagai resolusi DK PBB untuk menuntaskan konflik Suriah selalu gagal. Misalnya ketika eksodus warga pertama kali terjadi, karena Presiden Assad kabarnya menggunakan senjata kimia.

Rusia dan China memveto setiap resolusi yang dianggap bisa melemehkan rezim Assad, sekutu mereka sejak tiga dasawarsa terakhir. Bahkan sejak Agustus 2015, Rusia dituduh negara Barat resmi melakukan intervensi dengan membangun pangkalan militer di Damaskus.

"Kami membutuhkan beberapa solidaritas, kesatuan tujuan, khususnya di antara anggota tetap DK," kata Sekjen PBB asal Korea Selatan itu.

Ban, secara pribadi mendukung agar pihak bertikai di Suriah dibawa ke Pengadilan internasional. Makanya dia kecewa melihat China dan Rusia lagi-lagi menolak resolusi 13 negara anggota DK PBB pada tahun lalu, yang intinya memberi kesempatan Mahmakah Internasional menyelidiki dugaan kejahatan perang Presiden Assad.

Akibat Perang Suriah yang meletus sejak 2011, paling tidak lebih dari 350 ribu orang tewas. Sementara 22 juta warga terpaksa lari dari kampung halamannya. Sebagian dari para pelarian inilah yang kemudian membanjiri Eropa selama sebulan terakhir. Setidaknya ada 350 ribu pengungsi Suriah mengajukan suaka resmi melalui UNHCR.

Perang saudara Suriah dipicu insiden kecil di Kota Deraa 29 Januari 2011. Ketika itu 15 pelajar diculik tentara setelah memprotes pemerintahan Assad yang gagal mengendalikan kekeringan lahan pertanian. Unjuk rasa kecil membesar jadi konflik, lantaran tentara membunuhi warga yang berdemonstrasi. Sentimen Sunni-Syiah turut mengobarkan perang, termasuk kemudian memicu munculnya pasukan militan memakai panji ISIS.