Semut Tentara Tertua Ditemukan dalam Batu Amber Berusia 35 Juta Tahun
Merdeka.com - Semut tentara tertua di dunia berhasil ditemukan dalam batu amber berusia 35 juta tahun. Penemuan itu menunjukkan semut tentara yang kini umumnya dapat ditemukan di wilayah Afrika dan Amerika Selatan dahulu pernah tinggal di Eropa.
Christine Sosiak dari New Jersey Institute of Technology yang menemukan pun terkejut mendapatkan semut tentara itu dalam batu amber dari Eropa.
“Kami tidak menyangka mereka ada di Eropa. Sebenarnya sama sekali tidak pernah terdengar menemukan mereka di sana. Namun di sini kita memiliki semut tentara Eropa ini, dari jauh ke belakang dalam sejarah,” jelas Sosiak, dikutip dari New Scientist, Jumat (25/11).
-
Apa yang ditemukan peneliti tentang semut? Para peneliti menemukan bahwa semut tukang kayu Florida (Camponotus floridanus) mengidentifikasi luka anggota badan pada teman sarangnya, lalu mengobatinya dengan pembersihan atau amputasi.
-
Di mana semut membangun koloninya? Jadi, semut adalah pembangun yang luar biasa, membentuk koloni super dengan jarak hingga 6.000 kilometer, dan bahkan semut api mampu membuat rakit dari tubuh mereka untuk menghindari banjir.
-
Di mana populasi semut terbesar berada? Hasilnya menunjukkan bahwa populasi semut terbesar terkonsentrasi di wilayah tropis dan subtropis.
-
Berapa jumlah semut di bumi? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini mengungkap bahwa terdapat 20 kuadriliun semut yang hidup di Bumi.
-
Apa yang ditemukan di Teluk Semut? Tim SAR Gabungan menemukan jasad Galang, pada Jumat (29/12), di Teluk Semut, Kawasan Pulau Sempu, Kabupaten Malang.
-
Di mana penemuan ini dilakukan? Dikenal sebagai Casas del Turuñuelo, situs ini milik peradaban Tartessian akhir yang berkembang di barat daya Semenanjung Iberia sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Sebelumnya penemuan itu terjadi ketika Sosiak sedang meneliti semut yang terjebak dalam batu amber baltic yang disimpan di Harvard University sejak tahun 1930-an. Saat meneliti, Sosiak menemukan spesimen semut itu salah diidentifikasi sebagai anggota genus Platythyrea.
Sosiak yang yakin dengan kesalahan itu kembali meneliti semut dan batu amber itu.
“Saya meletakkannya di bawah mikroskop dan berpikir, ‘Tunggu, itu jelas bukan spesies yang diberi label. Ini sesuatu yang sama sekali baru, sesuatu yang sangat aneh dan menarik’,” ungkap Sosiak.
Menggunakan fotografi dan pemindaian CT mikroskopis, Sosiak dan rekan-rekannya membuat gambar 3D beresolusi tinggi dari semut cokelat berkilau yang terawetkan dalam batu amber.
Saat meneliti, Sosiak dan rekannya menemukan semut itu tidak memiliki mata namun memiliki rahang runcing tajam, satu ruas pinggang, dan kelenjar besar untuk mengeluarkan cairan pelindung.
Temuan-temuan itu pun merujuk pada semut tentara yang berkerabat dekat dengan spesies semut lain di Afrika. Sama seperti semut modern, semut-semut purba diyakini berburu dalam kawanan besar untuk menyerang menggunakan semburan feromon dan menjalani kehidupan berpindah serta membangun sarang bawah tanah jangka pendek.
Sosiak yakin semut itu tersesat karena tidak mencium bau feromon yang ditinggalkan semut-semut. Akhirnya dia terjebak dalam getah pohon, bersatu dan mengeras menjadi batu amber.
Semut yang diteliti Sosiak dan rekannya diberikan nama Latin sebagai Dissimulodorylus perseus yang berarti tersembunyi. Sebab semut itu selama 80 tahun dapat menyembunyikan identitasnya dari para peneliti lain.
Sosiak menjelaskan penemuan itu adalah temuan fosil semut tentara kedua. Fosil semut tentara pertama bernama Neivamyrmex ectopus berhasil ditemukan dalam batu amber berusia 16 juta tahun di Republik Dominika.
Meski penemuan terbaru itu tidak disangka, namun temuan semut tentara baltic itu masuk akal mengingat Eropa dahulu lebih hangat dan lebih basah.
“Semut tentara adalah pemangsa yang sangat keren saat ini, dan mereka merupakan bagian integral dari ekosistem. Dan sangat menarik untuk mengetahui bahwa mereka masih merupakan bagian integral dari ekosistem bahkan 35 juta tahun yang lalu,” ujar Sosiak.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temuan ini memberikan wawasan baru yang penting mengenai distribusi dan gaya hidup masyarakat Zaman Batu di Eropa.
Baca SelengkapnyaSebuah studi baru yang dipimpin oleh Lluís Gibert dari Universitas Barcelona telah menentukan usia sisa-sisa manusia yang ditemukan di situs Orce di Spanyol.
Baca SelengkapnyaTemuan Fosil Berusia 72 Juta Tahun Buktikan Spesies Ini Selamat dari Kepunahan Massal
Baca SelengkapnyaBeberapa makhluk di bumi telah ada sejak ratusan juta tahun sebelumnya. Sebagian besar dari makhluk itu adalah serangga. Yuk, simak 13 serangga tertua di bumi!
Baca SelengkapnyaHewan purba berusia ratusan tahun yang masih hidup hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaTengkorak ini ditemukan terjepit di dinding teratas Gua Apidima di Yunani.
Baca SelengkapnyaBukti batu api yang dijadikan sebagai anak panah ditemukan di gua Prancis.
Baca SelengkapnyaBatu ini juga menyoroti asal-usul manusia yang pertama kali mendiami Eropa.
Baca SelengkapnyaIlmuwan mengungkap hal ini melalui kumpulan fosil yang ditemukan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa populasi semut di Bumi mencapai 20 kuadriliun, jauh lebih tinggi dari estimasi sebelumnya.
Baca SelengkapnyaTahun 2023 menjadi tahun sukses bagi para ahli arkeologi di berbagai belahan dunia.
Baca SelengkapnyaFosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
Baca Selengkapnya