Sekolah di Australia Pakai Bahasa Indonesia untuk Pelajaran Agama
Merdeka.com - Sekolah Loyala College di Watsonia, Australia, sekitar 20 kilometer dari pusat kota Melbourne menggunakan bahasa Indonesia untuk mengajarkan kelas agama.
Sudah ada empat angkatan yang mengikuti pelajaran agama yang disampaikan dengan bahasa Indonesia di sekolah Katolik ini.
Raymond Setiawan adalah guru Indonesia yang mengajarkan mata pelajaran agama dengan bahasa Indonesia di sekolah ini dan ia sudah melakukannya selama empat tahun.
-
Apa yang dilakukan guru ini? Pada 2 November 2023, dalam video tersebut, sang guru musik menggambarkan perbedaan drastis antara murid-muridnya yang dapat bersekolah dengan bahagia dan anak-anak Palestina yang mengalami penderitaan yang tak terbayangkan.Gedung sekolah di Palestina telah dihancurkan, guru-serta teman mereka hilang, bahkan keluarga mereka juga tidak selamat dari serangan.
-
Siapa Profesor yang berpengaruh di Bahasa Indonesia? Tokoh tersebut bernama Prof. Sutan Muhammad Zain, seorang ahli pakar Bahasa Indonesia.
-
Siapa yang mengajar di sekolah Suster Imakulati? Selain Ibu Imakulati, ada 9-10 suster lain yang menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
-
Bagaimana guru ini menyampaikan pesannya? Tri Adinata dengan penuh empati menyampaikan pesannya, bahwa anak-anak Palestina juga berhak mendapatkan pendidikan dan kebahagiaan seperti anak-anak di tempat lain.
-
Bagaimana guru Banyuwangi harus beradaptasi? Guru harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang sesuai dengan jaman generasi sekarang.
-
Siapa yang mengajar di Lembata? Jerome Polin terjun langsung ke Lembata untuk mengajar anak-anak SD.
"Saat pertama kali diperkenalkan, ada 15 anak-anak dari Kelas 9 yang mengambilnya hingga Kelas 10," ujar Raymond saat dihubungi ABC Indonesia, Senin (22/7).
Kelas ini adalah bagian dari program Content Language Integrated Learning (CLIL), di mana mengajarkan mata pelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Sebelum Kelas Pelajaran Agama diperkenalkan kepada murid-murid di Australia, Raymond mengatakan setidaknya dibutuhkan satu tahun untuk merancang kurikulum, lengkap dengan materinya.
Di Loyala College ada kelas tiga bahasa yang ditawarkan kepada murid-muridnya, selain Indonesia ada pula Italia dan Prancis.
"Minat belajar bahasa Indonesia di sekolah ini cukup positif, meski kecenderungannya di Australia menurun," kata Raymond.
Salah satu usahanya untuk membuat kelas Indonesia menarik adalah mengajarkannya sekreatif mungkin, seperti memasak nasi goreng, menonton film Indonesia, sampai merayakan 17 Agustusan lengkap dengan lomba makan kerupuk.
Di sisi lain, Australia dikenal sebagai negara sekuler dan kurang tertarik dengan agama, tetapi Raymond mengaku banyak murid-muridnya yang kini menyukainya.
"Ada murid saya yang awalnya tidak suka belajar agama, tapi karena ia suka belajar Bahasa Indonesia, sekarang pun ia jadi suka pelajaran agama," jelas pria berusia 45 tahun tersebut.
Kelas Agama dengan pengantar Bahasa Indonesia biasanya dimulai dengan doa bersama 'Salam Maria' yang dibacakan murid-murid dalam bahasa Indonesia.
Bahkan kelasnya pernah juga membawakan lagu 'Malam Kudus' dengan alunan alat musik angklung.
Menurut Raymond, jika dibandingkan dengan Kelas Bahasa Indonesia biasa, murid-muridnya memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik.
Salah satu alasannya karena Kelas Bahasa Indonesia biasa hanya diajarkan tiga jam dalam sepekan.
Sementara Kelas Agama dengan pengantar Bahasa Indonesia bisa mencapai delapan hingga sepuluh jam.
"Tapi fokus kita utama bukan soal Bahasa Indonesia-nya, tetapi konten pelajaran agamanya."
Pelajaran agama yang disampaikan pun tidak melulu soal ajaran Katolik, tetapi agama lainnya di Indonesia.
"Awalnya murid-murid saya menyangka Indonesia adalah negara Hindu karena tahunya cuma Bali," katanya.
"Sekarang pun saya membahas soal pergi haji untuk menceritakan bahwa bukan hanya kita saja yang berziarah, tapi juga Muslim ke Makkah."
Raymond sendiri adalah peraih beasiswa Australian Award di tahun 2005, yang saat itu menempuh pascasarjana di bidang 'Human Resource Management'.
Dengan latar belakang ilmu psikologi, ia juga pernah menjadi dosen di Universitas Atma Jaya Jakarta dan Bina Nusantara University, sebelum menjadi wakil kepala sekolah di Santa Laurensia, di kawasan Alam Sutera, Banten.
Kemudian ia mengajukan permohonan menjadi penduduk tetap Australia (PR) di tahun 2011 dengan mengambil jalur menjadi guru.
"Sulit ternyata kalau mencari pekerjaan dari Indonesia, jadi harus di Australia dan di sinilah saya mendapat tawaran kerja," ujarnya yang sudah mengajar Bahasa Indonesia di Australia selama enam tahun.
Loyola College juga sudah menawarkan kelas 'Humanity' yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang ahli ulama dan tafsir Al-Qur'an ini begitu berjasa terhadap pelajaran Agama Islam agar bisa tercantum di kurikulum nasional.
Baca SelengkapnyaAlih-alih menjadi dosen, ia justru memilih menjadi guru SD di salah satu sekolah negeri.
Baca SelengkapnyaWalaupun tak mudah, para siswa sangat antusias dalam belajar Bahasa asing.
Baca SelengkapnyaAnak-anak tampak ceria selama pembelajaran berlangsung
Baca SelengkapnyaIa adalah menteri agama dengan masa jabatan paling pendek.
Baca SelengkapnyaNorma masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Baca SelengkapnyaGanjar pun meminta para mahasiswa ikut menjadi sukarelawan untuk mengajar anak-anak di pedalaman Indonesia.
Baca SelengkapnyaMengenal nama-nama pekerjaan dalam Bahasa Inggris memang perlu untuk diketahui.
Baca SelengkapnyaKeragaman makna dari satu kata membuat Davidescu dari Rumania tertarik mempelajari bahasa Sunda hingga fasih seperti sekarang.
Baca SelengkapnyaJauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan mengunjungi SMP Negeri 5 Yogyakarta yang merupakan tempatnya dulu bersekolah, Senin (24/7).
Baca SelengkapnyaIa dikenal sebagai Pribumi Indonesia pertama yang memiliki ijazah tertinggi dalam penguasaan Bahasa Melayu serta diakui di kalangan para tokoh ilmiah.
Baca Selengkapnya