Shireen Abu Aqla, Gugurnya Srikandi Penyambung Suara Palestina
Merdeka.com - Shireen Abu Aqla, wartawan senior Palestina yang bekerja di Al Jazeera, tewas ditembak tentara Israel saat liputan di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki pada Rabu. Dia dikenal di setiap rumah karena wajahnya kerap menghiasai televisi, melaporkan berbagai peristiwa di wilayah Palestina yang sampai saat ini masih di bawah penjajahan Israel.
Shireen (51) berasal dari Yerusalem dan juga warga negara Amerika Serikat. Dia meninggalkan satu saudara laki-lakinya, Tony Abu Aqla.
Teman dan rekan-rekannya menggambarkan sosok Shireen sebagai perempuan pemberani dan ramah, dengan gelak tawanya yang khas. Dia menjadi penyambung suara perjuangan rakyat Palestina selama hampir tiga dekade berkarier sebagai jurnalis.
-
Kenapa jurnalis di Gaza jadi target? Jurnalis Palestina terbunuh pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang pernah terjadi dalam konflik manapun dalam 100 tahun terakhir. Dalam dua bulan sejak 7 Oktober 2023, jumlah jurnalis yang terbunuh telah melampaui jumlah jurnalis yang terbunuh selama Perang Dunia II,' demikian pernyataan dalam permohonan tersebut, seperti dikutip dari MEE.
-
Siapa yang dibunuh oleh tentara Israel? Ya, mereka kembali menyerang anak-anak Gaza Palestina yang tidak bersalah dan tidak berdosa.
-
Bagaimana tentara Israel membenarkan pembunuhan jurnalis yang berafiliasi dengan Hamas? Ketika ditanya mengenai jumlah jurnalis yang tergabung dalam jaringan Al-Aqsa yang telah terbunuh, seorang juru bicara senior militer Israel mengatakan 'tidak ada perbedaan' antara bekerja untuk media tersebut dan menjadi anggota sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam.
-
Apa yang terjadi pada sipir Israel di Tepi Barat? Sipir Israel Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Pembunuhan Bermotif Politik Seorang sipir di penjara Israel ditemukan tewas di rumahnya di Tepi Barat yang diduduki, Palestina dan diduga korban pembunuhan.
-
Siapa yang diizinkan membunuh jurnalis di Gaza menurut tentara Israel? Tentara Israel menyatakan media yang berafiliasi dengan kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas adalah target militer yang sah, sehingga jurnalis yang bekerja untuk media tersebut boleh dibunuh.
-
Siapa yang menjadi korban serangan di Palestina? Puluhan ribu warga Palestina telah menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak sejak 7 Oktober 2023.
"Kami sangat kehilangan," kata Nida Ibrahim, koresponden Al Jazeera dan rekan Shireen di Tepi Barat yang diduduki.
"Dia ramah, berdedikasi, dan setia," lanjut Nida, dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (12/5).
Dia juga mengatakan, sosok Shireen itu memiliki wawasan mendalam sehingga hasil liputannya sangat kaya informasi.
Sambil tersedu, Nida menyebut Shireen seorang manusia "unik" yang "sangat terkenal tapi rendah hati" dan sangat berkomitmen dengan profesinya.
Nida menuturkan, Shireen sedang belajar bahasa Ibrani untuk lebih memahami narasi media Israel, dan baru saja menyelesaikan pendidikan diploma jurusan media digital.
"Dia bukan hanya kawakan, yang telah berada di sini meliput berbagai cerita selama bertahun-tahun, tapi juga seseorang yang punya keinginan kuat untuk tetap belajar dan liputan menggunakan cara-cara baru," jelasnya.
Inspirasi bagi kami semua
Lahir di Yerusalem pada 1971, Shireen Abu Aqla adalah seorang Kristen. Dia awalnya kuliah jurusan arsitektur sebelum pindah ke jurnalisme di Universitas Yarmouk, Yordania.
Setelah lulus, dia kembali ke Palestina dan bekerja di beberapa media termasuk Voice of Palestine Radio dan Amman Satellite Channel. Dia bergabung dengan Al Jazeera Media Network setahun setelah perusahaan ini berdiri pada 1996. Shireen menjadi salah satu koresponden lapangan pertama Al Jazeera berbahasa Arab dan mulai terkenal sejak meliput Intifadah Palestina kedua pada 2000.
"Saya memilih jurnalisme agar dekat dengan masyarakat," kata Shireen dalam satu video.
"Mungkin tidak mudah mengubah realita, tapi setidaknya saya bisa memperdengarkan suara mereka pada dunia."
Sebagai jurnalis televisi, Shireen meliput berbagai peristiwa baik besar dan kecil, mulai dari perang Gaza 2008, 2009, 2012, 2014, dan 2021 sampai kaburnya enam warga Palestina dari penjara berkeamanan tinggi di Israel utara pada September tahun lalu. Dia juga meliput berita regional, termasuk perang di Lebanon pada 2006.
"Shireen seorang pelopor, inspirasi bagi kami semua," kata sahabat Shireen dan juga jurnalis Al Jazeera, Dalia Hatuqa.
"Kehadirannya identik dengan Al Jazeera," lanjutnya.
Selama memanasnya Intifadah kedua, Dalia mengingat tentara Israel yang berpatroli di kota Ramallah, Palestina meniru gaya Shireen saat laporan
"Mereka menirunya, meneriakkan dari pengeras suara kalimat penutupnya yang terkenal: Shireen Abu Aqla, Al Jazeera, Ramallah."
Bagi Dalia dan rekannya yang lain, Shireen lebih dari sekadar wajah Al Jazeera di Palestina.
"Dia punya tawa yang menular. Dia suka jalan-jalan, melihat dunia, berbelanja, pesta," kata Dalia.
"Dia kehilangan ibu dan ayahnya ketika dia masih muda dan menyaksikan begitu banyak kekejaman di dunia, khususnya di Palestina, tapi itu tidak menghentikannya mengapresiasi dan menikmati hidup."
"Suaranya sangat indah, bahkan saat dia menceritakan kisah yang menyedihkan."
Berita terakhir
Shireen sedang meliput penggerebekan pasukan Israel di Jenin saat dibunuh. Dia ditembak di kepala, padahal dia memakai rompi biru dengan tulisan besar dan jelas "PRESS" (pers).
Al Jazeera mengutuk pembunuhan ini, menyebutnya "pembunuhan terang-terangan" dan "kejahatan keji". Al Jazeera menuding pasukan Israel sengaja menargetkan Shireen dengan peluru tajam dan membunuhnya dengan kejam.
Tentara Israel membantah menargetkan jurnalis dan menawarkan penyelidikan bersama terkait kematian Shireen Abu Aqla.
Tamer Al-Meshal, yang bekerja bersama Shireen pada hari dia dibunuh, menyebutnya sebagai "panutan" jurnalis Palestina maupun Arab.
"Sampai detik-detik terakhir, dia profesional dan gigih dalam bertugas," ujarnya.
"Pesan terakhir yang dikirim Shireen Abu Aqla ke Al Jazeera via email pada pukul 06.13 di mana dia menulis: 'Pasukan pendudukan menyerbu Jenin dan mengepung sebuah rumah di lingkungan Jabriyat. Dalam perjalanan ke sana, saya akan menyampaikan berita kepada Anda segera setelah gambarnya jelas.' Kami dan para penonton tidak tahu berita yang dia kirim ini adalah berita kesyahidannya."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jurnalis cantik di Jalur Gaza ini berusia 11 tahun.
Baca SelengkapnyaIsrael Tutup Kantor Berita Aljazeera, Peralatan Siaran Disita dan Situs Diblokir
Baca SelengkapnyaIsrael menembakkan artileri ke rombongan jurnalis yang meliput di Libanon selatan, menewaskan satu orang.
Baca SelengkapnyaAl Jazeera menyampaikan kedua jurnalisnya reporter dan juru kamera dibunuh di kamp pengungsi Shati, sebelah barat Kota Gaza.
Baca SelengkapnyaMomen pemakaman diselimuti isak tangis keluarga dan kerabat saat mengantarkan jenazah Samer Abu Daqqa.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, Israel belum memberikan komentar terkait serangan tersebut, tiga orang lainnya juga mengalami luka.
Baca SelengkapnyaSejak 7 Oktober, Israel membunuh sedikitnya 70 jurnalis dan pekerja media.
Baca SelengkapnyaKekejaman tentara Israel pun masih harus dirasakan masyarakat di Jalur Gaza. Salah satunya yakni wanita yang hendak mencari makanan berikut ini.
Baca SelengkapnyaIsrael mengklaim dua militan senior Hamas yang tewas dirudal itu terlibat dalam pembunuhan seorang warga Israel.
Baca SelengkapnyaBerikut video adzan di Gaza yang membuat hati pilu.
Baca SelengkapnyaVideo kebiadaban sniper Israel sengaja bunuh wanita pengungsi ramai disorot. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaJumlah tentara Israel yang tewas jauh lebih banyak dari data yang diungkap pemerintah. Tentara Israel juga banyak mengalami kebutaan 100 persen.
Baca Selengkapnya